Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Medisa Faradina Tania
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara job insecurity dan komitmen organisasi secara keseluruhan maupun pada tingkat dimensi, serta melihat peran moderasi grit terhadap hubungan antara job insecurity dengan komitmen organisasi, khususnya dalam menghadapi masa pandemic yang berdampak pada banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja. Partisipan Penelitian ini berjumlah 200 karyawan yang diperoleh secara online dengan menggunakan convenience sampling. Penelitian ini bersifat kuantitatif, dan alat ukur yang digunakan adalah Organizational Commitment Questionnaire (1990), Job Insecurity Measurement (2013), dan The Grit Scale (2009). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan uji moderasi terhadap variabel penelitian. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa job insecurity tidak berkorelasi dengan komitmen organisasi, dimensi marginalization insecurity berkorelasi secara negatif signifikan dengan dimensi komitmen kontinuan, dan grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan komitmen organisasi. Dalam situasi pandemik saat ini tinggi rendahnya komitmen organisasi tidak berhubungan dengan job insecurity. Meskipun karyawan memiliki job insecurity tinggi, namun dengan tidak tersedianya alternatif lainnya seperti pekerjaan baru, maka setiap karyawan akan berusaha untuk menunjukkan komitmennya terhadap organisasi dengan harapan akan dipertahankan oleh organisasi, dan grit dari masing-masing karyawan tidak memiliki peran karena karyawan berusaha untuk menujukkan perilaku bertahan dalam menghadapi situasi krisis.

ABSTRACT
The aim of this study is to look at the correlation between job insecurity and organizational commitment as a whole and the dimension level, as well as see the role of grit moderation on the relationship between job insecurity with organizational commitment, especially in dealing with a pandemic that affects the number of cases of layoffs. Participants in this research are 200 employees obtained online using convenience sampling. This research is quantitative, and the measuring instruments used are Organizational Commitment Questionnaire (1990), Job Insecurity Measurement (2013), and The Grit Scale (2009). Data processing was performed using correlation tests and moderation tests on the research variables. The results of the study concluded that job insecurity did not correlate with organizational commitment, the dimension of marginalization insecurity was significantly negatively correlated with the dimensions of commitment continuance, and grit did not moderate the relationship between job insecurity and organizational commitment. In the current pandemic situation, high or low organizational commitment is not related to job insecurity. Even though employees have high job insecurity, but with the absence of other alternatives such as new jobs, each employee will try to show their commitment to the organization in the hope that it will be maintained by the organization, and the grit of each employee has no role because employees are trying to show behavior survive in the face of a crisis situation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Dwinda Irmadhani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena banyaknya pejalan kaki yang melanggar peraturan lalu lintas ketika menyeberang jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap tingkah laku, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi menyeberang jalan melalui zebra cross dan jembatan penyeberangan. Pengukuran seluruh variabel dilakukan dengan mengadaptasi kuesioner Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikembangkan oleh Ajzen (2006). Sebanyak 194 partisipan dengan kriteria menyeberang jalan melalui zebra cross dan jembatan penyeberangan dalam waktu satu bulan terakhir didapat melalui teknik accidental sampling. Berdasarkan teknik statistik regresi berganda yang digunakan, diketahui H0 ditolak (R Square=.247, p<.05 (zebra cross); Rsquare=.264, p<.05 (jembatan penyeberangan)), yang berarti bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama memengaruhi intensi menyeberang jalan melalui zebra cross dan jembatan penyeberangan. Selain itu, ditemukan pula bahwa pada intensi menyeberang jalan di jembatan penyeberangan sikap terhadap perilaku menyeberang jalan di jembatan penyeberangan tidak berkontribusi secara signifikan.

