Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deddy Roosadiono
"Latar Belakang
Dari literatur tentang perdagangan internasional, analisis ekonomi tentang perdagangan bebas yang berdasarkan prinsip keuntungan komparatif dijelaskan bahwa spesialisasi internasional dalam produksi akan meningkatkan volume perdagangan internasional yang pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi suatu negara dan dunia pada umumnya. Dengan perkataan lain sistem perdagangan bebas mampu meningkatkan kesejahteraan negara dan dunia.
Selanjutnya apabila teori positif tentang perdagangan internasional dikaitkan dengan teori normatif tentang kemakmuran masyarakat, maka sistem perdagangan babas secara teoritis mampu memenuhi kondisi optimalitas Pareto sehingga memungkinkan tercapainya kemakmuran masyarakat yang maksimum. Dengan perkataan lain sistem perdagangan bebas memungkinkan tercapainya kondisi 'terbaik pertama' yakni suatu kondisi tanpa distorsi harga, baik harga domestik maupun harga internasional atau secara teknis adanya kesamaan antara tingkat subsitusi marjinal konsumsi dengan tingkat tranformasi marjinal produksi, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian, sistem perdagangan bebas selain menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien, juga dapat memaksimumkan kesejahteraan masyarakat suatu negara.
Penelitian empiris menunjukkan pula bahwa pengurangan tarif baik secara sepihak maupun bilateral akan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Dan penelitian empiris yang dilakukan oleh Grais, de Melo dan Urata (1986) menunjukkan bahwa pencabutan sistem kuota di Turki tahun 1978 mampu meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 5 persen serta penelitian Clareta dan Whally {1985) di Pilipina tahun 1978 menunjukkan pula bahwa dengan menghilangkan proteksi tarif kuota dan pajak ekspor akan meningkatkan Produk Nasional Bruto (PNB) sebesar 5.2 persen.
Dari gambaran di atas, dan dikaitkan dengan upaya banyak negara untuk mendorong perkembangan sektor industri pengolahannya, timbul pertanyaan mengapa hampir semua negara cenderung proteksionistis, terutama pada tahap awal perkembangan industrinya. Banyak argumentasi tentang perlunya proteksi suatu industri, baik argumentasi ekonomi maupun non-ekonomi. Salah satu argumentasi ekonomi yang umumnya diterima oleh para ekonom dan banyak dijadikan alasan oleh para pembuat kebijaksaaan proteksi adalah argumentasi infant industry. Dalam argumentasinya, dilihat dari segi jangka waktu, pemberian proteksi bersifat sementara, hal ini dikaitkan dengan sampai dicapainya economies scale suatu industri. Namun pertanyaannya berapa tahun waktu yang diperlukan untuk mencapainya, berapa besarnya tingkat proteksi dan berapa besarnya tingkat proteksi yang seharusnya diterima oleh masing-masing industri, apakah semua industri mendapat tingkat proteksi yang sama atau berbeda dan kalau berbeda berapa besar variasi perbedaaanya? Tidak terdapat petunjuk atau penjelasan tentang masalah di atas dalam argumentasi infant industri. Namun pengamatan empiris di negara berkembang yang dilakukan oleh Moh. Arsyad memberikan petunjuk bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat proteksi dengan perkembangan sektor industri pengolahan, yaitu bahwa tingkat proteksi yang digunakan untuk mendukung perkembangan industri pengolahan di negara berkembang yang kemudian mampu bersaing dengan barang impor dan bahkan mampu meningkatkan ekspornya (seperti misalnya Korea Selatan), tingkat proteksi serta berbagai fasilitas moneter dan fiskal yang diberikan selain relatif tidak besar juga pentahapan penurun fasilitasnya jelas."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ikhsan Mahyuddin
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Threesye Oscarita Mariman
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frits H. Soejoedi
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S17953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Mirza Nawidjaja H.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S18166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moekti Prasetiani Soejachmoen
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Anas
"Investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir ini. Pada tahun 1980, berdasarkan data Balance of Payment yang diterbitkan IMF, investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia hanya sebesar US$ 138 juta yang meningkat 15 kali lipat atau US$ 2004 juta pada tahun 1993. Dari total investasi asing langsung yang direalisasi sejak tahun 1967 hingga tahun 1994, 64 persen diantaranya merupakan investasi dalam industri manufaktur. Investasi asing dalam industri manufaktur memberikan kontribusi yang tidak kecil dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari bagian nilai tambah yang dihasilkan, perusahaan asing menyumbang 23 persen dari total nilai tambah yang dihasilkan industri manufaktur pada tahun 1975 yang meningkat menjadi 25 persen pada tahun 1992. Perusahaan asing yang bergerak dalam industri manufaktur, yang sebagian besar