Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martha Eventina Christi
"Usaha Laundry di Indonesia memiliki peluang pengembangan ekonomi yang tinggi. Namun, limbah cair laundry di Indonesia belum memiliki peraturan lingkungan yang baik terhadap pengusaha jasa laundry. Constructed wetland dapat digunakan sebagai pengolahan biologis limbah cair yang sustainable, memanfaatkan energi yang rendah, dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi untuk mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kemampuan dan korelasi organic loading rate (OLR) terhadap efisiensi penyisihan serta konstanta tingkat penyisihan (R); tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) dalam laju degradasi chemical oxygen demand (COD) dan biochemical oxygen demand (BOD) pada horizontal sub-surface flow constructed wetlands dengan tanaman bambu air (Equisetum hyemale) dalam mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini menggunakan horizontal constructed wetlands dan tipe aliran sub-surface flow (SSF) dengan media tanah, pasir, dan kerikil dimana reaktor 1 menggunakan 120 tanaman dan reaktor 2 menggunakan 200 tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 86,04% dan BOD sebesar 88,10% sedangkan reaktor 2 menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 88,22% dan BOD sebesar 90,30%. Organic loading rate yang diterima oleh reaktor 1 dan reaktor 2 HSSF CWs dengan tanaman E. hyemale tidak memiliki korelasi yang cukup signifikan terhadap efisiensi penyisihan COD dan BOD. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 923,10 gr/ /hari; kA 3,77 m/hari; dan kV 1,00/hari sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 942,97 gr/ /hari; kA 4,20 m/hari; dan kV 1,12/hari dalam laju degradasi COD pada limbah cair laundry. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 247,04 gr/ /hari; kA 4,15 m/hari; dan kV 1,10 kV sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 251,20 gr/ /hari; kA 4,81 m/hari; dan 1,29/hari dalam laju degradasi BOD pada limbah cair laundry.

Laundry businesses in Indonesia have high economic development opportunities. However, laundry effluents in Indonesia do not have good environmental regulations for laundry businesses. A constructed wetland can be used as a sustainable biological treatment of wastewater, utilizes low energy, and does not require high costs to treat laundry liquid waste. This study aims to analyze and evaluate the ability and correlation of organic loading rate (OLR) on the removal efficiency as well as the removal rate constant (R); areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in the degradation rate of chemical oxygen demand (COD) and biochemical oxygen demand (BOD) in horizontal sub-surface flow constructed wetlands with water bamboo plants (Equisetum hyemale) in laundry wastewater treatment. This study used horizontal constructed wetlands and sub-surface flow (SSF) with soil, sand, and gravel as media where reactor 1 used 120 plants and reactor 2 used 200 plants. The results showed that reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average COD removal efficiency of 86,04% and BOD of 88,10%. In comparison, reactor 2 produced an average COD removal efficiency of 88,22% and BOD of 90,30%. The organic loading rate (OLR) received by reactor 1 and reactor 2 HSSF CWs with E. hyemale plants do not significantly correlate with COD and BOD removal efficiency. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 923,10 gr/ /day; kA 3,77 m/day; and kV 1,00/day while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 942,97 gr/ /day; kA 4,20 m/day; and kV 1,12/day in the rate of COD degradation in laundry wastewater. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 247,04 gr/ /day; kA 4,15 m/day; and kV 1,10 kV while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 251,20 gr/day; kA 4,81 m/day; and 1,29/day in the rate of BOD degradation in laundry wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Valencia
"Sistem pembuangan air limbah merupakan infrastruktur yang sangat vital dalam sistem sanitasi. Saat ini, belum ada penelitian yang berpusat kepada kuantifikasi kebocoran sistem pembuangan air limbah di Indonesia, termasuk Jakarta. Oleh sebab itu, tidak ada bukti kuat apakah penyelenggaran saluran pembuangan air limbah termasuk dalam batas ambang aman atau tidak. Penelitian ini mengambil IPAL Malaka Sari, Jakarta Timur sebagai studi kasus selama 40 hari menggunakan metode angket atau kuesioner dan pengukuran langsung. Tujuan penelitian ini adalah melihat perbandingan debit timbulan dan debit influen untuk memperkirakan permasalahan pada pengaliran, serta menganalisis faktor yang memengaruhi perbedaannya. Hasil dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Diperoleh timbulan black water sebesar 0,036 m3/orang/hari dan timbulan grey water 0,139 m3/orang/hari, yang lalu dialirkan melalui jaringan sistem pembuangan air limbah menuju IPAL Malaka Sari sebesar 0,175 m3/orang/hari. Total timbulan air limbah di permukiman Malaka Sari yang tersambung ke IPAL Malaka Sari sebesar 328,42 m3/hari, yang bersumber dari 468 SR dengan rata-rata penghuni sebanyak 4 orang. Rata-rata total timbulan air limbah yang masuk ke IPAL Malaka Sari dihitung melalui flow meter sebesar 281,43 ± 93,13 m3/hari. Terdapat kehilangan air sekitar 14,31% ± 28,36% atau rata-rata sebesar 46,99 ± 93,13 m3/hari pada pengangkutan air limbah melalui SPAL Malaka Sari. Faktor yang paling signifikan memengaruhi perbedaan debit timbulan dan debit influen air limbah adalah penyumbatan yang disebabkan oleh akumulasi sedimen serta endapan minyak dan lemak. Rekomendasi strategi pemeliharaan berupa pembersihan (cleaning).