ABSTRACT
This study was based on the phenomenon that many pedestrian was break the traffic regulations when crossing the street. This study attempts to know the influence of attitude toward behavior, subjective norms, and perceived behavioral control on intention to cross the street on zebra cross and pedestrian bridge among pedestrian. The measurement of all the variabels is made by adapting the Theory of Planned Behavior (TPB) Questionnaire that was develop by Ajzen (2006). 194 participants with the criteria that has crossed the street on zebra cross and pedestrian bridge in the past month, that obtained through accidental sampling. Based on regression statistical technique that used, the result showed that the null hypothesis is rejected (R Square=.247, p<.05 (zebra cross); Rsquare=.264, p<.05 (pedestrian bridge)), which means there was a significant influence of attitude toward behavior, subjective norms, and perceived behavioral control on intention to cross the street on zebra cross and pedestrian bridge. Another result of this study is attitude toward behavior didn?t has a significant contribution to intention to cross the street on pedestrian bridge.
"
2016
S63753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Shelley Tju
"Pandemi Covid-19 dapat menyebabkan trauma pada masyarakat yang terdampak, baik akibat dari karantina, masalah finansial, kematian massal, ketakutan akan menularkan kepada orang lain, hingga terpapar virus Covid-19 itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat trauma dan posttraumatic growth yang signifikan di antara masyarakat dewasa muda yang memiliki jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini adalah 138 individu dewasa muda dengan rentang umur 20–40 tahun (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma diukur dengan alat ukur Impact of Event Scale Revised (IES-R) dan posttraumatic growth diukur dengan alat ukur Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Hasil pengujian one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat trauma yang signifikan (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) dan tidak terdapat perbedaan tingkat posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) antar partisipan dengan jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda.

The Covid-19 pandemic can cause trauma to the people who are affected, be it because of the quarantine, financial problems, mass death, the fear of transmitting the virus to others, up to close encounter with the Covid-19 virus itself. This study aimed to see if there is any significant difference in the level of trauma and posttraumatic growth among young adults who had different amounts of Covid-19 related stressors. The participants in this study are 138 young adults aged 20–40 years old (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma was measured with Impact of Event Scale Revised (IES-R) and posttraumatic growth was measured with Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). One-way ANOVA analysis revealed that there is a significant difference in the level of trauma (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) and there is no significant difference in the level of posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) between participants with different amounts of Covid-19 pandemic related stressors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fitriyana Gumay
"Beberapa tahun terakhir, banyak negara di Asia yang melaporkan peningkatan prevalensi gangguan makan, salah satunya adalah Body Image Disturbance (BID). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-compassion terhadap BID pada dewasa awal di masa pandemi COVID-19. Partisipan keseluruhan berjumlah 180 partisipan yang berada pada rentang usia dewasa awal, yaitu 18-29 tahun, serta berdomisili dan berkewarganegaraan Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa self-compassion memiliki peran yang signifikan terhadap BID (R2 = .239, F(1, 178) = 55.77, p = .000). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan skor self-compassion dan BID antara laki-laki dan perempuan.

In recent years, many countries in Asia have reported an increasing prevalence of eating disorders, one of which is Body Image Disturbance (BID). This study aims to examine the role of self-compassion on BID in emerging adulthood during the COVID-19 pandemic. There are a total of 180 participants who are in the emerging adulthood, 18-29 years old, domiciled and an Indonesian citizens. This study has found that self-compassion had a significant role in BID (R2 = .239, F(1, 178) = 55.77, p = .000). In addition, this study also found that there was no meaningful difference in self-compassion and BID scores between men and women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Sarah Oktovina
"ABSTRAK
Hubungan pacaran melibatkan cinta dan hal-hal itu yang membuat manusia merasa saling melengkapi dan tidak merasa sendirian. Akan tetapi, banyak masalah yang muncul dalam menjalin hubungan, salah satunya yaitu kekerasan dalam hubungan. Kekerasan dalam hubungan berpacaran terdiri dari kekerasan secara fisik, seksual, psikologis, dan emosional. Berada pada hubungan berpacaran yang mengandung kekerasan sering kali mengalami tantangan tersendiri. Tantangan tersebut terutama dalam kodependensi terhadap pacar yang melakukan kekerasan. Selain itu, kesulitan dalam proses keluar dari hubungan merupakan hal yang sering dihadapi oleh para penyintas dan penelitian yang masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang mendalam mengenai kodependensi serta proses keluar dari hubungan yang mengandung kekerasan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi terhadap 6 orang penyintas yang berusia remaja dan dewasa muda, yang tergolong emerging adult. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penyintas kodependensi dengan pasangan, sehingga berbagai hambatan selama menjalin hubungan berpacaran dengan pacar. Proses keluar dari hubungan pun mengalami hambatan, terutama karena terus memberikan kesempatan pada pacar. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran mengenai hubungan yang tidak sehat, serta asertivitas. Melalui hal itu dan juga adanya dukungan dan bantuan dari orang di sekitar, penyintas dapat keluar dari hubungan yang mengandung kekerasan.

