Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kunto Purboyono
"
ABSTRAK
Sukarno dan Tan Malaka merupakan dua anak manusia yang menafsirkan Marxisme secara unik. Semangat humanis yang membara membuat mereka memandang segala bentuk kekejaman dan teror dalam menerapkan sebuah ideologi sebagai hal yang menjijikkan. Situasi terjajah, tertindas, dan terhina menjadikan Marxism sebagai ideologi yang sangat memberi harapan dan inspirasi. Ketika emosi dan gelegak semangat membuat orang-orang menjadi bingung dalam menerima pemikiran yang masuk dan sebagian orang yang terlanjur menjadi Marxis kehilangan kontrol diri mereka dan berubah menjadi setan berwujud manusia, mereka dapat menyaring Marxisme dengan semangat kritis dan ilmiah yang tinggi. Sebuah Indonesianisasi Marxisme begitulah kira-kira usaha mereka terhadap ajaran itu. Istilah yang sarat arti ini memicu perdebatan yang tak habis-habis terlebih bila dikaitkan dengan apa yang disebut Sukarnoisme. Tapi singkatnya, essensi keinginan mereka adalah mengambil semangat humanis dari ajaran itu seperti anti penindasan, kemerdekaan, dan keadilan serta mencoba menaklukkan kaum Marxis yang menerapkan idealoginya secara sempit dan ekstrem dengan menafsirkan Marxisme sebagai perwujudan nilai-nilai besar manusia yang disepakati bersama.
"
1998
S12260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fana Dewi Savitri
"
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kelompok sandiwara Maya yang lahir masa pendudukan Jepang, kegiatan-kegiatannya hingga bubarnya dan lakon-lakon sandiwara yang pernah dimainkannya selama tahun 1943-1950.
Kelompok sandiwara Maya tampil beda dengan kelompok sandiwara lainnya. Mereka menggunakan teori-teori teater Barat, mempunyai naskah sandiwara dan fungsi sutradara yang jelas. Pemain-pemain Maya bukanlah anak wayang, mereka adalah intelektual muda saat itu dan mempunyai pekerjaan, mereka yang ingin mencoba hal baru yang lain dalam kehidupan kesehariannya.
Lakon-lakon yang dipentaskan Maya menggambarkan kehidupan masyarakat saat itu. Walaupun isi lakonnya terpengaruh propaganda Jepang, namun pengarangnya tidak lupa menyuarakan juga cita-cita kemerdekaan Indonesia.
"
1997
S12351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahda Sofa Syahdu
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat tindakan ofensif PM di bidang kebudayaan, khususnya seni film pada masa Demokrasi Terpimpin melalui berbagai cara. Salah satu di antaranya adalah dengan menghambat peredaran dua judul film yaitu Pagar Kawat Berduri (1961) dan Anak Perawan di Sarang Penjamun (1963) hasil karya Asrul Sani dan Usmar Ismail.
Campur tangan PKI di bidang Perfilman melalui tuduhan yang tidak berkaitan dengan film sebagai seni memperlihatkan kekhawatiran pihak komunis bahwa film-film tersebut akan berpengaruh terhadap kedudukan PKI selanjutnya. Film sebagai media seni murni tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya karena telah tercampur dengan kotornya politik.
Penelitian dan pengumpulan bahan dilakukan melalui studi kepustakaan pada beberapa Perpustakaan dan juga mempergunakan media pandang-dengar sebagai sumber primer di perpustakaan Sinematek Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Kuningan- Jakarta disamping skenario dan koran sejaman.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliani Umar
"ABSTRAK
Skripsi ini membahaa peristiwa-peristiwa yang terjadi di bandar Somba Opu mulai awal abad XVII sampai runtuhnya kerajaan Gowa pada tahun 1667. Peranan bandar Somba Opu sebagai sumber penghasilan kerajaan Gowa, telah memberi andil yang besar bagi kerajaan Gowa, khususnya dalam bidang ekonomi. Sehingga berhasil memegang Supremasi dan Hegemoni atas kerajaan-kerajaan di Nusantara bagian Timur.
Keberhasilan bandar Somba Opu, tidak terlepas dari situasi perdagangan internasional yang saat itu mengalami pasang surut, baik di Selat Malaka maupun di Laut Jawa. Kedua, tempat tersebut lebih dahulu dikenal sebagai jalur perdagangan internasional sebelum hadirnya bandar Somba Opu sebagai pusat perdagangan, pada awal abad XVII.
Letak bandar Samba Opu yang strategis, tepat di jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku, berhasil menempatkan bandar Somba Opu sebagai bandar transito dan pusat kegiatan pelayaran dan perdagangan. Sejak jatuhnya Malaka tahun 1511, para pedagang muslim terdiri dari pedagang Melayu, Jawa dan Sumatra berdatangan ke bandar Somba Opu, selain berdagang juga menyebarkan agama Islam.
