Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Zakky
Abstrak :
Tesis ini membahas keinginan untuk kembali ke Yerusalem dalam novel The Yiddish Policemen?s Union karya Michael Chabon. Dengan menggunakan teori memori kolektif dari Maurice Halbwachs dan didukung dengan teori diaspora, analisis penelitian menunjukkan bahwa memori kolektif hadir dalam masyarakat yang berdiaspora. Memori kolektif hadir pada orang-orang Yahudi yang berdiaspora di Alaska. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa tokoh yang menganggap memori kolektif sebagai jalan keluar dari keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh orang Yahudi di Alaska. Melalui representasi tersebut, Chabon mencoba untuk menghadirkan memori kolektif yang berupa kepercayaan akan datangnya mesiah dan kembali ke Yerusalem sebagai jalan keluar bagi orangorang Yahudi yang hidup berdiaspora di Alaska.
This thesis discusses a theme, returning to Jerusalem in The Yiddish Policemen?s Union, a novel by Michael Chabon. By applying Maurice Halbwachs? theory of collective memory and Stuart Hall?s theory of diaspora, its analysis shows that the collective memory presents in diasporic society. The Jews who live in diaspora in Alaska consider collective memory as a solution for uncertain condition. Chabon highlights the concept of messianism and returning to Jerusalem as a collective memory, and those things become a solution for Jews who live in diaspora in Alaska.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherien Sabbah
Abstrak :
Tesis ini membahas permasalahan nama dan identitas budaya dalam konteks keberagaman budaya. Masalah identitas dalam konteks keberagaman budaya terjadi karena adanya perbedaan budaya dan benturan antara budaya imigran dengan budaya dominan. Krisis identitas terjadi akibat konflik dalam memaknai identitas di tengah perbedaan budaya. Novel ini menunjukkan bagaimana di tengah keberagaman budaya, setiap tokoh pada akhirnya dapat melakukan negosiasi, mengalami perubahan dan pembentukan identitas baru serta melakukan perpindahan secara dinamis. ......The Focus of this study is about naming and cultural identity in a cultural diversity context. Identity problem occurs in a cultural diversity world because of differences that exist and cultural clashes that happens between the imigrant culture and the dominant culture in a multicultural world. Conflict in defining identity in the midst of cultural difference causes identity crisis. In the end, this novel shows how each character can negotiate differences, reinvent identity and move dynamically between spaces.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Supangkat, Harya
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-7091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenni Anggita
Abstrak :

Nama : Jenni Anggita

Departemen : Ilmu Susastra

Program Studi : Cultural Studies

Judul : Memori Kultural Keluarga Cina Benteng terhadap Transformasi Kampung

Pembangunan kota Bumi Serpong Damai (BSD) telah dilakukan lebih dari 30 tahun sejak 1984, dengan jumlah lahan seluas 6000 hektar. Namun, proyek itu belum selesai dan BSD terus membangun dan melakukan perluasan kota. Salah satu proyek besar yang dikerjakan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan PT BSD, pemilik modal lain, dan bank adalah pembangunan infrastruktur jalan Tol Serpong—Balaraja. Salah satu kampung yang terkena dampak atas pembangunan jalan tol itu adalah Kampung Sagalaya, Kb. Tangerang, yang telah menjadi tempat bermukim keluarga besar Cina Benteng dari generasi ke generasi. Dari tiga puluh keluarga yang bermukim di sana, kini hanya tersisa lima keluarga karena keluarga sudah menjual lahan mereka sedikit demi sedikit dan pindah satu per satu. Pembangunan kota BSD City mengakibatkan terjadinya transformasi pada ruang hidup warga Cina Benteng. Mereka yang dulunya erat dengan kehidupan agraris berubah menjadi masyarakat urban. Oleh karena itu, tesis ini mengkaji tentang transformasi kampung dan memori pada keluarga Cina Benteng yang masih bertahan di kampung. Tujuan penelitian ini adalah menarasikan memori-memori warga Cina Benteng tentang kampung, diri sendiri dan keluarga dalam kaitannya dengan identitas ketionghoaan, dan persoalan-persoalan yang dihadapi keluarga karena pembangunan perluasan kota. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Metode penelitian yang digunakan adalah autoethnography yang merupakan gabungan dari karakteristik autobiografi dan etnografi. Metode itu memungkinkan peneliti terlibat dalam penelitian. Narasumber yang terlibat menjadi subjek penelitian adalah keluarga peneliti yang tinggal di kampung. Penelitian ini menunjukkan dampak atas penguasaan lahan yang berpindah tangan dari warga ke korporat sehingga keluarga Cina Benteng kehilangan ruang hidupnya, terpaksa harus pindah dari tanah leluhur mereka, putusnya hubungan antarkeluarga, dan tercerai-berai dengan keluarganya yang lain. Dengan demikian, penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penghapusan narasi kepada keluarga Cina Benteng secara sistematis melalui perampasan lahan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kapital dan kekuasaan lebih, atas nama pembangunan kota. Meskipun demikian, memori kultural yang masih melekat dalam ingatan mereka menyatakan eksistensi mereka sebagai masyarakat Cina Benteng, harapan bagi kampung, dan melanjutkan kehidupan.

