Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tumewu, Dicky A.
"Suhu panas di lingkungan kerja akan mempengamhi tubuh tenaga kerja sehingga akan mengganggu produktivitas kerja mereka. Rancangan penelitian berupa studi intervensi di mana identifikasi masalah dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara dan diperoleh hasil yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yaitu berupa faktor panas, debu, penerangan, bahan kimia, dan Esiologi kerja. Dengan cara menggunakan kriteria matriks, maka faktor cuaca panas mendapat prioritas pertama untuk diamati.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pengukuran lingkungan kerja dan penghitungan terhadap berbagai variabel dari reaksi tubuh terhadap panas lingkungan tersebut di atas. Dari hasil pemeriksaan terhadap 10 orang tenaga kerja maka yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 6 orang tenaga kerja.
Dilakukan intervensi berupa penyuluhan tentang lingkungan kerja panas dan pencegahannya, memasang penyekat pada sumber panas, perbaikan ventilasi. Setelah dilakukan intervensi maka ke tiga variabel menurun rata-rata menjadi ISBB 27,9 °C 1 0,07 °C, HSI 388,33% ± 6,35% dan A (akumulasi panas tubuh) - 199,31 Kcal/jam ± 2,9 Kcal/jam. Hasil uji statistik untuk ke tiga variabel di atas menutun secara bermakna.

Hot temperature in the workplace would influenced the body of workers, and will reduce work productivity. This study was intervention method study. Problem were identified through observation, questioners, and the results showed that heat, dust, lighting, chemicals, and work physiology had influenced the worker's health Using matrix criteria, heat was first priority to be studied.
Data collection study completed by personal interview, physical examination, laboratorium examination, measurement of workplace and calculation to various variables from the body reaction toward hot environment. Based on the criteria, finally 6 workers was selected as sample of study from 10 workers. The intervention were education about hot in workplace and prevention, to install aluminium shielding, and improvement ventilation.
Atter intervention WBGT Index decrease became 27,9 °C _+ 0,07 °C, body heat accumulation (A) decrease became - 199,31 Kcal/hour ± 2,9 Kcal/hour, and HSI decrease became 38,33% ± 6,35%. Statistically test showed that WBGT Index, A, and HSI decrease significantly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L. Meily Kurniawidjaja
"Latar Belakang. Industri semen di Indonesia telah berkembang dengan pesat, terutama dalam tahun-tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan antara lain karena permintaan yang meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan industri semen di dalam negeri sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemakaian semen meningkat sesuai dengan peningkatan pembangunan di sektor pemerintah maupun swasta, seperti pembangunan prasarana jalan dan jembatan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, bendungan dan irigasi. Gambar 1 menunjukkan kenaikan konsumsi semen di dalam negeri dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1990 <1). Peningkatan permintaan dari luar negeri dimulai sejak awal 1988. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena Jepang mengurangi produksi semennya secara drastis. Sebelumnya Jepang adalah pemasok semen terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 70 juta ton pertahun (2). Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan ASEAN yang mengalami surplus semen, dengan kapasitas terpasang nasional sebesar 17,41 juta ton per tahun pada akhir Pelita 2 lalu. Semen Indonesia yang diproduksi oleh 10 grup pabrik semen, berpeluang besar untuk meningkatkan produksi pada tahun-tahun mendatang.
Gambar 1. Konsumsi Semen di Indonesia, 1978 ? 1990 (Untuk melihat gambar silahkan link ke file pdf.)
Meningkatnya produksi semen sangat berpengaruh terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, kewaspadaan terhadap kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses produksi semen harus selalu mendapat perhatian. Termasuk dampak negatif debu semen yang beterbangan di udara. Paparan debu semen dengan kadar tertentu di udara dapat menimbulkan penyakit, seperti penyakit saluran napas, penyakit kulit serta penyakit saluran cerna (3 - 9).
Penelitian mengenai pengaruh debu semen terhadap saluran napas telah banyak dilakukan. Di Indonesia penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Hariadi dan Hargono di Surabaya (1979), Harsono dan Musauaris {1983). Soedirman (1987) dan Hariana di Citeureup {I98E3) (10-14). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan keragaman hasil sesuai dengan latar belakang penelitian masing-masing, namun pada umumnya menyimpulkan bahwa upaya perlindungan khusus terhadap bahaya debu semen belum sepenuhnya dilakukan secara memadai dan menyeluruh. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, untuk mencegah timbulnya penyakit saluran napas perlu dilakukan upaya pemantauan secara berkelanjutan. Dengan pemantauan ini diharapkan bahwa apabila sewaktu-waktu terjadi penyimpangan dapat segera diketahui dan segera dilaksanakan tindakan koreksi yang diperlukan (3,15).
Pemantauan ini secara khusus dilaksanakan terhadap para pekerja, untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya penyakit sedini mungkin melalui pemeriksaan kesehatan berkala serta pemantauan terhadap lingkungan kerja. Cara ini dapat dipandang sebagai diagnosis dini yang mempunyai peran amat penting, sebagai salah satu indikator paparan debu di lingkungan kerja, untuk kemudian dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan bila perlu pengobatannya (3,15)?"
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library