Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Humaidi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Politik Militer Angkatan Udara Republik Indonesia dalam pemerintahan Sukarno 1962-1966. Secara temporal penelitian ini di awali dengan pelaksanaan Reorganisasi tahun 1962 dan diakhiri hingga dikeluarkannya Supersemar. Aspek spasial penelitian ini adalah Jakarta, sebagai Ibukota negara R.I dan pusat komando AURI.
Penelitian tesis ini menggunakan metode sejarah. Sebagai kajian sejarah, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk naratif. Data penelitian berupa sumber primer didapatkan di Arsip Nasional, Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Disjarah AURI, Perpustakaan Nasional, Sekretariat Negara dan Perpustakaan CSIS. Selain itu didapatkan sumber lisan dari pelaku sejarah, melalui proses wawancara dengan Sri Mulyono Herlambang (Men/Pangau 1965-1966), Heru Atmodjo (Asisten Direktur Intelejen AURI 1965) dan Supeni (Tokoh PNI/Staf Departemen Luar Negeri 1965). Adapun data sekunder diperoleh dari sepuluh perpustakaan di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reorganisasi militer AURI pada tahun 1962 secara konsepsi bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas dan integralitas angkatan bersenjata. Namun prakteknya, reorganisasi seringkali dikaitkan dengan masalah politik yang kontra-produktif. Pergantian kepemimpinan AURI dari Suryadarma kepada Omar Dhani misalnya, lebih didorong karena persaingan antar angkatan bersenjata dan Presiden Sukarno juga menjadikan reorganisasi sebagai cara meningkatkan pengaruhnya dalam angkatan bersenjata. Menghadapi menguatnya pengaruh Nasution, Sukarno menjalin hubungan erat dengan AURI.
Peristiwa G-30-S 1965 di Jakarta dan Yogyakarta yang menewaskan Ahmad Yani, Suprapto, S.Parman, MT Haryono, Sutoyo, DI Pandjaitan, Tendean, Katamso dan Sugiyono pada akhirnya melahirkan ketidakpercayaan publik terhadap kepemimpinan presiden yang dianggap terlibat dalam peristiwa tersebut. Pada peristiwa tersebut, keterlibatan Men/Pangau Omar Dani mengakibatkan ketidakpercayaan publik terhadap AURI. Sehingga kemudian pada akhir masa kepemimpinan Omar Dani dan kepemimpinan Sri Mulyono Herlambang, AURI bersikap berbalik dengan menumpas para pelaku G-30-S. Adapun perubahan sikap tersebut, selain di dorong dari kalangan internal AURI juga merupakan akibat campur tangan pihak AD untuk mengurangi pendukung Sukarno dalam pemerintahan.

The objective of this experiment was to discribe Angkatan Udara Republik Indonesia militery politic in Sukarno government 1962-1966. This experiment was temporally started with reorganization gappened in 1962 and ended until Supersemar run. The spacial aspect of this experiment was in Jakarta as RI capital city and AURI command center.
The thesis experiment used historical methode. As historical course, the result of this experiment was performed in narrative text. An experiment data was primary sourced that got from national archive, TNI History and Tradition Center, Disjarah AURI, National Library, State Secretariat and CSIS library. Beside that, it was gotten from oral speaking source of historical actor, Sri Mulyono Herlambang (Men/Pangau 1965-1966), Heru Atmodjo (AURI Intelejent Directure Asistent 1965) and Supeni (PNI figure/abroad departemet staff 1965) using interview process. And the secondary data was gotten from 10 library in Jakarta.
The result of this experiment showed that the objective of military AURI reorganization in 1962 was conceply to increase profesionality and integrality of angkatan bersenjata. But in fact, reorganization was often related with political problem. AURI leader subtitute from Suryadarma to Omar Dani as example, because of many competitions between Angkatan Bersenjata and President Sukarno that made reorganization as a way to influence improvement in Angkatan Bersenjata. To face Nasution?s influence, Sukarno has good relation with AURI.