Sewer systems are a very vital infrastructure in the sanitation system. Currently, there is no research centered on the quantification of wastewater sewerage leaks in Indonesia, including Jakarta. Therefore, there is no strong evidence whether the operation of wastewater discharge is within the safe threshold or not. This study took Malaka Sari WWTP, East Jakarta as a case study for 40 days using a questionnaire method and direct measurement. The purpose of this study is to look at the comparison of generated discharge and influent discharge to estimate problems in circulation, as well as analyze the factors that affect the difference. The results were analyzed using descriptive statistical analysis. Black water generation of 0,036 m3/capita/day and gray water generation of 0,139 m3/capita/day were obtained, which were then flowed through the sewer system network to the Malaka Sari WWTP of 0,175 m3/capita/day. The total wastewater generation in Malaka Sari is 328,42 m3/day, which is sourced from 468 households with an average of 4 residents. The average total wastewater generation that enters the Malaka Sari WWTP is calculated through a flow meter of 281,43 ± 93,13 m3/day. There was a water loss or extraneous water of around 14,31% ± 28,36% or an average of 46,99 ± 93,13 m3/day in wastewater transportation through the sewer network. The most significant factor affecting the difference between generated discharge and wastewater influent discharge is blockage caused by sediment accumulation and oil and fat deposits. Recommendations for maintenance strategies in the form of cleaning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarfina Andini
"Aplikasi panel surya terapung (floating photovoltaic, FPV) pada badan air saat ini menjadi permintaan global. Terlepas dari meningkatnya popularitas industri FPV, studi tentang efek ekologi tutupan badan air menggunakan panel surya terapung – terutama di negara-negara tropis – belum banyak dilakukan. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh FPV terhadap suhu, DO (oksigen terlarut), CD (konduktivitas), TDS (total padatan terlarut), konsentrasi total fosfor, konsentrasi klorofil-a, dan kedalaman secchi disk menggunakan uji independent t-test, serta perubahan kondisi trofik di badan air menggunakan sistem klasifikasi trophic state index (TSI). Penggunaan mesocosm untuk mempelajari efek penutupan oleh FPV sebagai cara untuk mengevaluasi dan menilai proses ekologi di bawah sistem tertutup. Eksperimen mesocosm dilakukan dari tanggal 25 Maret - 15 April 2021 di Danau Mahoni, dengan total sampel air diambil dari masingmasing mesocosm sebanyak 7 sampel. Hasilnya menunjukkan bahwa keberadaan FPV mempengaruhi perubahan rata-rata suhu, DO, konduktivitas, TDS, dan klorofil-a pada sistem mesocosm yang tertutup panel surya terapung (P) dan sistem mesocosm yang tidak tertutup panel surya terapung (NP) (nilai t hitung > nilai t critical, p-value < 0,05); dan FPV tidak mempengaruhi perubahan rata-rata total fosfor dan kejernihan air berdasarkan kedalaman secchi disk secara langsung (nilai t hitung < nilai t critical, p-value > 0,05). Keberadaan FPV mempengaruhi perubahan nilai TSI rata-rata pada sistem mesocosm yang tertutup panel surya terapung (P) dan sistem mesocosm yang tidak tertutup panel surya terapung (NP) (nilai t hitung > nilai t critical, p- value < 0,05). Menurut nilai TSI, meskipun terjadi penurunan nilai TSI, keadaan trofik masih tergolong eutrofik.

