Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pangaribuan, Bertha
"Latar belakang: Resistensi insulin dan obesitas sentral adalah keadaan yang sering ditemukan pada wanita PCOS dan ditandai dengan abnormalitas penanda biologi yang terkait dengan terjadinya gangguan metabolik. Hubungan antara adiponektin dan resistensi insulin telah banyak diteliti, namun penelitian terhadap pasien PCOS baru sedikit yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemungkinan hubungan polimorfisme T45G dengan penanda biologi PCOS dan pengaruhnya terhadap adiponektin serum pada populasi Indonesia.
Metode: Lima puluh dua pasien PCOS dan 52 subjek ovulasi normal tanpa hiperandrogenisme sebagai kontrol disertakan dalam penelitian ini. Sampel darah dikumpulkan antara hari ke 3 dan 5 siklus menstruasi spontan, jam 7 hingga 9 pagi, setelah menjalani puasa. Dilakukan pengukuran kadar serum FSH, LH, testosteron, SHBG, glukosa, insulin, profil lipid dan adiponektin. Resistensi insulin ditentukan dengan HOMA-IR, HOMA-β, dan SHBG. DNA genom dari darah perifer pasien dan subjek kontrol digunakan untuk memeriksa polimorfisme T45G menggunakan metode PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok PCOS dan kontrol terhadap IMT, LH, testosteron, SHBG, dan FAI, tetapi tidak signifikan terhadap frekuensi distribusi polimorfisme gen T45G. Kadar adiponektin ditemukan lebih rendah pada kelompok PCOS daripada kontrol, dan terdapat hubungan antara resistensi insulin dengan PCOS. Pada pasien PCOS frekuensi polimorfisme T45G ditemukan lebih tinggi pada wanita dengan adiponektin kadar rendah dari pada kelompok adiponektin kadar tinggi, meskipun tidak bermakna secara statistik. Tidak ditemukan hubungan antara penanda biologi PCOS (LH, testosteron, SHBG, dan FAI) dengan polimorfisme gen T45G.
Kesimpulan: Polimorfisme gen adiponektin (T45G) tidak berhubungan langsung dengan penanda biologi PCOS, namun demikian hubungannya dengan adiponektin perlu penelitian lebih lanjut.

Background: Insulin resistance and central adiposity are frequent disorders in PCOS women, which are marked by biological marker dysregulation related to this metabolic abnormalities. Association between adiponectin and insulin resistance has been investigated in many studies, while only a few studies were done in PCOS patients. This study is to determine the association of T45G polymorphisms in Indonesian population with PCOS biological markers and their influence to adiponectin serum.
Methods: Fifty-two PCOS patients and 52 normal ovulatory women without hyperandrogenism as control subjects were included. Blood samples were collected between day 3 and 5 of a spontaneous menstrual cycle at 7 to 9 am, after overnight fasting. Serum levels of FSH, LH, testosterone, SHBG, glucose, insulin, lipid profile and adiponectin were measured. Insulin resistance was estimated by HOMA-IR, HOMA-β, and SHBG. T45G gene polymorphisms were determined by PCR after genomic DNA was obtained from peripheral blood of patients and control subjects.
Results: There were significant difference between PCOS and control group in term of BMI, LH, testosterone, SHBG, and FAI, but not significant to T45G gene polymorphisms frequency distribution. Adiponectin levels were lower in PCOS patients than control. There was an association between insulin resistance with PCOS. Among PCOS patients, no association between adiponectin LH, testosterone, SHBG, and FAI with T45G gene polymorphisms. T45G gene polymorphisms were more frequent in PCOS with low adiponectin levels compared to those with high adiponectin levels, although not significant statistically.
Conclusion: T45G gene polymorphisms has no direct association with PCOS biological markers, but its association with adiponectin needs further study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Sahala
"Latar belakang: Tingkat keparahan cedera ginjal iskemia-reperfusi (I/R) berhubungan erat dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Hasil penelitian terdahulu pada manusia dan hewan telah mebuktikan bahwa Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin (NGAL) dapat mendeteksi dan memprediksi terjadinya cedera ginjal I/R dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa peningkatan kadar NGAL serum dan urin berhubungan dengan kerusakan epitel tubuli ginjal pada tikus yang mengalami iskemia reperfusi dini.
