Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evawati Khumaedi
"ABSTRAK
Dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi era globalisasi yang akan datang, maka Universitas harus mempersiapkan diri dengan memperhatikan mutu produktivitas, baik yang menyangkut tenaga akademiknya, maupun pada lulusannya. Untuk itu Universitas Mercu Buana Jakarta telah banyak mencurahkan perhatiannya pada hal - hal tersebut dengan menitik-beratkan pada proses pengembangan tenaga akademiknya, baik yang bersifat formal, maupun yang informal. Akan tetapi sejauh mana dampak positif program pengembangan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan T'inggi, sampai saat ini belum pernah diteliti dan / atau dievaluasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengembangan tenaga akademik di Universitas Mercu Buana ( UMB ) Jakarta, dan pengaruh pengembangannya terhadap produktivitas kerja tenaga akademiknya.
Penelitian dimulai dengan mengambil sampel secara acak dari populasi tenaga akademik UMB, dengan besar sampel 30 orang, terdiri atas 10 orang S1, 10 (rang S2 dan 10 orang S3. Analisis data menggunakan metode Chi square dipakai untuk data kategorik , bivariat multivariat ,nilai rata-rata , dan Kruskal Wallis untuk multivariat, skor mentah, nominal, nilai rata-rata dengan mengambil nilai alpha 5 %.
Pengembangan tenaga akademik UMB telah berjalan sejak tahun 1990, walaupun baru pada taraf pengembangan profesional dan pribadi, sedangkan program yang mengarah pada pengembangan sosial belum dirancang secara khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas total antara kelompok SI, S2 dan S3 tidak terdapat perbedaan yang bermakna, begitu pula bila dilihat dari masing - masing unsurnya, kecuali untuk unsur Penelitian. Jika produktivitas kerja tersebut dihubungkan dengan variabel sosialnya ( jenis kelamin, masa kerja, umur, status keluarga, golongan dan beban SKS ) diantara kelompok strata pendidikan SI, S2 dan S3 juga tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka mempunyai tingkat produktivitas kerja yang sama kecuali dalam hal penelitian. Hal ini disebabkan karena bagi mereka yang telah mencapai tingkat strata pendidikan yang lebih tinggi, telah mempunyai pengalaman, daya penalaran, daya analisa dan kekritisan serta wawasan ilmiah yang lebih baik.
Atas dasar hasil dan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka perlu disarankan antara lain : (1) UMB masih perlu mengembangkan tenaga akademiknya secara terprogram secara lengkap; (2) Untuk kepentingan program pengembangan tenaga akademik UMB, bila prioritasnya pada program penelitian, maka diperlukan pengembangan ke arah peningkatan jenjang pendidikan formal serta kursus -kursus ilmiah dan pertemuan ilmiah lainnya."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfan Miko
"ABSTRAK
Salah satu aspek kehidupan masyarakat Minangkabau yang berubah adalah institusi keluarga. Dewasa ini, terutama di kota-kota Sumatera Barat terdapat kecenderungan pergeseran pola kehidupan ke bentuk keluarga batih (nuclear family) dibandingkan dengan keluarga luas (extended family) dalam masyarakat Minangkabau tradisional (Chatra :1992). Sejalan dengan itu, sejumlah fungsi yang secara tradisional disumbangkan oleh keluarga kepada anggota-anggotanya terutama fungsi proteksi- relatif mulai berubah polanya. Dengan demikian, merupakan hal menarik mempelajari dan mengidentifikasi orang lanjut usia, terutama wanita lanjut usia di Minangkabau. Mengingat wanita biasanya berumur lebih panjang, mengalami kehidupan menjanda, memiliki human capital yang relatif rendah, sedangkan sistem matrilineal terkesan mengutamakan wanita.