The applications of floating photovoltaic (FPV) on water bodies are currently on a global demand. Despite the increasing popularity of floating photovoltaic industry, studies on ecological effects of lake coverage using floating photovoltaic – especially in tropical countries – haven’t been widely conducted. This study evaluates the effect of floating photovoltaic on temperature, DO (dissolved oxygen), CD (conductivity), TDS (total dissolved solids), total phosphorus concentration, chlorophyll-a concentration, and secchi disk depth using an independent t-test, and trophic state changes in water bodies using the trophic state index (TSI) classification. The use of in situ mesocosms to study the effects of floating photovoltaic cover as a way to evaluate and assess the ecological processes under closed system. The mesocosm experiment was conducted from March 25th to April 15th 2021 in Mahoni Lake, in which a total amount of 7 water samples were collected from each mesocosms. Our results show that the floating photovoltaic affects the average temperature, DO, conductivity, TDS, and chlorophyll-a concentration changes (t value > t critical, p-value < 0,05); and the floating photovoltaic does not directly affects the average total phosphorus concentration and water clarity changes (t value < t critical, p-value > 0,05). The floating photovoltaic does affects the average TSI value changes (t value > t critical, p-value < 0.05). According to the TSI value, despite the decrease in TSI value, the trophic state was still classified as eutrophic. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Harera
"Kota Bekasi hanya melayani masyarakat yang menggunakan PDAM sebesar 26.8%, sehingga sebagian besar masyarakat masih menggunakan sumber air berasal dari air tanah. Air tanah tersebut digunakan sebagai sumber air minum melalui sistem self-supply. Saat ini keandalan self-supply masih menjadi isu di masyarakat walaupun sumber air ini merupakan salah satu sumber yang sangat terjangkau. Pemantauan yang dilakukan secara kontinu selama delapan bulan kepada responden dilakukan guna mengetahui perilaku sumber air minum mereka, termasuk rasa, warna, bau, ketersediaan, dan keamanannya melalui persepsi rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian keandalan sumber air minum self-supply, mengetahui perbandingan penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply, serta mengetahui faktor yang mempengaruhi dari keandalan self-supply. Metode penelitian yang digunakan adalah survei melalui telepon kepada responden dan analisis STATA 16 dengan uji Chi-Square, uji korelasi Phi, dan analisis Regresi Logistik. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka penilaian keandalan sumber air minum menghasilkan nilai untuk skala rumah tangga sebesar rata-rata keandalan sumur bor adalah 92% dan 74% sumur gali. Sedangkan berdasarkan skala kota, diseluruh bulan selama pemantauan menghasilkan nilai keandalan ≥15 poin sehingga baik sumur bor dan sumur gali bernilai andal diseluruh bulan, meskipun sumur gali mendapatkan penilaian lebih rendah. Perbandingan analisis penilaian keandalan antara self-supply dan non self-supply menghasilkan P = 0,028 (P<0,05) berdasarkan uji Chi-Square sehingga terdapat perbedaan signifikan variabel penilaian keandalan antara self-supply dengan non self-supply yang bernilai signifikan. Persentase hasil penilaian sumber air minum self-supply sebesar 83 % andal sedangkan non self-supply sebesar 92%. Variabel yang memiliki hasil signifikan terhadap penilaian keandalan adalah jenis sumur, kejadian hujan 24 jam sebelum wawancara, dan kejadian banjir. Sumur bor memilikipeluang 4,11 kali dibandingkan sumur gali terhadap keandalan sumber air minum. Tidak terjadi hujan 24 jam sebelum wawancara berpeluang 3,11 kali lebih tinggi dibandingkan terjadinya hujan 24 jam sebelum wawancara terhadap keandalan sumber air minum. Kejadian tidak banjir 8,85 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian banjir terhadap keandalan sumber air minum. Sehingga secara keseluruhan menilai bahwa sumber air sumur bor jauh lebih andal, namun jika dibandingkan dengan sumber non self-supply responden masih menilai lebih andal sumber non self-supply, oleh karena itu diperlukan rekomendasi lanjutan.

