Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ina Erlinawati
Abstrak :

 

Daluga atau talas rawa raksasa (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) merupakan tanaman pangan minor dari keluarga Araceae. Penelitian daluga di Indonesia masih sangat sedikit dikerjakan. Sebanyak 36 aksesi daluga dikoleksi dari Kepulauan Siau, Sangihe dan Talaud (Pulau Karakelang dan P. Salibabu), Sulawesi Utara, pada bulan April – May 2017. Identifikasi karakter dilakukan berdasarkan morfologi, anatomi, sitologi dan molekuler. Karakterisasi morfologi memperlihatkan adanya 11 varian daluga. Berdasarkan analisis klaster dan PCA yang dilakukan menggunakan karakter morfologi dan molekuler, ke 11 varian dapat dikelompokkan menjadi 2 klaster utama, yaitu klaster pertama yang beranggotakan varian-varian dengan tangkai perbungaan panjang dan klaster kedua yang beranggotakan varian-varian dengan tangkai perbungaan pendek. Di antara 4 populasi yang diteliti, populasi Pulau Siau mempunyai tingkat variasi genetik tertinggi, sementara itu populasi Pulau Salibabu mempunyai variasi genetik terendah. Penelitian anatomi menunjukkan bahwa pada bagian adaksial daun mempunyai sel epidermis yang berbentuk hampir sama, namun sel epidermis bagian abaksial daun, bentuk dan jumlah kristal kalsium oksalat berbeda di antara varian-varian dengan tangkai perbungaan panjang dan pendek.  Jumlah kromosom sama yaitu  2n = 26, meskipun tipe kromosom berbeda-beda di antara varian-varian. Hasil klasifikasi serta informasi baru mengenai karakter lengkap daluga dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengembangkan daluga di masa depan, baik sebagai pangan alternatif maupun pangan fungsional. 


Daluga or the giant swamp taro (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) is one of the minor root crops belongs to Araceae family. Study about daluga in Indonesia is still poorly known. A total of 36 daluga accessions were collected from Siau, Sangihe and Talaud islands, North of Sulawesi, Indonesia on April – May 2017. Identification was done using morphology, anatomy, cytology and molecular. Morphological characters shows that there are 11 variants. Based on claster and PCA analysis using morphology and molecular characters, those variants can grouped into 2 main clasters, those are claster with long peduncle and claster with short peduncle. Amongst four populations studied, Siau Island population has the highest level of genetic variation, meanwhile Salibabu Island has the lowest level. Anatomy study showed that adaxial surface have the same shape of epidermal cells. However, the epidermal cells on abaxial of leaf, the shape and number of calcium oxalate crystals were different between variants with long peduncle and short peduncle. All of variants have the same number of chromosomes 2n = 26, although the type of chromosomes different among variants. This result of classification and new informations about daluga can be used for baseline data to improving and developing daluga for the future as an alternative and functional food. 

2019
D2702
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Wardani
Abstrak :
Athyrium adalah marga paku sejati dari suku Athyriaceae yang beranggotakan 160-220 jenis, yang sebagian besar anggotanya berada di Asia Timur. Delapan jenis Athyrium yang diketahui dari Jawa dan dua jenis dari Bali belum pernah dievaluasi kekerabatannya, baik secara morfologi maupun molekuler. Kajian filogenetika molekuler dilakukan dengan menggunakan lima marka kloroplas DNA dari total 78 sampel yang 22 sampel diantaranya baru diperoleh dalam penelitian ini. Kajian fenetik difokuskan pada penguraian kekerabatan berdasarkan kesamaan morfologi pada kelompok Athyrium nigripes yang mengalami permasalahan penyematan nama secara tidak konsisten. Hasil analisis menunjukkan bahwa A. nigripes Jawa dan Bali berbeda dari sampel yang berasal dari Cina, yang menguatkan pendapat bahwa penggunaan nama tersebut dalam flora daratan Cina adalah tidak tepat. Karakter yang bermanfaat dalam memisahkan jenis-jenis dalam kumpulan yang serupa ini adalah rambut-rambut pada rakis dan pina rakis, serta adanya tonjolan semacam duri pada sisi adaksial tulang-tulang daun Dengan demikian, Jawa terkonfirmasi memiliki delapan jenis sedangkan Bali dua jenis, seluruhnya merupakan jenis yang juga terdistribusi di luar Jawa dan Bali sehingga tidak ada jenis yang endemik. ......Athyrium is a large genus in the Athyriaceae with 160-220 species that most of it are concentrated in the eastern Asia. Java is known to have eight species and two species from Bali, which relationship between them has not being evaluated. A molecular phylogenetic study was conducted using five chloroplast markers with 78 samples, 22 of it were newly generated. A phenetic study was carried, focused to elucidate the relationship within Athyrium nigripes based on morphological similarity. The name has been inconsistently applied to various form of bi- and tripinnate Athyrium. The analyzes show that A.nigripes of Java and Bali nested in different clade with sample from China, which prove the misapplication of the name to Chinese plants. A. pulcherrimum is closely related to A. nigripes, but here is treated as one as the differences between the two is scanty. A. erythropodum and A. nitidulum nest in different clades and are confirmed as separate species. Characters useful to differentiate species in a looked-a-likes gathering are hairs on rachis and pinna rachis, and the spine-like protuberance on the adaxial side of leaf axis. Both A. atratum and A. puncticaule are also segregated as separate species. It is now confirmed that Java has eight species and Bali has two, and none of the are endemic.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library