Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titik Pudjiastuti
"ABSTRAK
Warisan budaya lama yang sampai saat ini masih banyak mendapat perhatian para pengamat adalah karya tulisan (Soebadio, 1975: 11) dan salah satu bentuk dari karya tulisan itu adalah sastra sejarah. Hoesein Djajadiningrat (dalam Soedjatrnoko, 1995: 58) menyebutnya sebagai `historiografi tradisional lokal', suatu bentuk karya sastra yang dihasilkan oleh pusat-pusat kekuasaan.
Penyebutan `sastra sejarah' menimbulkan persoalan yang fenomenologis, karena istilah ini mengisyaratkan kesesuaian konsep antara sastra yang merupakan rekaan dan sejarah sebagai proses, perkembangan dari kejadian-kejadian masa lampau. Menurut Ekadjati (1982: 6) obyek studi semacam ini dalam karya tulis masa lampau adalah hal yang biasa, karena di masa lalu kegiatan sastra dapat dikatakan bersatu dengan kegiatan sejarah. Bahkan Taggart (1962: 12) mengatakan bahwa sejarah pada mulanya adalah cabang ilmu sastra. Oleh karena itu, tidak heran apabila Raffles (1817), Hoesein Djajadiningrat (1913), Worsley (1972), De Graaf & Pigeaud (1974), Ras (1986), Ricklefs (1987), dan Abdullah (1987) berpendapat bahwa karya sastra sejarah - dengan bantuan disiplin ilmu filologi dan sejarah kritis - dapat dipandang sebagai sumber atau pencatat sejarah. Namun, pengamat lainnya seperti Onghokham (1981: 2) dan Widja (1991: 7) mengatakannya sebagai karya yang kurang bermutu, karena isinya hanya mengenai uraian tentang asal usul daerah tertentu atau mementingkan pemenuhan rasa cinta kedaerahan yang berlebihan. Sementara itu, Teeuw (1976) dan Soeratno (1991) memandangnya sebagai perwujudan dari kreativitas penciptanya, karena fakta yang hidup dalam reality disesuaikan dengan selera pengarang berdasarkan struktur teksnya. Perbedaan pandangan ini, menurut Cicero yang dikutip Hamilton disebabkan karena prinsip kedua ilmu tersebut berbeda; dalam studi sejarah yang panting adalah kenyataan atau fak-ta, sedangkan dalam ilmu sastra yang panting adalah menyenangkan (Hamilton, 1996: 9).
Selintas sastra sejarah memang mengesankan karya rekaan, karena bangunannya berupa cerita yang rangkaian peristiwanya diramu dengan aspek fiktif dan estetis. Akan tetapi, jikaceritanya dicermati akan tampak bahwa peristiwa-peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan gambaran dari fakta-fakta yang pernah berlangsung. "
2000
D272
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
"ABSTRAK
Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa meskipun arsip-arsip Banten dan teks-teks SB berada dalam satu konteks, tetapi tidak scmua inforrnasi yang tennuat dalam arsip Banten dapat digunakan untuk menafsirkan teks-teks SB. Banyak hat, terutama yang berkenaan dengan unsur-unsur kehidupan dari zaman ketika teks SB ditulis tidak ditemukan penjelasannya dalam arsip-arsip Banten. Umpamanya, gambaran yang rnencrangkan tang peperangan yang terjadi antara Banten dan Belanda, sehingga menghasilkan damaian yang menguntungkan Banten atau gambaran yang menunjukkan kebesaran item di masa lalu seperti yang tercermin dalam teksnya. mernuat keterangan mengenai silsilah Sultan Banten juga berisi `cerita' yang menjelaskan berdirinya kesultanan Banten oleh Molana i lasanudin. Akan halnya arsip-arsip l3anten yang dapat digunakan untuk menunjukkan kesamaan peritiwa dengan teks-teks SB kelompok SBK cukup hanyak, di antaranya pada arsip Inv 19, 26, 85, 63, 64, 81h, 74, 80, dan CO 77/14. 3 dan 4. Peristiwa-peristiwa yang berisi penggambaran situasi keadaaan negara Banten di mansa pemerintahan Sultan Abu Nassr Abul Kahar (Sultan Haji) terdpat dalarn arsip inv. 19 dan 26, sedangkan peritiwa penting yang menggamharkan situasi peperangan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Ahu Nassr Abul Kahar (Sultan I laji), perjanjian antara Ahu Nassr Abul Kahar (Sultan I laji) dan Belanda, dan huhungan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Inggris yang hanya terdapat dalarn teks T dan Dd2 termuat dalarn arsip: 63, 64, 81 b, CO 77/14. . Adapun peristiwa yang menyehutkan pengangkatan Ratu Syarifah (Ratu Sarip) dan Sultan Ishak yang te4ipat dalarn teks T tercatat dalam arsip nomor Inv. 74 dan 80. Adapun cerita rakyat Banten yang menunjukkan unsur kesejarahan seperti yang tercermin dalam teks-teks SB terlihat pada cerita rakyat yang herjudul Tuhuv dan Bunten I6NO. Pada cerita Tubu, peristiwa sejarah yang digambarkan adalah peristiwa pengislaman Banten oleh Molana I lasanuddin, sedangkan peristiwa sejarah yang tergambar dalarn cerita Banteng Banten 1680 adalah peristiwa peperangan antara Sultan Ageng Iirtayasa dan putranya Sultan Abu Nassr Abul Kahar (Sultan Haji)."
2000
D1668
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library