Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Fransiska Elisabeth Tey Eda
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang. Hubungan seks pasca persalinan juga dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. Hal ini juga dipengaruhi oleh pendidikan dan wilayah. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan wilayah terhadap periode kembali berhubungan seks pasca persalinan menurut regional di Indonesia tahun 2012. Metodologi. Analisis stratifikasi dengan data sekunder dari SDKI tahun 2012. Hasil analisis ditemukan adanya pengaruh pendidikan dan wilayah terhadap periode kembali berhubungan seks pasca persalinan di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Papua. Hasil. Ada variasi pengaruh pendidikan dan wilayah. Pada Sumatera dan Kalimantan, untuk pendidikan lebih rendah dari SMA dan di kota 1,3 kali lebih cepat kembali berhubungan seks dibandingkan yang di desa. Di Maluku, untuk pendidikan lebih tinggi dari SMA dan di desa 1,2 kali lebih cepat kembali berhubungan seks dibandingkan pendidikan lebih rendah dari SMA. Di Papua, untuk pendidikan lebih rendah dari SMA dan di kota, 3,1 kali lebih cepat kembali berhubungan seks dibandingkan yang di desa. Pendidikan lebih tinggi dari SMA dan di kota, 2,2 kali lebih cepat kembali berhubungan seks dibandingkan yang di desa. Pada yang tinggal di desa dan pendidikan lebih tinggi dari SMA, 1,5 kali lebih cepat kembali berhubungan seks dibandingkan pendidikan lebih rendah dari SMA. Simpulan. Ditemukan adanya variasi pengaruh pendidikan dan wilayah terhadap periode kembali berhubungan seks pasca persalinan di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Papua. Papua merupakan regional yang lebih lambat untuk kembali berhubungan seks pasca persalinan.
ABSTRACT
Introduction. Sex resumption after childbirth was influenced by social, economic and culture factors, where the women live. It was influenced by education and residence. Objective. The study aims on explore the effects of woman’s education and residence on sex resumption after childbirth by region in Indonesia 2012 Method. Stratified analysis with secondary data of the Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) 2012. The results shows the effects of woman’s education and residence on sex resumption after childbirth in Sumatera, Kalimantan, Maluku and Papua. Results. There are variation in the effects of education and residence. In Sumatera and Kalimantan, effect of higher education in urban area is 1.3 times faster on sex resumption than rural area. In Maluku, effect of living in rural area for higher education is 1.2 times faster on sex resumption than lower education. In Papua, effect of lower education in urban area is 3.1 times faster on sex resumption than rural area. The effect of higher education in urban area is 2.2 times faster on sex resumption than rural area. The effect of living in rural area for higher education is 1.5 times faster on sex resumption than lower education. Conclusion. There are variation in the effects of education and residence on sex resumption after childbirth in Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Papua. Papua have the long abstinence after childbirth than other regions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Febriana Anggraeni
Abstrak :
Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013. Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. ......Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly. Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013. Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Novita Deniati
Abstrak :
ABSTRAK
Global TB Report tahun 2016 menyatakan hanya sekitar 35,3 orang dengan TB yang berhasil ditemukan/terlaporkan di Indonesia dari sekitar 1.020.000 estimasi insiden pada tahun 2016. Hal ini tentunya membuat risiko orang dengan TB yang masih belum ditemukan untuk menularkan penyakit akan meningkat. Dari seluruh kabupaten di Indonesia tidak semuanya memiliki angka cakupan penemuan kasus TB yang baik. Banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut, sehingga terjadi ketimpangan dalam penemuan dan pelaporan kasus TB. Karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB penting untuk diketahui sehingga ketika ada kabupaten lain yang memiliki karakteristik serupa maka dapat dicurigai kemungkinan adanya rumah tangga terdiagnosis TB di kabupaten tersebut meskipun belum ada kasus TB yang ditemukan. Tesis ini mempelajari karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB di Indonesia. Penelitian dengan analisis data sekunder yang menggunakan Data Riskesdas 2013 dan Data Podes 2014. Analisis yang dilakukan untuk melihat perbedaan proporsi masing-masing variabel dan menilai pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Uji regresi fraksional digunakan untuk mengukur nilai risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh karateristik kabupaten untuk lingkungan rumah tangga terdiri dari kabupaten dengan proporsi rumah tangga daerah kumuh 1 , kabupaten dengan proporsi desa memiliki pemukiman kumuh 0,3 , dan kabupaten dengan proporsi desa tidak ada faskes 1 . Pengaruh karakteristik kabupaten untuk kondisi rumah tangga secara fisik terdiri dari kabupaten dengan proporsi rumah tangga padat 1 , kabupaten dengan proporsi rumah tangga tidak ada jendela 3 , dan kabupaten dengan proporsi desa yang memiliki rumah tangga terdapat indoor pollution 1 , sedangkan pengaruh kabupaten dengan proporsi rumah tangga pencahayaan kurang dan kabupaten dengan proporsi desa yang memiliki rumah tangga tanpa listrik terhadap karakteristik kabupaten dengan rumah tangga TB sulit untuk dijelaskan. Kabupaten dengan proporsi rumah tangga ekonomi rendah 0,6 berpengaruh terhadap karakteristik kabupaten dengan rumah tangga terdiagnosis TB. Penelitian ini menyarankan untuk penguatan program terkait dengan upaya pencegahan dan pengendalian TB pada rumah tangga berisiko dan sebagai dasar penajaman prioritas intervensi berdasarkan tingkat epidemi TB pada kabupaten/kota.