Bekasi City only serves people using PDAM by 26.8%. This means that most people living there still take groundwater sources. Groundwater is chosen as a source of drinking water through a self-supply system. Currently, the reliability of self-supply remains an issue in the community despite being an incredibly affordable water source. Continuous monitoring of the respondents for eight months was carried out to determine the behavior of their drinking water sources through household perceptions, including the taste, color, smell, availability, and safety. This study aimed to determine the reliability assessment of self-supply drinking water sources, the comparison of reliability assessments between self-supply and non-self-supply, and the factors that influence the reliability of self-supply. The research methods applied were telephone survey to respondents and STATA 16 program for analyzing with Chi-Square test, Phi correlation test, and Logistic Regression analysis. Based on the data processing, the reliability assessment of drinking water sources resulted in average reliability values of 92% for boreholes and 74% for dug wells on the household scale. Meanwhile, on the city scale, a reliability value of ≥15 points was obtained from the entire monitoring. This indicated that both boreholes and dug wells were reliable throughout the months, although dug wells received lower assessment. Comparison of the reliability assessment analysis between self-supply and non-self-supply led to P = 0.028 (P<0.05), with the Chi-Square test. Therefore, there was a major difference in the reliability assessment of self-supply and non self-supply variables. The percentages of the reliability assessment for self-supply and non-self-supply drinking water sources were 83% and 92% respectively. Variables with significant results in the reliability assessment included the type of well, the occurrence of rain 24 hours before the interview, and the incidence of flooding. For the reliability of drinking water sources, boreholes had a chance of 4.11 times higher than dug wells; no rain 24 hours before the interview had a chance of 3.11 times higher than the occurrence of rain 24 hours before the interview; and non-flood events had a chance of 8.85 times higher than flood events. Hence, borehole water sources were much more reliable. However, if compared to non-self-supply sources, respondents still consider non-self-supply sources more reliable. Therefore, further recommendations are needed. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifia Auni Oktafianti
"Atap hijau/Green Roof sebagai Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) merupakan salah satu upaya alternatif penyediaan air bersih sekaligus menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh perbedaan ketebalan zeolit terhadap penghilangan logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada limpasan air hujan serta potensi penggunaan limpasan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih di permukiman kawasan industri. Penelitian ini menggunakan zeolit dengan variasi ketebalan 5 cm, 10 cm, dan 15 cm serta tanaman Hanjuang merah (Cordyline fruticosa sp.) yang telah diketahui sebagai hiperakumulator bagi logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd). Sampling dilakukan sebanyak 17 kali pada rentang bulan Oktober 2020 – Mei 2021 dengan rentang pengambilan selama ±2 minggu. 3 buah reaktor yang masingmasing berukuran 60 cm × 48 cm × 43 cm digunakan dalam penelitian untuk kedalaman zeolit 5 cm (reaktor 1), 10 cm (reaktor 2), dan 15 cm (reaktor 3). Sampel yang telah diketahui kandungannya melalui uji laboratorium dianalisis menggunakan Statistik Deskriptif, Uji Anova Satu Arah, dan Uji Hipotesis t-test guna mengetahui sifat sebaran data dan pengaruh perbedaan ketebalan zeolit terhadap kualitas air limpasan. Perhitungan efektivitas penghilangan dilakukan untuk mengetahui potensi penerapan atap hijau sebagai SPAH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan ketebalan zeolit memengaruhi penghilangan logam timbal dan kadmium pada air limpasan. Efektivitas penghilangan maksimum dimiliki oleh reaktor 3 dengan efektivitas penghilangan untuk timbal adalah 66.67% dan 50% untuk kadmium. Rerata efektivitas penghilangan reaktor 1, reaktor 2, dan reaktor 3 untuk timbal (Pb) adalah sebesar 17.63%, 25.12%, dan 28.40%. Sedangkan untuk logam kadmium (Cd) adalah sebesar 2.50%, 12.50%, dan 20.78%. Berdasarkan uji t-test, reaktor atap hijau dengan ketebalan zeolit 10 cm memiliki signifikansi terhadap kandungan logam timbal dan kadmium. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam rentang waktu yang lebih panjang guna mengetahui waktu yang dibutuhkan zeolit untuk mencapai titik penyerapan maksimumnya.