The event of G-30-S in Jakarta and Jogjakarta which killed Ahmad Yani, Suprapto, S. Parman, MT Haryono, Sutoyo, DI Pandjaitan, Tendean, Katamso dan Sugiyono. Was finally process unbelieveable society to leadership of president which assumed that he involved in it. In this event Men/Pangau Omar Dani involvement proceesed unbelievable public to AURI. So, the end of Men/Pangau Omar Dani and Men/Pangau Sri Mulyono Herlambang leadership, AURI showed contra attitude with arresting the actors of G-3-S. it was because of not only from internal AURI but also the results of joining AD to descrise influence of Sukarno supporter in his government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24429
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Rafika Mufti
"Skripsi ini membahas kebijakan pangan yang dijalankan oleh Pemerintahan Orde Baru pada periode 1969-1988 dan dampak-dampak yang dirasakan oleh para petani sebagai pemeran utama selama kebijakan tersebut berjalan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif-analisis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kebijakan pangan merupakan kebijakan yang tidak dapat disampingkan. Swasembada pangan merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga ketahanan negara. Namun, di lain sisi, kebijakan pangan yang diterapkan tersebut masih tidak mampu meningkatkan pendapatan para petani produsen beras di Indonesia. Karena kebijakan tersebut berjalan secara berantakan dan memiliki banyak kelemahan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariefuddin Rangga
"Skripsi ini membahas perkembangan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI pada kurun waktu 1959-1964. Pada masa itu, PSSI berada di bawah kepemimpinan Abdul Wahab Djojohadikoesoemo. PSSI pada saat itu sempat meraih prestasi yang membanggakan, dalam satu tahun PSSI berhasil mendapatkan juara pertama di tiga kejuaraan internasional. Namun, munculnya beberapa insiden, yaitu Insiden Mattoangin, Insiden Senayan, serta konflik antara Kogor dan PSSI telah mencederai kegemilangan prestasi tersebut. Setelah terjadi insiden-insiden tersebut, PSSI mengalami kegagalan dalam dua event besar, yaitu Asian Games ke-IV dan Ganefo yang dilangsungkan di Jakarta.

This writing describes the development of the Indonesian Footbal Association (PSSI) from 1959 until 1964. During that period, PSSI was under the leadership of Abdul Wahab Djojohadikoesoemo. It was during his leadership when PSSI had achieved an outstanding accomplishment; in only one year, PSSI succeeded to get first place in three international competitions. However, due to several inccidents such as Mattoangin Inccident, Senayan Inccident, and the conflict between them and Kogor, PSSI has ruined its own shine. After those inccidents, PSSI underwent failures in two major events; The Fourth Asian Games and Ganefo which was held in Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jamilludin Ali
"Tesis ini membahas pemikiran Nurcholish Madjid yang berkaitan dengan gagasan Islam kultural, yaitu sekularisasi, slogan "Islam Yes, Partai Islam No", dan penolakan terhadap negara Islam. Gagasan Islam kultural yang dikembangkan oleh Nurcholish Madjid menekankan bahwa perjuangan kepentingan umat Islam tidak hanya dilakukan melalui jalur politik saja, tetapi dapat dilakukan melalui jalur lainnya, seperti pendidikan, dakwah, seni, dan lain sebagainya. Selain itu, gagasan ini mengutamakan terealisasinya nilai-nilai keislaman, seperti keadilan, persamaan hak, partisipasi, dan musyawarah, dalam masyarakat Indonesia, bukan pembentukan negara Islam secara formal.