Perhatian terhadap kondisi sosio ekonomi wanita lanjut usia semakin dirasa perlu bila dikaitkan dengan berkembangnya teknologi di bidang ilmu kesehatan, yang menyebabkan menurunnya tingkat fertilitas dan mortalitas dan memperpanjang angka harapan hidup manusia sehingga ada kecenderungan yang kuat struktur usia penduduk di suatu negara mulai bergeser menjadi semakin tingginya persentase pertambahan jumlah penduduk yang berusia lanjut dibanding anak-anak dan remaja. Diperkirakan usia penduduk di negara berkembang juga akan semakin menua.
Data untuk penulisan tesis ini merupakan data sekuder yang diolah dari sebagian hasil penelitian Studi Deskripsi Kondisi Sosioekonomi Orang lanjut Usia di Sumatera Barat, yang dilakukan tahun 1994 yang lalu. Dari data tersebut diupayakan memahami kondisi sosio ekonomi wanita lanjut usia dan pandangan wanita lnjut usia terhadap eksistensi panti jompo.
Hasil analisis penelitian menyimpulkan sebagai berikut; pertama kualitas individual dan fasilitas yang dimiliki responden wanita lanjut usia dikota relatif lebih baik ketimbang kualitas responden semi kota dan responden desa; kedua, rata-rata tingkat pendidikan responden rendah; ketiga, sebagian responden masih bekerja karena masih mempunyai beban tanggungan ekonomi; keempat, hubungan kekeluargaan relatif masih terjalin baik meskipun terlihat ada kecenderungan menurun derajat intensitas dan kualitasnya; kelima, mayoritas responden tidak lagi berperan aktif dalam kehidupan sosial, kecuali yang sifatnya keagamaan; Keenam, kesehatan responden sangat rentan dan hampir seluruh responden menyatakan keluhan penyakit; ketujuh, variabel sistem pendidikan, pendapatan, sistem keluarga dan wilayah penelitian terlihat memiliki hubungan signifikan dengan pandangan wanita lanjut usia tentang panti jompo.

ABSTRACT
One of the life aspects of Minangkabau society that is changing now is the family institution. At present, especially in cities and towns of West Sumatra, there is a tendency of changing the living pattern toward nuclear family instead of the extended family that was found in the traditional Minangkabau community (Chatra:l 994). At the same time, some family functions which were traditionally contributed by the family to its members, especially family protection starts to change in its pattern. So, it is very interesting to observe and to identify the elderly people, particularly to Minangkabau elder woman, in consideration of women life expectancy which is longer than that of men, low of human capital, as a widow, besides matrilineal system secure an important place for woman in their community.
This is even more necessary if it is connected with further development of technology in health that causes the decrease of fertility and mortality and extend lifespan, giving higher percentage of population growth of the old people compared to children and adults. It is expected that the age of people in the developed country becomes older age. At this time, the problem of population arises and it is not only a phenomenon.
The data used is a secondary ones which partly taken from the previous research Description Study of the Socioeconomic condition of elderly in West Sumatra, conducted in 1994. The purpose of this research is more general in its field, that is to understand the condition of the socioeconomy of the elderly with the minimum of 60 years of age and perception of elder woman to existence of home for aged.
The conclusion of the survey are ; first, urban individual quality and facilities of the old age respondents is relatively better than those from semi-urban and in village; second, in general, the education of the respondents is low; third, some of the respondents still work as they still have economy burden; fourth, family relationship is all relatively good, though it is decreasing its intensity and quality; fifth, majority of the respondents is no more active in social life, except in religious activity; sixth, the respondents health in general is too poor and almost all respondents present health complain; seventh, the variabel of education, income, family system and research area seem to have significant relation with the point of view of the elder woman toward homes for the aged.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Mudzakkir
"Salah satu strategi pokok pembangunan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia (GBHN RI) 1993 adalah pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan kejuruan untuk memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja yang berkembang secara dinamis.
Peningkatan kualitas pendidikan kejuruan, justru sangat tergantung dari besarnya peranan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini kemampuan dan motivasi guru memiliki posisi kunci yang tidak dapat diabaikan dalam menciptakan prestasi belajar siswa.