Green Roof as Rainwater Harvesting System could be an alternative way to provide clean water as well to increase the Green Open Space (GOS). This study aims to analyze the effect of different subtrate depths on heavy metals removal on rainwater runoff and its potency to be used as an alternative source of clean water in industrial residential area. 3 depth variations of zeolite, 5 cm, 10 cm, and 15 cm with Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa sp.) as the plant were used in this study. The sampling was carried out 17 times from October 2020 to May 2021 with a span of 2 weeks for each sampling. 3 reactors with each dimensions of 60 cm × 48 cm × 43 cm were used for each zeolite depth variations as followed 5 cm (reactor 1), 10 cm (reactor 2), and 15 cm (reactor 3). The samples that have been taken were carried out through laboratory tested then being analyzed with Descriptive Statistic, One Way Anova, and t-test to identify the characteristic of the data samples and to determine the effect of different substrate depths on lead and cadmium removal on rainwater runoff. The usage potency of the green roof reactors as rainwater harvesting system was determined based on its removal effectivity rates. The study results showed that the different depth of zeolite affected the removal of lead and cadmium from rainwater runoff with the maximum removal rates was performed by reactor 3 with the lead removal percentage of 66.67% while the maximum removal rates of cadmium was 50%. The average removal effectivity rates of reactor 1, reactor 2, and reactor 3 for lead were 17.63%, 25.12%, dan 28.40%, while the cadmium removal effectivity rates were 2.50%, 12.50%, dan 20.78%. Based on the t-test, reactor 2 with 10 cm zeolite depth had significancy on lead and cadmium in its runoff water. In order to determine green roof’s consistency to reduce pollutants, a long-term study on atap hijau runoff quality is needed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valdo Lohanda Setiawan
"Analisis pencemar Danau Mahoni dilakukan untuk dan menganalisis perubahan kualitas secara spasial pada kondisi unsteady state menentukan apakah perubahan kualitas pencemar akibat adanya panel surya terapung memenuhi baku mutu yang diprasyaratkan dalam PP No. 22 Tahun 2021. Salah satu parameter pencemar yang diujikan dalam penelitian ini adalah sebaran BOD (Biochemical Oxygen Demand), dengan juga menambahkan tinjauan mengenai sebaran defisit DO (dissolved oxygen). Sampel diambil dari 13 titik yang tersebar di seluruh Danau Mahoni, termasuk pada panel surya terapung. Sampling dan pengujian BOD dilakukan setiap seminggu sekali pada pukul 10.00 – 12.00 selama empat minggu. Metode numerik beda hingga digunakan untuk menganalisis dan memproyeksikan peta sebaran kualitas BOD pada Danau Mahoni. Hasil analisis menunjukkan adanya akumulasi pencemar BOD yang lebih tinggi pada areal sekitar inlet hingga 30-60 m arah x dan y di sekitar panel surya terapung. Selain itu, konsentrasi BOD pada Danau Mahoni mengalami penurunan setelah proyeksi 1 jam dan 2 jam setelah pengambilan sampel. Besar galat standar dari model simulasi terhadap hasil observasi pencemar BOD menggunakan beda hingga adalah 46.21% Tingkat keakuratan model dapat dipengaruhi oleh laju peluruhan BOD, laju reaerasi, aktivitas mikroorganisme, kecepatan pengendapan, dan perubahan suhu air.