merupakan perusahaan multinasional memiliki firm specific advantage yang tidak dimiliki oleh perusahaan domestik sejenisnya, seperti akses terhadap modal yang lebih murah, input yang lebih murah dan pengetahunan tentang pasar yang lebih lengkap, sehingga diduga lebih efisien dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Disamping itu, mengacu teori yang diajukan Kojima bahwa investasi asing langsung yang ideal adalah investasi asing yang berorientasi perdagangan (trade oriented) karena tidak saja memberikan keuntungan pada negara investor dan negara penerima, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dunia. Dalam tulisan ini penulis akan menguji kebenaran hipotesa tersebut, bahwa perusahaan asing lebih efisien dan lebih berorientasi perdagangan dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Untuk menguji hipotesa tersebut, penulis menggunakan tingkat produktivitas tenaga keija dan intensitas modal sebagai ukuran efisiensi dan menggunakan export propensity dan import propensity sebagai ukur orientasi perdagangan. Pengujian dilakukan secara lintas sektoral, 29 industri pada tingkat ISIC 3 digit dengan 17600 perusahaan, denganmengadaptasi model yang digunakan Eric Ramstetter dalam menganalisa perbedaan antara perusahaan multinasional Jepang dan perusahaan lainnya di Thailand dalam artikel Comparisons of Japanese Multinationals and Other Firm in Thailand's Non-Oil Manufacturing Industries yang dimuat dalam Asean Economic Bulletin volume 11 no. 1, Juli 1994. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square(OLS) untuk menguji perbedaan tingkat produktivitas, tingkat upa rata-rata dan intensitas barang modal antara perusahaan asing dan perusahaan lainnya; dan analisa Probit untuk menguji perbedaan trade propensity antara perusahaan asing dan perusahaan lainnya. Dari hasil pengujian yang penulis lakukan pada tingkat perusahaan, membuktikan bahwa produktivitas tenaga kerja pada perusahaan asing lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Disamping itu secara rata-rata perusahaan asing juga memberikan upah yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Hasil lain yang penting dalam penelitian ini adalah bahwa perusahaan asing terbukti lebih tradeoriented dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Export propensity perusahaan asing lebih tinggi dibandingkan perusahaan domestik sejenis, tetapi ketergantungan terhadap impor, yang diukur dengan import propensity, juga lebih tinggi. Hasil pengujian juga mengisyaratkan bahwa perusahaan asing terbukti memiliki intensitas barang modal yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Hal lain yang menarik dalam penelitian ini adalah bahwa tingkat konsentrasi industri memberikan dampak yang buruk terhadap kinerja industri manufaktur secara keseluruhan, begitu juga terhadap perusahaan asing yang terlibat dalam industri manufaktur. Untuk mengoptimalkan manfaat investasi asing langsung di Indonesia, deregulasi yang selama telah dijalankan perlu diikuti dengan konsistensi penerapan di lapangan. Praktek-praktek yang menjurus pada distorsi pasar, seperti praktek monopoli dan oligopoli yang mengakibatkan tingkat persaingan yang tidak sehat merupakan faktor yang menghambat peningkatan kinerja ekonomi yang sudah saatnya diminimisasi. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan skripsi ini untuk memperkuat hasil penelitian yang telah penulis mulai ini, yaitu memperluas sampel observasi dengan memasukkan sektor-sektor lain di luar industri manufaktur dan memperpanjang rentang waktu penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yose Rizal
"Keburukan proteksi kiranya merupakan suatu topik hangat yang menjadi bahasan penting dalam subyek ekonomi intemasional. Dalam berbagai buku teks ekonomi intemasional, telah dibahas bagaimana kerugian yang ditanggung oleh perekonomian akibat diberlakukannya proteksi. Walaupun begitu pada prakteknya, proteksi masih diterapkan pada berbagai bidang dan tingkat industri dalam suatu perekonomian. Proteksi masih dianggap sebagai suatu "vitamin" yang bermanfaat bagi perkembangan suatu industri. Untuk itulah diperlukan suatu pengukuran yang dapat mengestimasi sampai jauh mana kerugian yang disebabkan oleh adanya proteksi. Sehingga dengan begitu kebijaksanaan tersebut dapat dievaluasi manfaat dan kerugiannya. Tulisan ini mencoba mengetengahkan suatu cara pengukuran kerugian atau biaya akibat proteksi. Kemudian metode tersebut digunakan untuk mengukur biaya akibat proteksi yang diterapkan pada industri kendaraan bermotor di Indonesia. Industri kendaraan bermotor Indonesia merupakan salah satu industri yang mempunyai tingkat proteksi sangat tinggi. Dengan tingkat proteksi efektif yang mencapai 600%, maka kendaraan bermotor di Indonesiapun mempunyai harga yang tertinggi. Berbagai distorsi pasarpun timbul dan menyebabkan industri ini menjadi tidak efisien. Proteksi juga mendorong industri ini mempunyai bentuk pasar yang bersifat oligopolistik dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, serta peranan produsen yang sangat besar dalam