ABSTRACT
Dating relationships involve love and things that make humans feel complementary and not feel alone. However, many problems arise in establishing relationships, one of which is violence in relationships. Violence in dating relationships consists of physical, sexual, psychological, and emotional violence. Being in dating relationships that contain violence often has its own challenges. The challenge is especially in the codependency to partners who commit violence. In addition, difficulties in the process of leaving the relationship are often faced by survivors and research is still limited. Therefore, this research was conducted to obtain an overview of the codependency and the process of moving out of a relationship that contains violence. This research was conducted with a qualitative method using semi-structured interviews and observations of 6 survivors who are teenagers and young adults, who are classified as emerging adults. The results showed that survivors were codependent with their partners, so that various obstacles occurred during dating relationships with partners. The process of getting out of a relationship also faces obstacles, especially as it continues to give some chances for partners. Therefore, awareness of unhealthy relationships and assertiveness is needed. Through this and also the support and assistance of people around, survivors can get out of relationships that contain violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Taufikurrahman Badruzzaman
"Pada studi terdahulu, ekspresi emosi pelapor ditemukan berperan dalam mempengaruhi persepsi kredibilitas laporan kasus kekerasan seksual. Meskipun ekspresi emosi pelapor tidak berkaitan dengan kejujuran dan kebenaran laporan, laporan yang menunjukkan pelapor dengan ekspresi emosi negatif ditemukan lebih dipersepsikan kredibel dibanding laporan dari pelapor dengan ekspresi emosi netral atau disebut juga sebagai Emotional Victim Effect (EVE). Untuk lebih jauh memahami pengaruh EVE pada persepsi kredibilitas laporan kasus kekerasan seksual, peneliti melakukan penelitian eksperimen dengan melibatkan petugas kepolisian Indonesia (N=140) yang direkrut melalui Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian dan Unit Pengaduan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Metro Jaya. Partisipan polisi mendapatkan video stimulus yang berisikan tayangan seorang perempuan dewasa muda melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya. Peneliti melakukan manipulasi variabel ekspresi emosi yang mempresentasikan pelapor dengan ekspresi emosi negatif dan ekspresi emosi netral. Temuan utama menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari ekspresi emosi negatif pelapor terhadap persepsi petugas polisi terkait kredibilitas laporan kekerasan seksual. Namun, temuan eksploratif menunjukkan adanya kehadiran EVE pada dua aspek persepsi kredibilitas laporan dari pelapor dengan ekspresi emosi negatif. Temuan penelitian ini menyarankan adanya peningkatan kapasitas bagi petugas polisi terkait isu korban kekerasan seksual dan juga pengembangan metode dalam investigasi kredibilitas yang lebih objektif dan akurat.

Previous studies shown that the emotional expression of complainant was found to play a role in influencing the credibility of sexual violence allegation report cases. Although complainant's emotional expression is not related to the honesty and veracity of the complainant's statement, reports from complainant with negative emotional expressions were found to be perceived as more credible than reports from complainant with neutral emotional expressions or also known as the Emotional Victim Effect (EVE). To further understand the effect of EVE on perceived credibility of sexual violence case reports, researcher conducted an experimental study involving Indonesian police officers (N=140) who were recruited from Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian and Special Unit for Women and Children Case or Unit Pengaduan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Metro Jaya. Police participants received a stimulus video containing footage of a young adult woman reporting sexual violence she had experienced. Present study manipulated the emotional expression variable which presented the complainant with negative emotional expressions and neutral emotional expressions. The main finding show that there is no significant effect of complainant's negative emotional expressions on police officer perceptions regarding the credibility of the sexual assault report. However, exploratory findings indicate the presence of EVE on two aspects of the perceived credibility of report from complainant with negative emotional expressions. The findings of this study suggest capacity building for police officers regarding the issue of victims of sexual assault and also the development of methods in investigating credibility that are more objective and accurate."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library