Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Nugroho Adi Sasongko
"Ketersediaan air bersih merupakan sebagian besar masalah utama diwilayah Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Padahal terdapat korelasi antara faktor kecukupan air, kesehatan dan pembangunan ekonomi. Salah satu daerah yang merepresentasikan kondisi ini adalah di Desa Labuan Bajo. Pesona wisata Pulau Flores yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat, dimana Labuan Bajo merupakan pintu gerbang untuk memasuki pesona wisata tersebut merupakan tempat yang sangat ingin dikunjungi oleh wisatawan. Sebagai bentuk upaya pemerintah untuk memperketat pengawasan dan penjagaan perbatasan maritim Labuan Bajo, pemerintah membentuk Pos TNI Angkatan Laut. Oleh karena itu, ketersedian air bersih sangat dibutuhkan di daerah tersebut. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Labuan Bajo, meningkatkan sarana dan infrastruktur untuk mendatangkan para wisatawan yang banyak, juga untuk memenuhi dukungan logistik markas TNI AL. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, maka ada 2 opsi yang diperkirakan dapat menyelesaikan masalah, yakni (1) pemetaan air bawah tanah di desa Labuan Bajo dan pemompaannya dengan menggunakan tenaga listrik dari hasil photo voltaic, dan (2) bilamana butir (1) nihil maka dilakukan pemompaan air dari reservoir yang tersedia pada jarak sekitar 3 km dari desa Labuan Bajo. Mengingat contour daerahnya, maka diperlukan pembuatan reservoir baru dan sistem pemompaan air dari reservoir yang telah tersedia, sehingga diperoleh tingkat ketinggian air yang memadai untuk mengalirkan air ke desa tersebut. Pemetaan air bawah tanah dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik. Bilamana opsi 1 berhasil, maka sistem yang dibangun dapat dijadikan sebagai model pemompaan air bawah tanah, utamanya di wilayah Kabupaten Manggarai Barat yang memerlukannya. Kemudian air bersih yang didapat akan diolah melalui proses Reverse Osmosis untuk menghasilkan air siap minum."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Lubis, Andri M.T.
"Background: Glucosamine, chondroitinsulfate are frequently used to prevent further joint degeneration in osteoarthritis (OA). Methylsulfonylmethane (MSM) is a supplement containing organic sulphur and also reported to slow anatomical joint progressivity in the knee OA. The MSM is often combined with glucosamine and chondroitin sulfate. However, there are controversies whether glucosamine chondroitin sulfate or their combination with methylsulfonylmethane could effectively reduce pain in OA. This study is aimed to compare clinical outcome of glucosamine chondroitin sulfate (GC), glucosamine chondroitin sulfate methylsulfonylmethane (GCM), and placeboin patients with knee osteoarthritis (OA) Kellgren Lawrence grade I II. Methods: a double blind, randomized controlled clinical trial was conducted on 147 patients with knee OA Kellgren Lawrence grade I II. Patients were allocated by permuted block randomization into three groups: GC (n=49), GCM (n=50), or placebo (n=48) groups. GC group received 1500 mg of glucosamine + 1200 mg of chondroitin sulfate + 500 mg of saccharumlactis; GCM group received 1500 mg of glucosamine + 1200 mg of chondroitin sulfate + 500 mg of MSM; while placebo group received three matching capsules of saccharumlactis. The drugs were administered once daily for 3 consecutive months VAS and WOMAC scores were measured before treatment, then at 4th, 8th and 12th week after treatment. Results: on statistical analysis it was found that at the 12th week, there are significant difference between three treatment groups on the WOMAC score (p=0.03) and on the VAS score (p=0.004). When analyzed between weeks, GCM treatment group was found statistically significant on WOMAC score (p=0.01) and VAS score (p<0.001). Comparing the score difference between weeks, WOMAC score analysis showed significant difference between GC, GCM, and placebo in week 4 (p=0.049) and week 12 (p=0.01). In addition, VAS score also showed significant difference between groups in week 8 (p=0.006) and week 12 (p<0.001). Conclusion: combination of glucosamine chondroitinsulfate methylsulfonylmethane showed clinical benefit for patients with knee OAK ellgren Lawrence grade I II compared with GC and placebo. GC did not make clinical improvement in overall groups of patients with knee OA Kellgren Lawrence grade I II.
Latar belakang: glukosamin-kondroitin sulfate sering digunakan untuk mencegah degenerasi lutut lebih lanjut pada osteoartritis (OA). Metilsulfonilmetan (MSM) adalah suplemen yang mengandung belerang organik dan juga dilaporkan memperlambat progresifitas kerusakan anatomis pada OA lutut. MSM sering dikombinasikan dengan glukosamin dan kondroitin sulfat. Namun, masih terdapat kontroversi apakah glucosamin-kondroitin sulfat atau kombinasinya dengan methylsulfonylmethane secara efektif dapat mengurangi rasa sakit pada OA. Penelitian ini bertujuan membandingkan perbaikan klinis glukosamin-kondroitin sulfat (GK), glukosamin-kondroitin sulfat-metilsulfonilmetan (MSM) (GKM) dan plasebo pada pasien osteoartritis derajat Kellgren-Lawrence I dan II. Metode: suatu uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 147 pasien dengan OA lutut derajat Kellgren-Lawrence I atau II. Subyek dibagi menjadi 3 kelompok, dengan metode randomisasi blok permutasi, yaitu kelompok GK (n=49), GKM (n=50) dan plasebo (n=48). Kelompok GK mendapat 1500 mg glukosamin + 1200 mg kondroitin sulfat + 500 mg sakarumlaktis; kelompok GKM mendapat 1500 mg glukosamin + 1200 mg kondroitin sulfat + 500 mg MSM; kelompok plasebo menerima 3 kapsul yang serupa berisi sakarum laktis. Obat-obatan ini diberikan sekali sehari selama 3 bulan berturut-turut. Skor VAS dan WOMAC dinilai sebelum pemberian terapi, kemudian pada minggu ke 4, 8 dan 12. Hasil: pada analisa statistik ditemukan perbedaan signifikan pada minggu ke 12, dimana kelompok GK pada skor WOMAC berbeda signifikan dibandingkan dengan GKM dan plasebo (p=0,005), sedangkan GKM pada skor VAS berbeda signifikan dibandingkan dengan GK dan plasebo (p=0,001). Pada analisis lebih lanjut ditemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kelompok GKM dan GM pada skor VAS. Efektivitas pemberian per 4 minggunya ditemukan berbeda bermakna pada kelompok GKM dan plasebo (p<0,005). Kesimpulan: kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat-metilsulonilmetan menunjukkan manfaat klinis yang lebih baik untuk pasien OA sendi lutut Kellgren-Lawrence derajat I dan II dibandingkan dengan GK dan plasebo. Sedangkan suplemen GK secara umum tidak menunjukkan manfaat klinis yang lebih baik pada pasien OA sendi lutut derajat Kellgren Lawrence I-II."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2017
616 UI-IJIM 49:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library