menentukan tingkat harga dan produksi. Sehingga para produsenpun cenderung untuk tidak berproduksi pada tingkat produksi yang optimal. Pengukuran biaya proteksi pada industri kendaraan bermotor ini menggunakan metodologi yang dibangun oleh Gary Hufbauer dan Kimberly Ann Elliott. Dasar dari model ini adalah analisa keseimbangan parsial dari kebijaksanaan proteksi. Analisa dasar ini dikembangkan sehingga dapat dipergunakan sebagai model matematis untuk menghintung biaya proteksi (computable model). Model ini mempunyai beberapa asumsi. Yang patut diperhatikan adalah asumsi mengenai pasar yang berbentuk persaingan sempurna, small country assumption, komoditi impor yang bukan substitusi sempuma dari komoditi domestik, serta analisa yang bersifat statik. Untuk dipergunakan dalam menghitung biaya proteksi di industri kendaraan bermotor Indonesia, model ini dikembangkan agar lebih sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk itu salah satu asumsinya dilepaskan, yaitu asumsi mengenai pasar yang berbentuk persaingan sempuma. Sehingga model tadi dikembangkan untuk memperlihatkan pengaruh dari pasar yang bersifat oligopolistik, karena lebih mencerminkan kondisi industri tersebut. Ternyata proteksi yang tinggi pada industri kendaraan bermotor membawa kerugian yang cukup besar bagi perekonomian. Yang paling banyak menanggung kerugiannya adalah konsumen kendaraan bellnotor itu sendiri yang hams membayar sangat mahal untuk mendapatkan sebuah kendaraan bermotor. Sementara produsenpun berproduksi pada tingkat yang sangat tidak efisien. Sehingga secara keseluruhan terdapat kemgian yang cukup besar bagi perekonomian, mencapai 8,43%-9,25% dari nilai total produksi kendaraan bermotor pada tahun 1995. Sehingga dapat dikatakan bahwa proteksi yang selama ini diterapkan di industri ini membawa biaya yang besar bagi perekonomian, sehingga selayaknya proteksi ini dihapuskan agar industri kendaraan beunotor Indonesia dapat berkembang dan memberikan manfaat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niniek Listyani Gyat
"Proses globalisasi sangat mempengaruhi berbagai aktivitas internasional, yang kemudian mengubah pola aktivitas perdagangan internasional dan investasi asing. Skripsi ini bertujuan untuk melihat apakah memang terdapat hubungan kausalitas dua arah dan hubungan simultan antara aktivitas-aktivitas tersebut di Indonesia dengan negara mitra usaha, guna memperkuat dan memperbaiki neraca perdagangan kita. Metode Granger direct regression test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kausalitas antara kedua aktivitas tersebut. Sedangkan metode Two-stage Least Square digunakan untuk mengetahui besar dan arah hubungan antara variabel bebas dan terikat pada masing-masing persamaan. Penelitian ini menggunakan poting data dengan unit cross-se,ction-nya sektor industri manufaktur 2 digit antara Indonesia dengan negara Amerika, Jepang, dan Jerman sebagai negara-negara mitra usaha dan data tahunan dari tahun 1984 hingga 1989. Hasil regresi dengan metode Granger menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara aktivitas investasi asing bilateral dan perdagangan internasional bilateral dengan negara-negara mitra-usaha. Dan hasil regresi hubungan simultan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ekspor bilateral dengan investasi bilateral, dan sebaliknya. Keadaan ini menunjukkan bahwa teori export-oriented yang dikemukakan oleh Kojima dan teori eclectic yang dikemukakan oleh Dunning berlaku di Indonesia. Hubungan simultan antara impor bilateral dengan investasi bilateral sulit untuk disimpulkan, karena hasil regresi tidak simultan. Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan hasil regresi tersebut tidak memuaskan, antara lain bahwa terjadi proses offsetting antara penurunan impor barang jadi dan peningkatan impor bahan baku, sehingga efeknya saling menghilangkan. Hasil lain yang dapat disimpulkan adalah bahwa sifat investasi bilateral di Indonesia adalah sebagai pelengkap dari impor yang kita lakukan terhadap negara tersebut (impor bilateral). Effective Rate of Protection (ERP) merupakan faktor penghambat dan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam persamaan investasi bilateral dan impor bilateral, sehingga penurunan nilai ERP secara signifikan akan meningkatkan nilai investasi bilateral dan nilai ekspor bilateral Indonesia. Kesimpulan lain yang cukup penting, adalah bahwa bilateral aid yang diterima Indonesia lebih banyak digunakan untuk membangun infrastruktur, sehingga nilai investasi bilateral meningkat pada sektor jasa dan konstruksi. Dengan demikian, nilai investasi bilateral dan ekspor bilateral untuk tahun tersebut relatif rendah. Saran yang dapat dilakukan untuk lebih menguatkan hasil penelitian ini, adalah memperluas sampel investor atau trading parties, memperpanjang waktu penelitian, dan juga melakukan estimasi terhadap masing-masing negara secara terpisah untuk membuktikan apakah sifat investasi Jepang dan Eropa di Indonesia mengikuti teorema Kojima atau tidak."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>