This study was conducted to analyze the distribution of pollutants throughout Lake Mahoni at unsteady state condition and determine whether changes in pollutant quality due to floating solar panels meet the quality standards required in PP No. 22/2021. One of the pollutant parameters tested in this study is the distribution of BOD (Biochemical Oxygen Demand). Samples were taken from 13 points scattered throughout Lake Mahoni, including floating solar panels. Sampling and BOD testing were carried out once a week at 10.00 – 12.00 for four weeks. The finite difference numerical method was used to analyze and project the distribution map of BOD quality in Lake Mahoni. The results of the analysis show that there is a higher accumulation of BOD in the area around the inlet up to 30-60 m with respect of x and y around the floating solar panel. In addition, the concentration of BOD in Lake Mahoni decreased after estimating 1 hour and 2 hours after sampling. The standard error of the model on the results of BOD pollutant observations is up to 46.21%. The accuracy of the model is determined by BOD decay rate, reaeration rate, microbial activity rate, solids settling rate, and air temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky syahputra
"Permasalahan sampah menjadi masalah serius di negara berkembang karena keterbatasan infrastruktur, salah satunya Kota Pekanbaru. Pemerintah daerah masih mengandalkan metode pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Keberadaan TPA memicu munculnya pemulung untuk mengumpulkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis sebagai bahan produk daur ulang. Mayoritas pemulung hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki jaminan sosial, padahal pemulung memiliki peran untuk menahan laju timbulan sampah di TPA. Konsep ekonomi sirkular memberi peluang terciptanya pengelolaan sampah terintegrasi. Konsep ini memberi manfaat menahan laju timbulan sampah dan meningkatkan kesejahteraan pemulung. Penelitian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner dengan responden 110 orang pemulung dan 5 pengepul di kawasan TPA Muara Fajar, Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukan Recycling rate (RR) kawasan TPA sebesar 1,1%. Konsep pengelolaan sampah terintegrasi diberi nama “Gerakan Pekanbaru Bersih” dan akan melibatkan pemulung sebagai pekerja di kawasan TPA dan industri daur ulang. Konsep ini juga akan bertindak sebagai pelaku industri daur ulang. Hasil observasi menunjukan 85% dari responden setuju mengikuti program integrasi dengan tujuan peningkatan kesehjahteraan. Konsep integrasi memiliki tantangan seperti biaya investasi tinggi, memerlukan waktu yang panjang untuk merasakan manfaat, diperlukan riset secara berkala, dan berpotensi mematikan usaha pengepul eksisting. Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi timbulan sampah sebagai bahan daur ulang masih sangat besar dan potensi integrasi sangat mungkin dilakukan di TPA Muara Fajar, Pekanbaru.

Waste is a serious problem in developing countries due to limited infrastructure, one of which is Pekanbaru City. The local government still relies on disposal methods to landfills (TPA). The existence of landfills triggers the emergence of scavengers to collect waste that still has economic value as material for recycled products. The majority of waste pickers live below the poverty line and have no social security, even though they have a role to play in curbing the rate of waste generation in landfills. The circular economy concept provides an opportunity for integrated waste management. This concept provides the benefits of restraining the rate of waste generation and improving the welfare of waste pickers. The research was conducted using observation, interview and questionnaire filling methods with 110 scavengers and 5 collectors in the Muara Fajar landfill area, Pekanbaru City. The results showed that the Recycling Rate (RR) of the landfill area was 1.1%. The integrated waste management concept is named “Clean Pekanbaru Movement” and will involve waste pickers as workers in the landfill area and the recycling industry. This concept will also act as an actor in the recycling industry. Observations showed that 85% of respondents agreed to participate in the integration program with the aim of improving their welfare. The integration concept has challenges such as high investment costs, requiring a long period of time to realize the benefits, requiring regular research, and potentially shutting down existing collectors' businesses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anni Zahara Putri
"Air tanah dipandang sebagai salah satu sumber air baku yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan air perorangan. Air tanah menjadi sumber air baku yang banyak dimanfaatkan sebagai air bersih dan air minum. Namun, pemanfaatan air tanah belum memenuhi standar air bersih yang aman sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 karena terjadinya penurunan kualitas air tanah. Penurunan kualitas air tanah dapat dipengaruhi oleh keberadaan sumber pencemar yang terlalu dekat dengan sumber air. Untuk mengetahui informasi terkait dengan kualitas air tanah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air tanah di kawasan gedung non fakultas UI dengan menganalis hubungan jarak sumur sumber air dengan sumber pencemar septic tank dan danau, serta mengetahui peta persebaran kualitas air tanah. Sampel air tanah dikumpulkan dari 34 sumur bor dan dilakuan pengujian secara in situ terkait parameter pH dan TDS, sedangkan parameter nitrat, mangan dan E. coli menggunakan teknik standar di laboratorium. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 73,53% titik lokasi penelitian dengan meneliti lima parameter kualitas air menunjukkan kualitas air tanahnya belum sesuai standar peraturan. Rata- rata kualitas air tanah pada gedung non fakultas adalah sebagai berikut: pH (6,36), TDS (91,86 mg/L), nitrat (4,20 mg/L), mangan (0,82 mg/L), dan E. coli (5,01 CFU/100ml). Berdasarkan analisis statistik chi-square, jarak sumur dengan danau tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keseluruhan parameter kualitas air. Sedangkan jarak sumur dengan septic tank memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter E. coli, namun tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter pH, TDS, nitrat, dan mangan. Peta persebaran yang telah dikerjakan dengan penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan teknik interpolasi spasial menunjukkan bahwa persebaran kualitas air tanah pada kawasan Kampus UI termasuk kedalam kategori risiko pencemaran rendah dengan luasan 2,36 km2 (92,44 %) dan risiko pencemaran sedang dengan luasan 0,19 km2 (7,56 %).