Kata kunci: BSD City, kampung, keluarga Cina Benteng, transformasi ruang, memori kultural


Name: Jenni Anggita

Department: Literature

Study Programme: Cultural Studies

Title: Cultural Memory Benteng Chinese Families towards Kampong Transformation

The development of Bumi Serpong Damai (BSD) City has been done for more than thirty years since 1984, with the total area of 6000 ha. However, the project is not finished yet and BSD still continue to develop and do the city expansion. One of the big projects that is undertaken by the government in cooperation with PT BSD, another investor and bank is the infrastructural construction of Serpong—Balaraja tollway. One of the kampongs that have been affected by this construction is Sagalaya Kampong, Tangerang District which became a place of living for Benteng Chinese big family from generation to generation. From thirty families who lived there, there are only five families left because some families sold their land little by little and move one by one. The development of BSD City affected the living space transformation of Benteng Chinese people. They were lived as an agrarian society and now change into urban society. Therefore, this thesis discusses the kampong transformation and memories of Benteng Chinese family who still live in the kampong. The aim of this research is to narrate the Benteng Chinese people’s memories of kampong, themselves and family in relation with Chinese identity and problems encountered by the family because of the city expansion. This research uses qualitative method with the cultural studies. Autoethnography is used as the research method which combines autobiography and ethnography characters. This method allowed researcher to be involved in the study. Researcher’s family who live in the kampong became informants as the research subject. This research showed the impact of displacement of land ownership from the residents to the corporate thus Benteng Chinese family lost their living space, had to move from their ancestral land, broke up their family relation and scattered with other families. In conclusion, this research proved that there was a narrative elimination to the Benteng Chinese family systematically through land grabbing by parties who have more capital and power, in the name of urban development. Although, the cultural memory that is still inherent in their memories reveals their existence as the Chinese Benteng community, hopes for the village, and continuing life.

Key words: BSD City, kampong, Benteng Chinese families, transformation of space, cultural memory

