Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Hotber Edwin Rolan
Abstrak :
Latar belakang : Resusitasi cairan merupakan hal penting dalam penatalaksanaan renjatan hypovolemik pada penderita sakit kritis. Pada umumnya pemberian cairan dalam jumlah besar dan waktu secepatnya sesuai dengan protokol early goal directed therapy EGDT . Pemberian cairan dalam jumlah yang besar dan waktu secepatnya diketahui dapat berkontribusi terhadap terjadinya hypervolemik. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu pemeriksaan yang dapat mengetahui bahwa resusitasi cairan yang sedang diberikan tidak menyebabkan hipervolemik. Tujuan : 1 Melihat hubungan antara kadar troponin-i dengan resusitasi hipervolemik pada hewan model dan 2 Melihat hubungan antara troponin-i dengan kontraktilitas jantung pada hewan model. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian pre dan post intervention. Penelitian telah dilaksanakan pada 8 ndash; 18 juni 2017 di FKH IPB Bogor. Hewan model renjatan adalah 10 ekor Sus Scrofa jantan usia 6-8 minggu. Renjatan dilakukan dengan metode fixed pressure hemorrhage. Resusitasi pertama dilakukan dengan jumlah cairan sesuai darah yang dikeluarkan resusitasi normovolemik , dilanjutkan dengan 40 ml/kg resusitasi hipervolemik-1 dan 40 ml/kg yang kedua resusitasi hipervolemik-2 . Pengukuran kontraktilitas jantung dengan menggunakan parameter DPmax pada PiCCO dan Kadar troponin-i diukur dengan menggunakan alat iStat dari Abbott. Hasil Penelitian : Terdapat peningkatan kadar troponin-i pasca resusitasi cairan hipervolemik p = 0,005 . Terdapat penurunan kontraktilitas jantung pasca resusitasi hipervolemik. Penurunan kontraktilitas jantung berhubungan dengan peningkatan troponin-i r=0,72; p=0,02 Simpulan : Pada hewan model terdapat hubungan antara hipervolemik dengan peningkatan troponin-i. Terdapat hubungan antara penurunan kontraktilitas jantung dengan peningkatan kadar troponin-i.
Background: Fluid resuscitation is fundamental to the acute shock hypovolemic of critically ill patient. In general, however, early and appropriate goal directed fluid therapy EGDT contributes to a degree of fluid hypervolemic in most if not all patients. Propose that assessment of hypervolemic should be considered as potentially biomarker of critical illness. Objective : 1 To investigating the effect of fluid resuscitation in animal model with special concern on troponin-i value, 2 To investigating the corelation myocard contractility with troponin-i level. Methods : This study is pre and post intervention. Were did at June 2017 8st ndash; 18st at FKH-IPB Bogor. Animal model were 10 male domestic pigs, 6-12 weeks old. The shock was induced with fixed pressure hemorrhage method. Fluid resuscitation was done in 2 phase. On the first attempt we replaced total number of blood that withdrawn normovolemic resuscitation . The second attempt, we gave 40 ml/kg resuscitation fluids hypervolemic resuscitation . Cardiac contractility meassurements were done with DPmax the part of PiCCO parameter. Results: We found that serum troponin-i increase after hypervolemic resuscitation r=0,81;p=0,005 . DPmax decrease significantly after the second resucitation attempt r = 0,72; p=0,02 . Conclusions: Hypervolemic resucitation in this animal model produced significantly troponin-i elevated. There is a corelation between cardiac contractility decrease with troponin-i level elevated.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Saputra
Abstrak :
Latar belakang: Sepsis merupakan penyebab kematian dan kesakitan utama di unit perawatan intensif anak. Pemberian bolus cairan masih menjadi pilihan utama dalam mengatasi renjatan sepsis dan digunakan pada panduan tata laksana internasional. Terapi bolus cairan bertujuan memperbaiki pasokan oksigen dengan meningkatkan curah jantung. Bukti yang mendukung panduan tersebut sangat terbatas sehingga menimbulkan kontroversi. Tujuan: Menilai perubahan pasokan oksigen, indeks curah jantung dan hemoglobin pada anak renjatan sepsis yang mendapat bolus cairan saat resusitasi. Metode: Penelitian observasional terhadap 35 subyek dari Februari-Mei 2019 di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan dan Pasar Rebo Jakarta. Subyek dipilih secara consecutive sampling dan ditata laksana sampai selesai sesuai prosedur yang berlaku. Hasil: Terdapat 23 dari 35 subyek yang mendapat  cairan bolus sampai 40 mL/kg dan 12 subyek hanya mendapat 20 mL/kg. Tidak terdapat perubahan indeks curah jantung dan pasokan oksigen sebelum dan sesudah pemberian cairan bolus (p= 0,235 dan p=0,340). Terdapat perubahan kadar Hb setelah pemberian cairan bolus (p=0,002). Simpulan: Penurunan kadar hemoglobin terjadi setelah pemberian cairan bolus tetapi tidak terbukti menyebabkan perubahan indeks curah jantung dan pasokan oksigen pada penelitian ini. ......Background: Sepsis