Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Jeffrey S.
"Sistem pakar (expert system) sebagai salah satu cabang dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan suatu bidang yang tergolong baru di dunia Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Dengan segala kelebihannya sistem pakar mulai diterapkan dalam segala kegiatan di perpustakaan, baik itu kegiatan teknis maupun kegiatan referens. Kegiatan teknis yang mulai diminati untuk diteliti kemungkinan penerapan sistem pakar adalah kegiatan pengkatalogan. Hal ini karena pengkatalogan merupakan kegiatan yang membutuhkan pengetahuan (knowledge), sedangkan salah satu karakteristik sistem pakar adalah mampu menampung dan mengelola pengetahuan dan mampu menjelaskan keputusan yang diambilnya. Lagipula dengan adanya sistem pakar maka persoalan-_persoalan seputar pengkatalogan dapat dikonsultasikan dengan sistem, tanpa perlu adanya seorang pakar pengkatalogan yang siap di tempat selama 24 jam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode siklus pengembangan sistem (System Development Life Cycle) yang berkaitan berkaitan erat dengan tahap pengembangan sistem pakar. Tahap pertama adalah Akuisisi Pengetahuan (knowledge acquisition) yang termasuk dalam tahap Definisi Pengetahuan (knowledge definition) dan tahap yang kedua adalah representasi pengetahuan (knowledge representation) yang termasuk tahap Disain Pengetahuan (knowledge design). Pada tahap representasi pengetahuan, pengetahuan yang di-akuisisi diterjemahkan ke dalam bentuk diagram pohon, yang berfungsi sebagai alat perantara (mediation tools). Setelah itu baru direpresentasikan ke dalam bentuk production rules. Penelitian ini hanya sampai tahap membangun basis pengetahuan (knowledge base) dan ilustrasi rancangan dialog antara sistem dan pemakai (user), jadi tidak sampai pada tahap implementasi sistem. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sistem pakar yang didisain adalah semi automated cataloging expert systems karena sistem masih memerlukan input dan manipulasi dari pemakai (user) untuk menghasilkan nasihat (advise) yang dibutuhkan. Sistem pakar mampu meningkatkan kecepatan dan ketepatan proses pengkatalogan bahan peta yang dilakukan oleh pengkatalog pemula (novice/beginner). Sistem pakar mampu bertindak sebagai tutor dalam proses belajar mengajar mengenai pengkatalogan bahan peta. Yang perlu ditekankan adalah bahwa sistem pakar hanya berfungsi membantu, bukan menggantikan peran pakar/ahli pengkatalogan, jadi hanya berfungsi sebagai asisten cerdas (intelligent assistant)."
2000
S15717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suparmo P.
"ABSTRAK
Situs web Jaringan Perpustakaan APTIK (JP APTIK) merupakan sarana penyedia informasi yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa universitas anggota APTIK yang sedang mengerjakan skripsi. Situs web JP APTIK yang telah dibangun sejak tahun 2001 perlu dievaluasi dengan melibatkan mahasiswa pengguna situs web agar situs web JP APTIK menjadi situs yang semakin bermanfaat optimal bagi mahasiswa penulis skripsi. Salah satu cara mengevaluasi situs web JP APTIK adalah melakukan uji ketergunaan atau usability testing. Uji ketergunaan adalah mengukur kemudahan digunakan, kemudahan dipelajari, efisiensi dan kepuasan.
PeneIitian uji ketergunaan situs web JP APTIK ini untuk mengetahui tingkat ketergunaan situs web JP APTIK, mengidentifikasi masalah yang ditemui pengguna sewaktu mengakses situs web JP APTIK, dan mengetahui perubahan yang hams dilakukan pada situs web JP APTIK. Kriteria yang digunakan untuk mengukur ketergunaan mencakup kemudahan digunakan, kemudahan dipelajari, kesalahan sistem pada situs, serta bahasa yang diusulkan untuk digunakan.