Pada kasus rendahnya prestasi belajar siswa yang dicerminkan oleh rendahnya rata-rata NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta sebesar 6,98 pada tahun 1994/1995 sudah tentu merupakan indikasi rendahnya kemampuan dan motivasi guru dalam proses belajar mengajar.
Atas dasar hal tersebut, dalam penelitian ini akan diketahui :
(1) Apakah kemampuan dan motivasi guru berpengaruh positif terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta.
(2) Variabel apakah yang dominan pengaruhnya terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta.
Berkaitan dengan tujuan penelitian di atas, diduga secara statistik akan terbukti keberartiannya. Oleh karena itu alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda.
Temuan hasil dari wawancara dengan 138 responden menunjukkan kesimpulan sebagai berikut :
(1) Hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa kemampuan guru, motivasi profesional guru, kesesuaian waktu yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan kesesuaian keahlian dengan beban tugas, berpengaruh positif terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta, ternyata dapat diterima dengan sangat nyata yaitu dengan besar pengaruh 90,31%.
(2) Faktor kemampuan guru merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disarankan sebagai berikut :
(1) Pada upaya peningkatan kemampuan guru, perlu memperhatikan faktor kemampuan dasar, kemampuan profesional dan kemampuan sosial yang dimiliki guru, dengan jalan pola pembinaan dan pengembangan kemampuan.
(2) Walaupun faktor-faktor motivasi profesional, kesesuaian waktu dengan tugas dan faktor kesesuaian keahlian dengan beban tugas, bukan merupakan faktor yang dominan tetapi perlu juga mendapat perhatian perbaikan yang serius sehubungan dengan pengaruhnya yang sangat penting terhadap penciptaan prestasi belajar siswa.
xiii + 119 halaman + 19 tabel + 3 Gambar + 13 lampiran
Daftar Pustaka : 41 buku, 6 artikel, 18 lain-lain."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Hidayat
"ABSTRAK
Dalam rangka perencanaan di bidang kependudukan sebagai penunjang pembangunan nasianal, regional dan pedesaan, pengetahuan tentang pola dan perilaku migrasi di berbagai daerah di Indonesia perlu diketahui. Khususnya di daerah Kabupaten Wonogiri studi tentang migrasi belum banyak dilakukan. Padahal gejala migrasi ini terus semakin meningkat pada akhir-akhir ini, khususnya migrasi yang sirkuler. Meningkatnya gejala migrasi sirkuler ini sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Hal ini menarik justru di Kabupaten Wonogori yang merupakan daerah asal migran sirkuler, dimana pembangunan sedang giat-giatnya dilakukan, namun-gejala migrasi sirkuler tersebut tidak semakin berkurang akan tetapi malah terus meningkat. Gejala ini menimbulkan persoalan apakah pembangunan di Kabupaten Wonogiri itu tidak mampu membendung arus migrasi penduduk ke kota-kota besar, atau malah pembangunan yang sedang berlangsung itu sebagai dampak dari semakin meningkatnya arus migrasi penduduk ke kota-kota besar.
Dengan didasarkan atas pengamatan empirik, studi ini lebih condong untuk menyoroti persoalan yang kedua, yakni melihat dampak migrasi sirkuler terhadap pembangunan masyarakat desa. Studi tentang migrasi sirkuler ini akan sangat memiliki kegunaan, manakala dikaitkan dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat. Tujuan utama yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah ingin melihat dampak positif dari migrasi sirkuler terhadap peningkatan status ekonomi keluarga. Selain itu juga ingin mengetahui karakteristik dan pola﷓pola perilaku migran sirkuler. Penjelasan tentang gambaran daerah penelitian dimaksudkan untuk memberikan latar belakang, baik yang menyangkut lingkungan fisik maupun sosial yang memberikan sumbangan terhadap timbulnya gejala migrasi sirkuler tersebut.