The focus of this study is Nurcholish Madjid?s thought associated with the idea of cultural Islam, namely secularization, the slogan "Islam Yes, Islamic Party of No", and rejection of Islamic state. Cultural Islamic ideas developed by Nurcholish Madjid emphasized that the struggle for the interests of Muslims is not only done through political channels, but can be made through other channels, such as education, preaching, art, and others. Also, this idea gives priority to the realization of Islamic values in the Indonesian people, such as justice, equal rights, participation and deliberation, not the formal establishment of an Islamic state."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27807
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Hardiana
"Tema penulisan ini berusaha melihat kaitannya permasalahan politik dan opium dalam gerakan separatisme suku Shan terhadap pemerintah Myanmar, yang dimotori oleh para Saohpas (1967-1996). Gerakan mereka menuai bias internasional kemurniaan perlawanan separatisme atau hanya dalil menutupi posisi para Saohpas yang sebagai bagian dlam jaringan opium kawasan Segitiga Emas. Walaupun demikian perlawanan etnistas tersebut masih berlangsung hingga kini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwien Kusuma
"Peranan Gerakan Pemuda Ansor I949 - 1963 dalam Nahdlatul Ulama. Membahas hubungan GP Ansor dan NU dalam wilayah politik selarna lima belas tahun. 1949 merupakan tahun didirikannya Gerakan Pemuda Ansor oleh para pemuda Islam tradisional sebagai kelanjutan dari Ansor Nahdlatul Ulama pada periode 1920 - 1930 an. Awal hubungan kedua organisasi ditandai dengan adanya Persetujuan Besama PB NU - PP GP Ansor pada September 1951, Persetujuan tersebut mengikat pemuda Ansor untuk tunduk dan setia kepada NU dan menjadikan Ansor sebagai alat perjuangan NU. Setelah menjadi partai politik pada 1952, NU menggunakan Ansor sebagai salah satu wadah kaderisasi dalain wilayah politik. Semenjak itu Ansor secara aktif terlibat dalam kegiatan politik yang dijalankan oleh NU pada masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin. Hubungan antara GP Ansor dan NU, kerap diwarnai dengan berbagai sikap politik yang berbeda antar individu tokohnya. Konsepsi Presiden, Liga Dernokrasi dan Demokrasi Terpimpin menjadi polemik utama antara Ansor dan NU. Perbedaan sikap antara Ansor dan NU diakhiri dengan diadakannya Konferensi Besar GP Ansor di Solo pada 1962. Pada forum tersebut lahir Deklarasi Solo yang mengulang kembali isi Persetujuan Bersama PB NU - GP Ansor, September 1951. Sikap setia Ansor terhadap NU diperkuat dengan Pernyataan Surabaya yang dicetuskan pada Kongres ke -6 GP Ansor pada 1963."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Setiawati
"Pandji Masjarakat adalah sebuah majalah Islam yang berhaluan modernis. Majalah ini diasuh oleh tokoh-tokoh Muhaminadiyah dan Masyumi, dan diprakarsai oleh seseorang yang dikenal sebagai sastrawan dan pemikir Islam, H. Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka. Pada 1959, ia bersama teman-temannya menerbitkan Pandji Masjarakat sebagai upaya dakwah dan penyebaran Islam. Yang menjadi konsentrasi bagi majalah ini adalah bidang pengetahuan dan modernisasi Islam. Saat perjalanan Pandji Masjarakat memasuki tahun kedua, situasi politik Indonesia tengah mengalami sebuah peristiwa penting yang sampai sekarang terus tercatat dalam sejarah, yaitu berlakunya sistem Demokrasi Terpimpin, Pandji Masjarakat yang memposisikan diri sebagai oposisi terhadap penguasa Orde Lama-Soekarno semakin terjepit, sejak Penguasa Perang Tertinggi mengeluarkan aturan ketat terhadap segala aktivitas individu maupun organisasi yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional. Sebagai imbas dari ketegangan politik yang terjadi, pemerintah menjadi semakin sensitif terhadap munculnya gejolak di masyarakat. Puncaknya adalah Pandji Masjarakat harus mengalami pembredelan, karena keterkaitan pengasuh majalah tersebut dengan Liga Demokrasi dan Masyumi. Di era Orde Baru, iklim semakin membaik bagi kebebasan media masa. Tekad pemerintah untuk memberantas komunisme dan seluruh organnya menjadi tambahan peluang bagi berkembangnya demokratisasi di Indonesia. Sejak saat itu, Pandji Masjarakat lebih leluasa menjalankan visi-misinya. Selama rentang 1966-1974 penelitian ini, Pandji Masjarakat menjadi majalah yang berusaha rnenyebarkan ide-ide pembaharuan Islam. Berusaha meluruskan tradisi yang salah dan membenahi penyimpangan-penyimpangan aqidah yang terjadi di masyarakat. Pandji Masjarakat mengajak memperbaharui cara pandang set,ap muslim terhadap agamanya, dan bukan memperbaharui agama itu sendiri. Perjuangan Pandji Masjarakat ini terlihat dari isinya, yang 75% mengulas tentang pelurusan aqidah Islam. Selain itu, Pandji Masjarakat juga keras dalam menyikapi pemikiran_pemikiran yang salah