Selain pedagang Malayu, juga pedagang dari Portugis, Belanda, Inggris, dan Denmark, memanfaatkan bandar Somba Opu sebagai bandar transito. Bangsa Portugis, merupakan pedagang asing yang banyak memberi keuntungan dalam perdagangan di bandar Somba Opu. Hal ini ditunjang oleh kebijaksanaan raja Gowa yang menjamin keamanan bagi semua pedagang, dan bandar Somba Opu terbuka bagi semua bangsa untuk melakukan kegiatan perdagangan, dengan syarat ikut menjaga keamanan dalam negri.
Dalam usaha mengembangkan kegiatan perdagangan, para bangsawan kerajaan Gowa, berperan aktif dalam perdagangan. Komoditi perdagangan didatangkan oleh pedagang Bugis-Makassar ke bandar Somba Opu untuk memenuhi kebutuhan bagi pedagang asing yang secara rutin datang ke bandar Somba Opu. Tersedianya berbagai komoditi perdagangan di bandar Samba Opu, sehingga bandar Somba Opu memperoleh banyak keuntungan dari pajak perdagangan yang dikenakan pada setiap pedagang yang melakukan transaksi dagang di bandar Samba Opu.
Keberhasilan bandar Somba Opu dalam jaringan ekonomi perdagangan, menjadi incaran bagi bangsa Belanda untuk menerapkan monopoli perdagangan. Situasi ini berlanjut, hingga perjanjian Bungaya tahun 1667, yang isinya sangat merugikan kerajaan Gowa. Dengan demikian kegiatan perdagangan di bandar Samba Opu mengalami kemunduran.

"
1990
S12644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yorita L.S. Bernadetta
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat upaya Benyamin untuk menyebarluaskan kesenian Betawi, khususnva gambang kromong hingga keluar dari daerah asalnya yaitu Betawi menjadi musik yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia ia juga berusaha untuk mengangkat budaya Betawi menjadi budaya tandingan bagi budaya yang datang budava yang dari luar negeri Benyamin menjadikan Budaya Betawi lebih popular.
Penelitian dan pengumpulan bahan dilakukan melalui studi kepustakaan pada beberapa perpustakaan dan juga menggunakan media pandang dengar sebagai sumber primer yang diperoleh di Perpustakaan Sinematek Pusat Perfilman H. Usmar Ismail Kuningan. Jakarta dan ,juga menggunakan media dengar yang diperoleh dari Bens Radio, Ciputat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S12230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henricus Bismo
"ABSTRAK
Perubahan status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara Perhutani sejak ditetapkannya PP/No.17-30/1961, membawa pengaruh pada pengelolaan hutan. Pada masa Perhutani, hutan telah dijadikan salah satu sumber pendapatan negara. Dari hasil penjualan kayu oleh Perhutani maka akan didapatkan devisa, pajak dan beban pembangunan. Dalam melakukan kegiatannya yakni produksi dan pemasaran, Perhutani mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang dialami Perhutani mempengaruhi segala aspek kinerja perusahaan. Dengan demikian selama masa 1961-1966 Perhutani masih belum dapat mengembangkan usahanya.

"
1996
S12471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Duria Nirmalawati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai Pengaruh Pendidikan Barat pada orang Depok asli telah dilakukan di kota administra_tif Depok pada tanggal 12 Juli 1989 hingga 12 Desem_ber 1989. Selain di Kotip Depok, studi ini juga dilakukan di beberapa perpustakaan dan Arsip Nasional guna menemukan bukti-bukti tertulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penga_ruh pendidikan Barat pada orang Depok asli.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara lisan terhadap para keturunan orang Depok asli, juga pada orang-orang yang tinggal di sekitarnya, guna mengetahui keadaan mereka. Selain itu penulis juga menggunakan dokumen-dokumen yang ada di Arsip Nasion_al dan beberapa buku sebagai studi perpustakaan.
Dari penelitian ini penulis dapat mengetahui bahwa orang Depok asli memiliki beberapa perbedaan di masa kolonial dengan orang-orang pribumi lainnya. Mereka memiliki kedudukan sosial yang lebih dari masyarakat Indonesia lainnya. Ini disebabkan mereka telah mendapat pendidikan Barat. Dengan adanya pen_didikan Barat, maka mereka dapat memperoleh lapangan pekerjaan yang lebih baik dan tidak harus menekuni bidang pertanian saja. Mereka ada yang menjadi tenaga propesional sebagai dokter. guru, atau ahli hukum, banyak dari mereka yang menjadi pegawai pemerintah atau swasta di Batavia, karena profesi berbeda gaya hidup pun berbeda. Maka ada istilah Belanda Depok, yaitu orang Depok asli yang bergaya hidup mirip orang Belanda.