Metode: Peneltian ini menggunakan 28 ekor tikus Sprague-Dawley jantan sebagai hewan model, dikelompokkan dalam 4 kelompok: sham 4 jam (Sham 4), sham 8 jam (Sham 8), iskemia 10 menit reperfusi 4 jam (I/R 4), dan iskemia 10 menit reperfusi 8 jam (I/R 8). Analisis kadar kreatinin serum diperiksa dengan metode Jaffe, sedangkan NGAL serum dan urin menggunakan metode ELISA Direct Sandwich. Evaluasi tingkat kerusakan jaringan ginjal dilakukan secara semi kuantitatif pada sediaan histologi dengan pulasan HE. Deskripsi kelainan tingkat seluler ginjal diperjelas melalui evaluasi menggunakan mikroskop elektron dan Imunohistokimia (IHK).
Hasil: Kadar NGAL serum berkorelasi bermakna dengan tingkat kerusakan ginjal (ρSpearman NGAL serum = 0,701, p < 0,001), juga kadar NGAL urin berkorelasi bermakna dengan tingkat kerusakan ginjal (ρSpearman = 0,689, p < 0,001). Tingkat ekspresi NGAL lebih tinggi pada kelompok I/R dibanding sham (t-test, t = -26635,046, p < 0,001), juga tingkat kerusakan ginjal tikus (t-test, t = -5,028, p < 0,001), dan kadar NGAL serum dan urin pada kelompok I/R berbeda nyata dibanding sham (Mann-Whitney, U = 0, p < 0,001). Pada cutoff point 136,95 ng/mL dan 58,69 ng/mL berturut ? turut untuk NGAL serum dan urin diperoleh sensitivitas = 1, spesifisitas = 1.
Kesimpulan: Peningkatan kadar NGAL serum dan urin berkorelasi dengan kerusakan epitel tubuli ginjal pada tikus yang mengalami cedera ginjal iskemia reperfusi dini.

Background: The severity of ischemia-reperfusion (I/R) kidney injury is highly correlated with mortality and morbidity rate. Research on human and animal prove that NGAL predicts kidney injury at early phase. The objective of this study is to prove that the increase in serum and urinary NGAL are correlated with kidney tubular epithelial damage, and this increase has occurred in initiation phase, indicated by rat kidney histopathology in an early I/R model.
Methods: Twenty eight male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups: 4 hour sham (Sham 4), 8 hour sham (Sham 8), 10 minute ischemia 4 hour reperfusion (I/R 4) and 10 minute ischemia 8 hour reperfusion (I/R 8). Blood, urine and kidney samples were collected. Serum creatinine level was analyzed with Jaffe method, while serum and urinary NGAL level were analyzed with direct sandwich ELISA method. Evaluation of kidney damage were measured semi quantitatively in tissue stained with HE. Further evaluation to confirm cellular changes on kidney was performed by electron microscope and immunohistochemistry.
Results: Serum NGAL was found significantly correlated with degree of kidney tissue damage (ρSpearman NGAL serum = 0.701, p < 0.001), also urinary NGAL (ρSpearman = 0.689, p < 0.001). NGAL expression differs significantly between I/R group and sham (t-test, t = -26635.056, p < 0.001), also kidney damage (t-test, t = -5.028, p < 0.001), and serum and urinary NGAL levels (Mann-Whitney, U = 0, p < 0.001). With cutoff points of 136.95 ng/mL and 58.69 ng/mL subsequently for serum and urinary NGAL , it is found that sensitivity = 1, specificity = 1.
Conclusion: Elevation of serum and urinary NGAL are significantly correlated with epithelial tubular kidney damage on rat undergoing early ischaemia reperfusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library