is a leading cause of morbidity and mortality in children with a worldwide prevalence in pediatric intensive care units. Fluid bolus (FB) is a first line therapy for resuscitation of septic shock and has been recommended in international guidelines. FB aimed to increase delivery oxygen with increasing cardiac output. The supporting evidence based are still limited and controversy. Objective: To evaluate the changing of delivery oxygen (DO2), cardiac index (CI) and hemoglobin (Hb) in pediatric septic shock after fluid bolus in resuscitation. Methods: An observational study of 35 subject that conducted from February till May 2019 in Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan and Pasar Rebo Jakarta. The selection of subject with inclusion criteria through consecutive sampling and managed according to standard operating procedure. Result: There were 23 from 35 subject got 40 mL/kg and 12 subject got 20 mL/kg fluid bolus only. There were no changing of DO2 and CI after FB (p=0.235;p=0.340) then there was changing of hemoglobin after FB (p=0.002). Conclusion: Hemoglobin decreases after FB without change of CI and DO2 can be proved in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tartila
Abstrak :
Latar belakang : COVID-19 telah menjadi suatu pandemik dan menyebabkan kematian cukup besar. Populasi anak dilaporkan kurang dari 5% dari seluruh kasus yang ada di tiap negara, namun tetap ada sebagian kecil yang mengalami gejala berat dan kritis dan berakhir pada kematian. Respons hiperinflamasi yang dikenal sebagai badai sitokin merupakan dasar terjadinya gejala berat pada COVID-19, dan temuan pada dewasa menunjukkan kadar IL-6 yang sangat dominan dan berkorelasi dengan luaran yang buruk. Ekstrapolasi hipotesis pada kasus dewasa belum dapat sepenuhnya menjelaskan kondisi berat dan kritis pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil klinis pasien anak yang mengalami sakit berat dan kritis, luaran serta kadar IL-6. Metode : Penelitian ini merupakan observasional kohort pada populasi anak sakit berat dan kritis yang masuk ke IGD dan PICU Kiara RSCM pada bulan Oktober 2020 hingga April 2021. Hasil : Sebanyak 80 kasus memenuhi subjek penelitian, dengan 21 kasus terkonfirmasi positif (kelompok kasus) dan 59 kasus negatif (kelompok kontrol). Pada kelompok kasus didapatkan terutama pada usia >10 tahun (9 subjek), disertai komorbiditas (20 subjek, terbanyak kelainan kelainan jantung bawaan), koinfeksi (10 subjek), mendapat imunosupresan (10 subjek), ARDS (13 subjek), renjatan (11 subjek), median skor PELOD-2 sebesar 3, serta luaran kematian pada 11 subjek. Median IL-6 pada kelompok kasus 30,3 pg/mL. Kadar IL-6 pada derajat berat COVID-19 bervariasi namun memiliki kecenderungan yang lebih tinggi pada kasus meninggal. Simpulan : Kelompok anak yang mengalami sakit berat dan kritis memiliki lebih banyak komorbiditas dan koinfeksi sehingga memengaruhi luaran serta kadar IL-6. Penilaian terhadap IL-6 sebagai prediktor kematian pada kasus anak sejalan dengan kasus dewasa, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat trend perubahan IL-6. ......Background:. The population of children suffered from COVID-19 is reported to be less than 5% of all cases in every country. There is still a tiny proportion who experience severe and critical symptoms and end up in death. A hyperinflammatory response known as a cytokine storm is the basis of severe symptoms in COVID-19 and findings in adults suggest that IL-6 levels are highly predominant and correlate with poor outcomes. Extrapolation from adult cases has not fully explained the severe and critical condition in children. This study aims to evaluate the clinical profile, outcomes, and levels of IL-6 in severe and critically ill children. Methods: This study was an observational cohort of severe and critically ill children admitted to the emergency unit and PICU RSCM from October 2020 to April 2021. Results: Eighty subjects met the inclusion criteria, with 21 confirmed COVID-19 cases (case group) and 59 negative cases (control group). In the cases group, mostly age  >10 years old (9 subjects), with comorbidities (20 subjects, mostly were congenital heart defects), coinfection (10 subjects), ARDS (13 subjects), shock (11 subjects), receiving immunosuppressants (10 subjects), and the median PELOD-2 score was 3. There were death in 11 subjects. The median IL-6 in the case group was 30.3 pg/mL. IL-6 levels vary in the severity of COVID-19 and have a higher tendency in cases of death. Conclusion: The group of severely and critically ill children had more comorbidities and coinfections that affected the outcome and levels of IL-6. Assessment of IL-6 as a predictor of mortality in pediatric cases is in line with adult cases, but further research is needed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library