"
1990
S12748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyadi Sulaiman
"ABSTRAK
Subjek penelitian ini adalah kerjasama kebahasaan Indonesia-Malaysia yang
dilaksanakan pasca konfrontasi tahun 1966 hingga tahun 1985. Fokus kajiannya
diarahkan pada pembahasan sekitar sejarah perjalanan Majelis Bahasa Indonesia-
Malaysia (MBIM) sejak resmi didirikan pada 29 Desember 1972 hingga tahun 1985
ketika kerjasama ini berubah nama menjadi Majelis Bahasa Brunei-Indonesia-
Malaysia (MABBIM) seiring diikutsertakannya Brunei Darussalam sebagai anggota.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan menyajikan hasil
penelitian dalam bentuk deskriptif-analisis.
Dengan apa yang telah diperagakan selama kurang lebih 14 tahun, MBIM
berhasil menjadi sebuah forum unik?tidak ada di wilayah manapun?yang sangat
efektif dan membawa banyak perubahan, khususnya dalam aspek kebahasaan, baik
bagi Indonesia maupun Malaysia. Selain mampu menenggelamkan trauma
konfrontasi yang pernah dirasakan oleh kedua negara, MBIM juga tercatat mampu
menghadirkan ragam hasil di ranah kebahasaan.
Salah satu keluaran penting yang dihasilkan dari adanya serangkaian
persidangan MBIM adalah semakin kuatnya kedua negara dalam konteks merancang
dan menyempurnakan?termasuk mempergunakan?sistem ejaan yang di Indonesia
dikenal sebagai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan di Malaysia dinamakan
Ejaan Rumi Baru Bahasa Malaysia (ERB). Selain ejaan, keluaran lain yang juga
penting dicatat adalah pedoman pembentukan istilah. Di Malaysia pedoman ini
dikenal sebagai Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa Melayu (PUPIBM),
sementara di Indonesia pedoman ini dikenal sebagai Pedoman Umum Pembentukan
Istilah (PUPI). Pedoman tersebut serentak mulai digunakan oleh masing-masing
negara sejak tahun 1975.
Namun seiring banyaknya keluaran yang dihasilkan dari serangkaian sidang
MBIM, tak pelak MBIM pun harus menghadapi beragam persoalan. Akan tetapi,
meskipun dihadapkan pada beberapa persoalan. MBIM tetap dipandang sebagai
sebuah forum kerjasama yang berhasil memberikan kontribusi tidak hanya pada
proses pengembangan bahasa kedua negara tapi juga pada proses membangkitkan
memori kolektif kesejarahan Indonesia-Malaysia.

ABSTRACT
This study aims to describe and explore the language cooperation between Indonesia
and Malaysia, initiated in 1966, just after the end of Confrontation of the two
countries, and lasted until 1985. Resulted from historical research, this thesis presents
the subject in descriptive-analyses writing. The main point is discussion on the
establishment of the Language Council of Indonesia-Malaysia called MBIM-Majelis
Bahasa Indonesia-Malaysia; and how this language cooperation implemented in both
countries from 1972 to 1985.
By what has been executed for about 14 years under the Language Council showed
changes and progress, in particular of the Malaya and Indonesian languages, given
that both share the same roots, i.e. the Malay language. The cooperation, in its own
way, had diminished the trauma and bitterness underwent in both countries, due to
political divergences.
The most significant result of this language cooperation could be observed in the
fields of policy language planning and designing, new formulation of word-spelling,
due to historical background of colonialism, in which Indonesia has strong influence
of the Dutch and Malaysia of the British. This way, both Malay spoken in Indonesia
and Malaysia found new form agreed by both countries. Indonesia called it Ejaan
Yang Disempurnakan (New Better-Formed Spelling) and Malaysia launched Ejaan
Rumi Baru (Rumi New Spelling).
Other notable result is the guidelines of terms accorded by the Language Council
during these 14 formative years, covering scientific terms of pure, natural and social
sciences. Malaysia published the General Guides for Establishment of Term in Malay
and Indonesia issued Petunjuk Umum Penggunaan Istillah, both were implemented in
1975.
Despite such a success story of the Language Council of Indonesia-Malaysia,
problems were to be managed under friendly Malay way of problem-solving.
However, MBIM was still considered a model cooperation, contributing not only to
language development of both countries but also in making progress of reawakening
collective memories shared by both nations, Indonesian and Malaysian."
2012
T31062
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library