Studi ini dilakukan di tiga daerah asal migran sirkuler yang terletak di daerah Kabupaten Wonogiri. Ketiga desa tersebut meliputi desa Kerjo Lor Kecamatan Ngadirojo, Pule Kecamatan Selogiri, dan Rambangan Kecamatan Selogiri. Ketiga desa sampel ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dari segi keadaan topografi, demografi dan sosio kultural cukup mewakili gambaran mengenai keadaan kabupaten Wonogiri. Pemilihan ketiga desa sampel tersebut dilakukan secara tak acak, karena dengan pertimbangan bahwa desa-desa yang dipilih harus mewakili desa yang terdapat banyak orang yang melakukan migrasi sirkuler.
Unit analisis dari penelitian ini adalah seluruh keluarga yang salah satu anggota keluarganya ada yang melakukan migrasi sirkuler. Sedangkan unit pengamatannya adalah salah satu anggota keluarga dari migran sirkuler. Pemilihan unit analisis dilakukan secara tak acak, karena dengan pertimbangan bahwa pengertian migrasi sirkuler yang dimaksudkan disini hanya terbatas pada gerak penduduk yang bertujuan untuk bekerja mencari tambahan penghasilan di kota dan bukan untuk tujuan yang lain. Jadi unit pengamatannya adalah salah satu anggota keluarga yang anggota keluarganya ada yang pergi untuk sementara waktu bekerja mencari tambahan penghasilan di kota. Sedangkan pemilihan unit pengamatan dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur dan dengan wawancara betas. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian yang diangkat dari ketiga desa sampel secara agregat menunjukkan bahwa tingkat migrasi sirkuler yang terjadi di ketiga desa sampel cukup tinggi. Tingginya tingkat migrasi sirkuler tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat tersebut dikarenakan lingkungan fisik di daerah Kabupaten Wonogiri umumnya kurang dapat dipakai sebagai gantungan hidup. Daerahnya yang tandus bergunung-gunung serta tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, mengakibatkan masyarakatnya berada dalam kondisi ekonomi yang kurang baik. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup, orang harus pergi meninggalkan desa untuk sementara waktu bekerja mencari tambahan penghasilan di kota-kota besar.
Selain karena lingkungan fisik dan kepadatan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan orang harus meninggalkan desanya, juga karena adanya harapan untuk dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar di kota, mendorong orang untuk pergi mencari tambahan penghasilan di kota dengan melakukan migrasi sirkuler. Pilihan untuk melakukan migrasi sirkuler ini sangat dimungkinkan karena tersedianya sarana angkutan yang murah dan memadai. Sehingga para migran sirkuler dapat melakukan perjalanan pergi dan pulang dari desa ke kota setiap waktu. Rata-rata setiap bulan migran sirkuler yang berasal dari ketiga desa sampel pulang mengunjungi keluarga di desa. Pada saat semacam itu biasanya para migran sirkuler membawa sebagian dari penghasilannya di kota untuk dikirim ke keluarganya di desa. Kebiasaan mengirim sebagian dari penghasilannya ke keluarga di desa dapat dipandang sebagai bentuk dari tanggung jawab dan ikatan kekeluargaan yang kuat dengan daerah asal. Mengingat penghasilan para migran sirkuler dari ketiga desa sampel tersebut relatif kecil. Untuk mengirim uang ke desa secara teratur, di kota para migran sirkuler yang berasal dari ketiga desa sampel harus mengimbangi dengan cara hidup yang amat berat yakni tinggal di `pondok boro' dengan hidup seadanya, berperilaku hemat, ulet dan kerja keras pantang menyerah. Nampaknya ini merupakan salah satu kunci dari keberhasilan para migran sirkuler yang berasal dari ketiga desa sampel.