ABSTRACT
Global TB Report 2016 states only about 35,3 of people with TB who successfully found has been reported in Indonesia of about 1.020.000 estimation of incident in the year 2016. This is certainly making the risk of people with TB who still has not been found to transmit the disease will increase. From around the districts in Indonesia not everything has a coverage of the discovery of TB cases. Many of the factors that lead to it, so the discrepancy in the discovery and reporting TB cases. The characteristics of the districts with TB households diagnosed it is important to note that when there are other counties that have similar characteristics so it can be suspected the possibility of diagnosed TB households in the district Although no case of TB was found. This thesis examines the characteristics of districts with TB households diagnosed in Indonesia. Research with secondary data analysis using Data Riskesdas 2013 and 2014 PODES Data. The analysis conducted to see the difference in the proportion of each of the variables and assess the influences between variables independent of the dependent variable. Fractional regression test used to measure the value of risk variables are independent of the dependent variable. The results showed the influence of characteristics of household environment for the district comprising the counties with the proportion of slum households 1 , with the proportion of the village have slums 0.3 , and district with the proportion the village does not exist health care facility 1 . Influence of the characteristics of district to household conditions physically seen from districts with solid household proportion 1 , with the proportion of households there are no window 3 , and district with the proportion of the village that has a home the staircase there are indoor pollution 1 , while the influence of the districts with the proportion of households with less lighting and a proportion of the village households without electricity against the characteristics of districts with TB households is difficult to explained. Districts with low proportion of household economy 0.6 influence on the characteristics of districts with TB households diagnosed. This research suggested that the strengthening of programs related to TB prevention and control efforts on at risk households and as a basis for the intervention priorities based on refinements epidemic levels of TB at the district city.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni'matun Nurlaela
Abstrak :
Saat ini salah satu cara untuk mengetahui individu terkena penyakit kardiovaskular adalah dengan pemeriksaan kadar lemak dalam darah yaitu melalui laboratorium. Pemeriksaan secara laboratorium membutuhkan biaya yang relatif mahal dan memerlukan peralatan yang tidak sederhana. Berbagai penelitian telah membuktikan pengaruh pengukuran antropometri (indeks massa tubuh, lingkar perut dan lainnya) terhadap risiko penyakit kardiovaskular, namun sedikit penelitian yang menggunakan pengukuran tersebut sebagai alat skrining kadar lemak dalam darah. Salah satu pengukuran antropometri yang dianggap mudah dan sederhana adalah mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar perut. Metode penelitian cross sectional dengan menggunakan sampel orang dewasa sejumlah 20.782 jiwa. Hasil penelitian menunjukkan proporsi hiper LDL 16,07%, hipo HDL 18,83%, hiper trigliseridemia 4,23%, hiperkolesterolemia 8,37%, dislipidemia definisi pertama 14,42% dan dislipidemia definisi kedua 33,88%. Hampir semua kelainan lemak darah, proporsi pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki kecuali hipo HDL lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan. Rata- rata indeks massa tubuh dan lingkar perut akan semakin meningkat terhadap kejadian kelainan lemak darah untuk semua kondisi, baik laki-laki maupun perempuan. Jika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, rata-rata indeks massa tubuh dan lingkar perut perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan menggunakan analisis ROC didapatkan bahwa lingkar perut lebih baik dalam memprediksi dislipidemia dibandingkan dengan IMT dengan nilai AUC 59,56% pada laki-laki dan 60,93% pada perempuan. ......Until now one way to determine the potential of individuals exposed to cardiovascular disease is to check