Groundwater is seen as one of the most potential sources of raw water in meeting individual water needs. Groundwater is a source of raw water which is widely used as clean water and drinking water. However, the utilization of ground water has not met the standard of safe clean water in accordance with the Minister of Health Regulation Indonesia Number 32 of 2017 due to a decrease in groundwater quality. The decline in groundwater quality can be influenced by the presence of pollutant sources that are too close to water sources. To find out information related to groundwater quality, this study aims to determine the quality of groundwater in the area of non-faculty UI buildings by analyzing the relationship between the distance of water wells and the pollutant sources of septic tanks and lakes, as well as knowing the distribution map of groundwater quality. Groundwater samples were collected from 34 boreholes and tested directly in the field regarding pH and TDS parameters, while nitrate, manganese and E. coli parameters used standard laboratory techniques. The results of the analysis showed that 73.53% of the research location points by examining five water quality parameters showed that groundwater quality did not meet regulatory standards. The average groundwater quality in non-faculty buildings is as follows: pH (6.36), TDS (91.86 mg/L), nitrate (4.20 mg/L), manganese (0.82 mg/L), and E. coli (5.01 CFU/100ml). Based on the chi-square statistical analysis, the distance between the well and the lake does not have a significant relationship with all water quality parameters. While the distance between the well and the septic tank has a significant relationship to the parameters of E. coli, but does not have a significant relationship to the parameters of pH, TDS, nitrate, and manganese. The distribution map that has been done with the application of Geographic Information Systems (GIS) using spatial interpolation techniques shows that the distribution of groundwater quality in the UI Campus area is included in the category of low pollution risk with an area of 2.36 km2 (92.44%) and moderate pollution risk with an area of 0.19 km2 (7.56%). "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Syilvia Hatifah
"Penggunaan air untuk aktivitas manusia tersebut, kualitas air yang sesuai dengan baku mutu air minum merupakan hal yang harus dipenuhi. Bila air tanah dan air permukaan sudah tercemar, secara otomatis air dari sumber sumber pencemar seperti jamban, air limbah industri, kandang ternak, pembuangan sampah merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air tanah yang berbentuk memusat ke arah sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Kebutuhan air bersih di Universitas Indonesia masih bergantung pada air tanah. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air di Universitas Indonesia sebagai sanitasi bagi mahasiswa dan civitas akademik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kualitas air tanah di seluruh fakultas di Universitas Indonesia dengan parameter nitrat (NO3-), mangan (Mn), pH, TDS, dan Escherichia Coli serta untuk mengetahui hubungan antara kualitas air tanah di seluruh fakultas di Universitas Indonesia yang diuji dengan jarak antar sumur, tangki septik, dan danau. Selain itu hasil akhir dari penelitian ini merupakan peta persebaran pencemaran kualitas air. Metode yang dilakukan untuk menguji kualitas air yaitu dengan SNI 6989.58:2008 tentang metoda pengambilan air tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa TDS tidak memiliki angka signifikan yang melebihi standar dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017. Parameter lain, seperti pH, sampel yang memenuhi standar bakumu mutu sebesar 17,95%. Parameter mangan memiliki 44,87% sampel air tanah yang terkontaminasi dan Nitrat memiliki 11,54%. Parameter E.coli memiliki 23 titik sampel yang mencemari kualitas air (29,49%). Kesimpulannya, hasil akhir analisis statistik korelasi antara kualitas air dengan jarak antara septic tank dan sumur menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Peta identifikasi kualitas air tanah dilakukan menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan metode interpolasi spasial. Hasil peta persebaran kualitas air tanah ini diharapkan menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi pihak pihak terkait di Universitas Indonesoadalam upaya pengelolaan kualitas air tanah.