menafsirkan Islam. Di era Soeharto, hubungan antara Pandji Masjarakat dengan pemerintah membaik. Di satu sisi, pemerintah masih membutuhkan dukungan rakyat, sehingga tidak berani bertindak ceroboh yang dapat menyebabkan merosotnya dukungan tersebut. Di sisi lain, Pandji Masjarakat-seperti juga media rnassa lain merasa jasa Orde Baru sangat besar karena telah memberantas komunisme, sesuatu yang mengkhawatirkan banyak pihak. Hubungan baik ini terus berlangsung karena Pandji Masjarakat tidak lagi bersikap oposisi terhadap pemerintah, sebagaimana di era Orde Lama. Sikap kritis yang ditunjukkan Pandji Masjarakat hanya menyangkut beberapa hal yang dianggap serius berkaitan dengan umat Islam, seperti isu tentang Parmusi. Hal-hal yang menjadi perhatian Pandji Masjarakat di era 70-an beralih kepada berkembangnya arus aliran kebatinan dan kristenisasi. Hal ini berlangsung sampai dengan berakhirnya studi ini. Di tahun 1974, Pandji Masjarakat mengubah motto majalahnya menjadi penyebar kebudayaan dan pengetahuan untuk dakwah dan pembangunan umat. Perubahan ini dimaksudkan agar majalah ini lebih baik keikutsertaannya dalam pembangunan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirunnisa
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Firmansyah
"Skripsi ini merupakan sebuah studi mengenai perjalanan karier grup musik Slank periode 1983-1996 dan pengaruh mereka terhadap gaya hidup generasi muda, terutama para Slankers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 19831996, Slank telah banyak mencatat prestasi. Di antaranya adalah penghargaan BASF Award sebagai grup musik rock pendatang baru tahun 1990 dengan jumlah penjualan album yang mencapai angka 300.000 copy. Dalam perjalanannya, para personel Slank sempat terjerumus dalam lembah narkotika dan menjadi pecandu berat. Gaya hidup seperti ini yang kemudian juga turut diikuti oleh para Slankers. Segala perilaku para personel Slank, baik positif dan negatif diikuti oleh para Slankers.

This thesis is a study about the career journey of rock band Slank in 1983-1996 and its influence to the life style of young generation, especially the Slankers. The result of this study shows that during the period of 1983-1996, Slank had recorded many accomplishments. One of the achievements is the BASF Award for the best newcomer rock band in 1990, with the total album selling reached 300.000 copies. In their journey, Slank noted a black record in their career as drugs addicts, by which many of their fans followed this kind of life style. It seems that almost all of the Slank personnel behaviors, whether they?re positive or negative, are followed and imitated by the Slankers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S45
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lorentius Oky Pratama
"Penelitian ini mencoba memaparkan aksi gerakan Kaum Sangha di Vietnam yang memicu aksi protes dan penggulingan pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem dari kekuasaan. Paparan dimulai dengan menjelaskan pengaruh gagasan pembaharuan Buddhisme dari berbagai negara Buddha terutama China terhadap gerakan Kaum Sangha di Vietnam. Peran Kaum Sangha yang terutama adalah memberikan pencerahan agama kepada setiap orang di manapun berada. Namun pada masa pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem, kebebasan untuk beribadah tidak diberikan kepada penganut Buddha, hanya Katolik yang mendapat tempat utama. Pada akhirnya penelitian ini mengungkapkan tiga hal. Pertama, Presiden Ngo Dinh Diem tidak memberikan kebebasan beragama kepada penganut Buddha. Kedua, aksi bakar diri Thich Quang Duc pada tahun 1963 memunculkan dukungan dari masyarakat dunia, untuk memaksa Amerika Serikat berlaku keras kepada Ngo Dinh Diem. Ketiga, ketidakpuasan Kaum Sangha terhadap pemerintahan menjadi dasar legitimasi aksi kudeta menggulingkan Ngo Dinh Diem dari kekuasaan.

This research tries to explain the Sangha’s movement in Vietnam which triggered protest action and down falling Ngo Dinh Diem’s authority as a president. The description begins with an explanation about the effect of Chinese centered Buddhism revival idea on Sangha’s movement. The Sangha’s main role was giving religious enlightenment to everyone. Unfortunately, religious liberty wasn’t given to the Buddhist because of the only priority given to the Catholics. Ultimately the research reveals of three things. First, Ngo Dinh Diem as a president didn’t give freedom worship to the Buddhist. Then, self immolation done by Thich Quang Duc in 1963 had created world supports to have USA determine a harder attitude toward Ngo Dinh Diem. And the last, Sangha’s discontentment toward government became legitimation of coup d’état on overthrowing Ngo Dinh Diem’s power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S119
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>