Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muliyati
"Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan batasan usia 10-19 tahun. Pengaruh globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku termasuk perilaku pacaran.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pacaran dan faktor-faktor yang berhubungan pada siswa SMU X dan MAN Y Kabupaten Sidrap. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan Cross Sectional dan dilengkapi kualitatif dengan pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Analisis yang digunakan adalah Univariat dan bivariat dan untuk kualitatif menggunakan analisis tematik.
Hasil penelitian menunjukkan 16,67 % siswa berperilaku pacaran berisiko, sikap permisif 50%, terpapar pornografi 33,33%, sebanyak 57,4% siswa memiliki orang tua yang pasif dan 37,30 % mendapat pengaruh negatif dari teman sebaya. Variabel yang terbukti berhubungan dengan perilaku pacaran adalah keterpaparan media pornografi dan pengaruh teman sebaya. Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyarankan kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan agar membina kelompok sebaya dan melatih peer konselor, dan bagi orang tua agar meningkatkan bimbingan terhadap putra-putrinya.

Teenager is transition period from child to adult period in the range of age 10-19 years. The impact of globalization result in the change of attitude including dating attitude.
The objectif of this research was to know description of dating attitude and related factors of student in Senior High School ?X? and Islamic Senior High School ?Y? students in Sidrap District. The design of research was quantitative with Cross sectional approach and also qualitative. Data collected by Questionnai and indefth interview. It was analysed Univariate, Bivariate and thematic analysis.(Qualitative)
The result showed that 16,67% students have risk of dating attitude, 50% student have permissive attitude, 33,33 % student were pornography exposed, 57,4% students had parents that less in role and 37,30 % student get negative impact from peer group. The variable that had correlation were dating attitude are exposed to media pornography and impact of peer group. According to result, it is suggested that district health office and District education office to build peer group and to train peer counselor. For parents to improve the guide to their children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrachma Sari
"Self Efficacy merupakan salah satu prediktor penting dalam penentuan inisiasi, durasi dan eksklusivitas dalam menyusui. Penelititan ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh konseling menyusui dengan pendekatan teori sosial kognitif terhadap self efficay ibu dalam menyusui di Koba Bangka Tengah pada bulan Mei-Juni tahun 2015. Desain penelitian adalah quasy experimental dengan rancangan non-randomized control group pretest posttest design, total sampel sebanyak 48 ibu menyusui yang terbagi menjadi 24 ibu menyusui pada kelompok kontrol yang mendapatkan leaflet menyusui dan 24 ibu pada kelompok intervensi yang mendapatkan konseling menyusui dengan pendekatan teori sosial kognitif. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji T independen, dan uji Wilcoxon. Sedangkan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Perbandingan nilai self efficacy sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok meningkat bermakna (p=0,001). Perbandingan selisih nilai self efficacy pada kelompok intervensi lebih tinggi bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p=0,002). Kelelahan postpartum dan tingkat pendidikan berhubungan bermakna terhadap perbedaan nilai self efficacy. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh kelelahan postpartum, pengetahuan menyusui, pendidikan ibu, dan konseling menyusui terhadap perbedaan nilai self efficacy. Konseling menyusui merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perbedaan nilai self efficacy (p=0,003) dengan koef (B) sebesar 3,286. Konseling lebih dapat meningkatkan self efficacy ibu dalam menyusui dibandingkan pemberian leaflet menyusui.

Self efficacy has been describe as an important predictor in determining the initiation, duration and exclusivity of breastfeeding. The purpose of this study was to examine the effect of breastfeeding counseling by social cognitive theory approach to self efficacy in breast-feeding mothers in Central Bangka Koba in May-June 2015. The study design was quasy experimental with a non-randomized control group pretest posttest design, sample size of this study was 48 nursing mothers were divided into 24 nursing mothers in the control group who received breastfeeding leaflets and 24 mothers in the intervention group who received breastfeeding counseling by social cognitive theory approach. Data analysis included univariate, bivariate, and multivariate analyzes. Bivariate analysis used independent t test and Wilcoxon test. While the multivariate analysis used linear regression. Comparison of self-efficacy before and after treatment in each group increased significantly (p = 0.001). Comparison of the difference in the value of self-efficacy in the intervention group was significantly higher than the control group (p = 0.002). Postpartum fatigue and a significant level of education influenced to the difference in the value of self-efficacy. Multivariate analysis showed the influence of fatigue postpartum, breastfeeding knowledge, maternal education, and breastfeeding counseling to the difference in the value of self-efficacy. Breastfeeding counseling is the most influential factor to the difference in the value of self-efficacy (p = 0.003) with koef (B) of 3.286. Breastfeeding counseling could improve self efficacy than breastfeeding leaflets."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriya Laras Pramesthi
"ABSTRAK
Risiko kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko dampak buruk pada kelahiran. Asupan gizi yang cukup selama kehamilan merupakan hal penting yang dapat menjamin kelahiran optimal. Informasi mengenai asupan gizi dan pola konsumsi antara ibu hamil dengan risiko dan tanpa risiko KEK masih terbatas. Studi komparatif potong-lintang dilakukan pada 63 ibu hamil dengan risiko KEK dan 74 ibu hamil tanpa risiko KEK. Informasi mengenai asupan makan diperoleh melalui satu hari penimbangan makan, satu hari recall 24 jam, dan tujuh hari perhitungan makanan (food tally). Analisis dengan Mann Whitney U dan Independent T digunakan untuk membandingkan asupan gizi makro dan mikro pada dua kelompok, sedangkan tes Chi-square digunakan untuk menilai hubungan antara kecukupan gizi dengan status KEK ibu hamil. Asupan gizi antara dua kelompok tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, terdapat tren yang menunjukan bahwa ibu hamil tanpa risko KEK memiliki asupan gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan ibu hamil risiko KEK untuk energi, protein, lemak, karbohidrat, asam folat, dan magnesium. Kecukupan protein menunjukan hubungan yang bermakna dengan status KEK. Meskipun jumlah frekuensi konsumsi kelompok-kelompok makanan antara ibu hamil dengan risiko dan tanpa risiko KEK tidak berbeda, tetapi rata-rata jumlah porsi yang dikonsumsi pada kelompok sayuran hijau dan kacang-kacangan relatif lebih banyak pada ibu hamil tanpa risiko KEK dibanding ibu hamil dengan risiko KEK. Dari studi ini disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada asupan gizi, kecuali untuk protein, antara ibu hamil dengan risiko dan tanpa risiko KEK.

ABSTRACT
Risked at chronic energy deficiency (CED) increases the risk of adverse birth outcomes. Adequate maternal nutrient intake during pregnancy is important to ensure optimum birth outcomes. There were limited data available on the dietary intake and dietary pattern comparing pregnant women with and without CED risk. A comparative cross sectional study was done for 63 pregnant women with CED risk and 74 pregnant women without CED risk. Dietary information was obtained from one-day weighed food record (WFR), one-day 24-hour recall and seven-day food tallies. Mann Whitney U and Independent T tests were used to compare nutrients among both groups, while Chi-square was used to assess the association between nutrient adequacy and CED status. Dietary intakes was not significant different between both groups. However, there was a trend that pregnant women without CED risk had higher intake compared to pregnant women with CED risk for energy, protein, fat, carbohydrate, folate, and magnesium. Protein adequacy was the only nutrient that associated with CED status. Dietary pattern, in term of weekly consumtion of food groups was similar among both groups. However, pregnant women without CED risk consumed higher amount of dark green leafy vegetables and legumes, nuts, and seeds groups. These result revealed there were no significantly different on dietary intake, except for protein, between pregnant women with and without CED risk"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library