2019
T52104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erol Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Path sebagai platform media sosial banyak digunakan oleh kelompok homoseksual di Indonesia untuk mengekspresikan homoseksualitas. Secara umum kelompok homoseksual di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk mengekspresikan diri di ruang publik. Hal ini dikarenakan homoseksualitas masih dianggap sebagai penyimpangan seksual dan perbuatan dosa sehingga visibilitasnya di ruang publik masih rentan dengan berbagai bentuk kekerasan. Akan tetapi, di tengah berkembangnya wacana-wacana dominan yang terus diproduksi untuk memarginalisasi kelompok homoseksual, Path hadir sebagai ruang publik baru yang menawarkan privasi bagi penggunanya untuk bebas menyuarakan diri tanpa harus khawatir akan serangan dari pihak-pihak yang menentang eksistensi mereka. Penelitian ini mengambil studi kasus terhadap dua akun Path homoseksual Indonesia yang mengunggah konten-konten homoseksualitas. Penelitian ini mengungkap bagaimana homoseksualitas direpresentasikan di media sosial Path dan melihat bagaimana media sosial ini digunakan oleh mereka untuk mengafirmasi dan mengkontestasi wacana-wacana dominan yang memarginalisasi kelompok homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum homoseksualitas di Indonesia masih direpresentasikan dengan cara yang sangat normatif. Di sisi lain, usaha untuk mensubversi wacana-wacana heteronormativitas juga ditemukan di media sosial Path melalui unggahan-unggahan yang ditujukan kepada wacana agama dan wacana biomedis.
ABSTRACT
As a social media platform, Path is now mostly utilized by many Indonesian gay men to express homosexuality. In general, Indonesian gay men are unable to express their sexuality in public space since homosexuality is still perceived as sexual disorder and sinful sexuality. Therefore, they tend to experience various kinds of violence if they appear in public space. Amongst the discourses on homosexuality frequently produced and constructed to marginalise homosexual people, Path appears as a new public sphere which offers privacy to its users to actively voice their interests without having to worry about the other parties trying to oppose their existence. Two active gay Path users are taken as case study in this research. Both are active in sharing homosexuality related contents in their Path accounts. This research also reveals how homosexuality is articulated in Path and examines how far Path as a social media platform is used to affirm and contest the dominant discourse on homosexuality in Indonesia. Reserach findings show that, in general, homosexuality is still articulated in a very normative way similar to heterosexuality. In one side, some attempts to subvert heteronormativity are also identified in this research through shared contents which are addressed to religion and bio medical discourses.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yoesoef
Abstrak :
Latar Belakang Membaca lakon-lakon Rendra baik asli, saduran maupun terjemahan dan menyaksikan pementasan teaternya merupakan "pertemuan" dengan sejumlah kegelisahan, kekerasan, kelicikan, dan muslihat. Di samping itu juga perjumpaan dengan kepasrahan, kesetiaan, ketabahan, keindahan hubungan manusia. Di sisi lain, dengan membaca lakon dan menonton pertunjukan teatemya kita bertemu pula dengan sejumlah pemikiran Rendra tentang berbagai hal, seperti pemikirannya teatang kebudayaan, tradisi dan inovasi, dan sejumlah masalah kemasyarakatan yang menyangkut persoalan sosial, politik, dan ekonomi yang ada di sekelilingnya. Dari pertemuan itu lahirlah sebuah dialog yang mengarah pada usaha pemahaman dan upaya menghadapi kemauan serta perkembangan zaman. Sebagai seorang seniman Rendra adalah seorang saksi. Ia menjadi saksi zaman atas segala persoalan, perkembangan, dan perubahan yang muncul dalam masyarakat. Kesaksiannya itu, lebih tepat jika disebut sebagai sebuah reaksi, ia tuliskan dalam bentuk puisi dan lakon. Selain itu ia wujudkan pula melalui pementasan lakon-lakon karya pengarang asing yang diadaptasinya atau diterjemahkannya. Persoalan lain yang muncul apabila kita membicarakan Rendra, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan teater modern di Indonesia, adalah bahwa kita akan membicarakan seorang pembaharu. Dalam hal ini, ia telah menumbuhkan tradisi pertunjukan teater yang baru di Indonesia. Tradisi baru itu adalah tumbuhnya kesadaran akan perlunya sebuah bentuk teater yang mampu menyampaikan persoalan-persoalan masyarakat modern. Teater tradisional menurut Rendra tidak lagi mampu menjadi media yang efektif untuk menyampaikan dinamika masyarakat modern. Pemikiran ini kemudian diwujudkan dalam pelaksanaan di pentas teatemya. Dalam mewujudkan pembaharuannya ia juga memanfaatkan unsur-unsur pertunjukan tradisional dalam pertunjukannya, antara lain dalam pementasan Oidipus Sang Raja dan Hamlet yang bergaya kesenian ketoprak pada awal tahun 1970-an. Pemanfaatan unsur tradisi seperti itu barangkali telah disadari dan diinginkan pula oleh dramawan-dramawan lainnya, seperti Suyatna Anirum di Bandung. Akan tetapi, kecenderungan itu belum menggejala dan tidak dipandang sebagai suatu hal yang mengejutkan dalam kehidupan teater modern di Indonesia. Namun, ketika Rendra menggunakan perangkat tradisional dalam teatemya, orang mulai melihat sebuah usaha memodernkan pertunjukan teater dengan tidak meninggalkan unsur tradisi. Di samping Rendra upaya memodernkan teater Indonesia telah banyak dilakukan orang, antara lain oleh Jim Adilimas di Bandung dan Asul Sani dengan ATNI-nya di Jakarta pada awal tahun 1960-an. Kedua tokoh ini tidak mengambil jalur tradisi dalam memodernkan teater, mereka justru banyak mengambil lakon-lakon dari Eropa dan Amerika sesuai dengan karakter lakon yang dimainkannya. Jim Adilimas, misalnya, banyak mementaskan dan menerjemahkan lakon-lakon karya Iouesca serta memperkenalkan bentuk konsep teater realis yang dikembangkan oleh Stanislavsky. Dari kalangan ATNI antara lain muncul pertunjukan "Monsserrat" dan "Bebek Liar".
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library