Sepuluh peserta (participants) dipilih untuk melakukan uji ketergunaan. Pemilihan peserta uji ketergunaan didasarkan pada pengetahuan, keaktifan penggunaan internet, penggunaan sumber informasi dari intemet, dan frekuensi penggunaan internet. Kesepuluh peserta diminta mengeijakan soal yang berkaitan dengan menu, navigasi, dan isi situs web JP APTIK. Kesepuluh peserta juga diwawancarai serta diamati perilakunya pada saat uji ketergunaan berlangsung. Perekaman proses uji ketergunaan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ca,ntasia Studio 4 dan alat perekam suara. Data yang diperoleh dianalisis untuk memperoleh kesimpulan penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh ialah :
1. Lima menu halaman awal situs web JP APTIK merupakan menu yang mudah digunakan. Lima menu yang dimaksud adalah Buletin JPA, Download Buletin, Training, Tentang JPA, Raker. Menu dan submenu yang tidak mudah digunakan mencakup Direktori, E-Leaming, News, Tsunami and Librarianship, Links, Feedback, Artikei.
2. Kemudahan dipelajari.
a.Langkah yang dilakukan oleh peserta untuk menggunakan lima menu pada halaman awal situs web JP APTIK adalah langkah yang benar yakni mengklik menu yang dimaksudkan.
b.Istilah menu yang tidak dipahami peserta adalah Arsip Milis, Feedback, Raker, Tsunami and Librarianship, E-Learning, Links, Forum Purek 1, JLA, Perpustakaan Digital.
c.Peserta mengatakan bahwa bahwa halaman awal situs cepat dalam memberi respon sedangkan Katalog Induk agak lambat dan APTIK's Digital Library sangat lambat
d.Waktu paling lama diperlukan oleh peserta untuk mengerjakan soaf yang berkaitan dengan APTIK's Digital Library.
e.Tiga fasilitas utama yang ada pada situs web JP APTIK, yakni halaman awal situs, Katalog Induk, dan APTIK's Digital Library dikatakan oleh peserta
"
2007
T18975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah
"This research analyses utterances produced by English speakers who interact via computers in chat rooms, chat.yahoo.com. This study is aimed at investigating how the participants interact and develop topics under computer-mediated constraints.
The data consist of corpus containing sequenced-postings produced by multi-participants in Lobby, part of the chat room regarded as a public domain. Conversation Analysis Model introduced by Birmingham School was used for data analysis.
The findings of the study show that the chat has some unique features, which are different from the features of interaction in face-to-face conversation. Those unique features decrease the coherence of the interaction. The linearity of the sequence is disrupted by the presence of initiation without responses and the presence of multi-responses for one initiation. Then, the unity of the interaction is loosened by the absence of organizational exchanges or the presence of less discourse markers tying up explicitly the interaction units in each rank of the interaction. After that, the immediacy relationship between elements of adjacency pairs is loosened by the presence of other utterances between them. Finally, the structure of the utterance is loosened by the fragmentation of the utterance into smaller units and the positioning of those units in the different postings.
The chat has several unique features of interaction strategies that may decrease the coherence of the interaction and differ them from those in face-to-face interaction. First, the one person speak in one time rule is not applicable in the chat since who is currently speaking cannot be identified. Second, the competitive nature of the interaction requires an adjustment of the strategy for managing the turn. It is not necessary for the chatters to hold the turn; instead they have to send repetitive postings to maintain their presence. Finally, turn-taking strategies are very limited in the chat interaction. The strategy for taking the turn is limited to clean strategy and the strategy for yielding the turn is limited to the use of selection (turn design) and give-up strategies.
The topic introduction and closing in the chat is not so different from those in the face-to-face interaction. The topic development displays unique structure, in that the chat may produce parallel topics. The parallel topic is resulted by the introduction of a new sub-topic while the discussion of the existing topic still in progress. Another specification of topic development is the rapid progress of the topic change in the chat.
The uniqueness of the interaction and topic development in the chat is attributable to the lack of physical presence and voice as well as to the machine related constraints.
(For further information about this dissertation, contact: hamzahhs@yahoo.com)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
D535
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library