The use of water for human activities, water quality in accordance with drinking water quality standards is something that must be met. If ground water and surface water have been polluted, automatically water from polluting sources such as latrines, industrial waste water, livestock pens, and garbage disposal seeps into the well following the flow of ground water in the form of a center towards the water source used for household purposes. The need for clean water at the University of Indonesia still depends on ground water. Utilization of groundwater as a water source at the University of Indonesia as sanitation for students and the academic community. The purpose of this study was to identify groundwater quality in all faculties at the University of Indonesia with parameters of nitrate, manganese, pH, TDS, and E. Coli and to determine the relationship between groundwater quality in all faculties at the University of Indonesia. tested by the distance between wells, septic tanks, and lakes. In addition, the final result of this study is a map of the distribution of water quality pollution. The method used to test the water quality is SNI 6989.58:2008. The results of the analysis show that the TDS does not have a significant number that exceeds the standard compared to the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.32 of 2017. Other parameters, such as pH, samples that meet your standard of quality are 17.95%. The manganese parameter has 44.87% of contaminated groundwater samples and nitrate has 11.54%. E.coli parameter has 23 sample points that pollute water quality (29.49%). In conclusion, the final result of statistikal analysis of the correlation between water quality and the distance between the septic tank and the well shows no significant relationship. The groundwater quality identification map was carried out using a geographic information system (GIS) with the spatial interpolation method. The results of this groundwater quality distribution map are expected to be a reference and consideration for relevant parties at the University of Indonesia in efforts to manage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aufi Zaha Yuniar
"Pemerintah Republik Indonesia memiliki target penanganan kawasan kumuh hingga 0% sebagai permulaan pengembangan smart city di tahun 2045. Identifikasi tingkat kekumuhan yang dilakukan pemerintah serta metode penanganannya lebih fokus terhadap lingkungan hunian sehingga ada kemungkinan munculnya permukiman kumuh yang tidak terlihat kumuh, atau sebaliknya. Indeks komposit telah digunakan sebagai metode penilaian sustainabilitas di berbagai skala dan sektor, salah satunya dalam skala permukiman. Penelitian dilaksanakan pada 4 kampung kota di Jabodetabek: kampung Cikini, kampung Gedong Pompa, kampung Cimone-Cincau & kampung Markisa. Dengan menggunakan indikator yang menggambarkan 3 parameter sustainabilitas, kampung Cimone-Cincau memiliki tingkat sustainabilitas terbaik (0,75) dan kampung Gedong Pompa memiliki tingkat sustainabilitas terendah (0,52). Belum ada kampung yang berhasil mencapai target program nasional penanganan permukiman kumuh KotaKu, 100% akses sanitasi & 100% akses air bersih. Pencapaian terhadap akses sanitasi di area studi berkisar di angka 87-97%, sementara akses air bersih hanya maksimal di angka 98% dengan pencapaian terendah 4%. Rendahnya akses sanitasi dan air bersih ini ditambah dengan permasalahan area terbuka dan vegetasi peneduh dapat berdampak pada kualitas hidup dan lingkungan serta kerentanan terhadap perubahan iklim. Penanganan kampung kumuh yang menyeluruh perlu melibatkan penegang kepentingan dari beragam sektor untuk mengatasi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan usaha program partisipasi masyarakat.

Republic of Indonesia’s Government has a target of 0% slum area as a starting point for smart city development in 2045. Slum identification and intervention method carried out by the government focuses mainly on the settlement’s environment with a possibility of slum that does not look like a slum or vice versa. Research is done on 4 urban slums in Jakarta Greater Area, Kampung Cikini, Kampung Gedong Pompa, Kampung Cimone-Cincau, and Kampung Markisa. By using indicators to describe the 3 sustainability pillars, Kampung Cimone-Cincau has the best sustainability with 0,75 and Kampung Gedong Pompa has the worst sustainability with 0,52. No urban slum has achieved the target of the national slum intervention program, KotaKu with 100% access to sanitation, and 100% access to clean water. All study locations reach 87-97% sanitation access, while access to clean water maxed out at 98% with 4% as the lowest. Low access to sanitation and clean water, with open area and tree cover problem can have an impact on dweller’s quality of life and environment, making them vulnerable to climate change. A thorough urban slum intervention needs to involve stakeholders from various sectors to overcome problems that cannot be resolved with community participation efforts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library