the level of fat in the blood directly through the laboratory. Laboratory examination requires a relatively expensive cost and requires equipment that is not simple. Various studies have proven the effect of anthropometric measurements (body mass index, abdominal and other circumference) on the risk of cardiovascular disease, but few studies have used such measurements as a screening tool for blood lipid levels. Anthropometric measurements can be done in various ways, one of which is considered easy and simple that is by measuring the weight, height and abdominal circumference. Methods of cross sectional study using an adult sample of 20,782 inhabitants. The results showed that the proportion of hyper LDL 16.07%, hypo HDL 18.83%, hyper triglyceridemia 4.23%, hypercholesterolemia 8.37%, dyslipidemia first definition 14.42% and dyslipidemia second definition 33.88%. Almost all blood fat abnormalities, the proportion in women more than men except HDV hypo is higher for men than for women. The average body mass index and abdominal circumference will increase in the incidence of blood lipid abnormalities for all conditions, men or women. When compared by sex, the average body mass index and abdominal circumference of women greater than men. ROC analysis showed that abdominal circumference was better in predicting dyslipidemia compared with BMI with AUC 59.56% in male and 60.93% in female.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Irawan
Abstrak :
Diabetes melitus tipe 2 telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan merupakan penyebab penting dari angka kesakitan, kematian, kecacatan dan kerugian ekonomi di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi prevalensi, faktor-faktor risiko dan model prediksi kejadian diabetes melitus tipe 2 di daerah urban Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Riset Kesehatan Dasar 2007. Kriteria diagnostik menggunakan metode Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) menurut World Health Organization (WHO) 1999 dan American Diabetes Association (ADA) 2003. Dari 19.960 responden berusia 15 tahun keatas hanya 18.746 responden yang dianalisis. Analisis data menggunakan regresi logistik dengan desain sampel dua tahap. Dari analisis data didapatkan prevalensi diabetes melitus sebesar 5,98% (95%CI 5,40% - 6,62%), prevalensi diabetes melitus tertinggi pada kelompok umur diatas 45 tahun sebesar 12,41% (95%CI 11,13% - 13,81%). Dengan mengontrol tingkat pendidikan, pekrjaan dan umur didapatkan odds ratio kegemukan sebesar 1,52 (OR = 1,52; 95%CI 1,27 - 1,82), odds ratio obesitas sebesar 2,40 (OR = 2,40; 95%CI 1,80 - 3,19) dan odds ratio obesitas sentral sebesar 1,92 (OR = 1,92; 95%CI 1,62 - 2,26). Dengan menghindari kejadian obesitas sentral dapat mencegah 22,6% (95% CI 18,2% - 26,5%) kejadian diabetes melitus tipe 2 di populasi, atau sekitar 474.922 kasus diabetes melitus dapat dicegah jika obesitas sentral diintervensi. ......Diabetes mellitus type 2 is a serious public health problem in the world. Diabetes mellitus is also the main cause of morbidity, mortality, disability, and economic loss all over the world include development countries. The research objective is to estimate the diabetes mellitus prevalence, risk factors, and prediction model in urban areas of Indonesia. By analyzed The Indonesia Basic Health Research Survey 2007 that consist of 19,960 respondents aged above 15 years old who had Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Only 18,746 respondents had been analyzed. Logistic regression with two stage design sampling was used to analyze the data. The result showed that diabetes mellitus prevalence was 5.98% (95%CI 5.40% - 6.62%), and the highest prevalence was 12.41% (95%CI 11.13% - 13.81%) in an above 45 year-old age group. We estimate odds ratio by adjusted education level, occupation and age. The odds ratio of overweight is 1.52 (OR = 1.52; 95%CI 1.27 - 1.82), the odds ratio of general obesity is 2.40 (OR = 2.40; 95%CI 1.80 - 3.19) and the odds ratio of central obesity is 1.92 (OR = 1.92; 95%CI 1.62 - 2.26). By prevent central obesity we could prevent 22.6% (95% CI 18.2% - 26.5%) the expected diabetes mellitus cases in the population, or above 474,922 diabetes mellitus cases could prevent.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library