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan mengirimkan uang ke desa adalah meningkatnya status sosial ekonomi keluarga di ketiga desa sampel. Dampak tersebut nampak dari, adanya kecenderungan bahwa semakin besar uang yang dikirimkan para migran sirkuler ke keluarganya di desa, mengakibatkan semakin meningkat status sosial ekonomi keluarganya. Peningkatan status sosial ekonomi keluarga tersebut terlihat dari semakin luasnya pemilikan tanah pertanian, besarnya pengeluaran rumah tangga, baiknya kualitas rumah yang dimiliki di desa, dan lengkapnya sarana rumah tangga yang dimiliki. Meningkatnya status sosial ekonomi keluarga tersebut dalam jangka panjang tidak hanya sekedar mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga, namun lebih dari itu akan mampu mengurangi kesenjangan antara kemakmuran hidup di kota dan di desa, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pembangunan di pedesaan.
Walaupun penelitian ini bersifat studi kasus, beberapa temuan yang diperoleh diharapkan,dapat berlaku untuk daerah-daerah lain, dengan catatan bahwa kondisi desa dan sifat komunitasnya relatip sama. Sehingga temuan ini dapat menghasilkan generalisasi yang kegunaannya tidak hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan semata-mata, namun lebih dari itu mampu memberikan kontribusi dalam mengaktualisasikan kembali kebijaksanaan yang berkaitan dengan kependudukan dan pembangunan pedesaan maupun perkotaan."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seda, Francisia Saveria Sika Ery
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wariki Sutikno
"ABSTRAK
Masalah modernitas individual berimpit dengan masalah faktor manusia dalam pembangunan. Meskipun pada tingkat pendidikan dasar, masalah tersebut terasa amat penting untuk diketengahkan, khususnya sehubungan dengan kenyataan bahwa pendidikan dasa berupakan tingkat pendidikan terakhir bagi sebagian besar anak desa, di samping didalam tujuan pendidikan dasar (bidang nilai sikap) sendiri juga disebutkan pentingnya masalah tersebut. Selain kerkaitan dengan kedua hal di atas, masalah modernitas individual di dalam skripsi ini diketengahkan untuk mencari penjelasan analitik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi modernitas dimaksud. Dengan menggunakan data mentah yang dihasilkan tingkat oleh suatu studi yang dilakukan LPMPM-FISIP UI, skripsi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain menge tahui tingkat modernitas siswa yang di teliti, mengetahui beberapa tema modernitas yang tampak menonjol serta mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat modernitas tersebut. Setelah konsepsi modernitas individual tersebut ditelusuri serta dilakukan analisis terhadap data yang ada dihasilkan beberapa kenyataan antara lain bahwa tingkat modernitas sebagian besar siswa masih berada di bawah nilai rata-rata yang ada. Di samping itu di dalam tema-tema tentang sikap terhadap orang tua, aspirasi, kewajiban kekerabatan, pengalaman baru, dan nilai waktu, nilai modernitas mereka tampak rendah. Nilai modernitas yang tinggi tampak di dalam tema-tema partisipasi, keluarga berencana, media massa, stratifikasi sosial, kedudukan wanita, dan efficacy' serta orientasi kebendaan. Kemudian dari analisis hubungan dua dan tiga dimensi tampak bahwa lingkungan belajar di kelas berhubungan dengan modernitas siswa secara khusus sub-skala inovasi dari lingkungan belajar di kelas ini berhubungan secara signifikan dengan modernitas siswa. Analisis regresi y8ng diharapkan dapat dilakukan di dalam studi ini terpaksa tidak dilakukan sehubungan dengan lemahnya angka korelasi di antara variabel yang diteliti. Skripsi ini diakhiri oleh sebuah diskusi yang berhubungan dengan hasil analisis data di atas serta masalah modernitas individual itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grata Endah Werdaningtyas
"ABSTRAK
Tesis ini berbicara mengenai kebijaksanaan Inggris terhadap Uni Ekonomi dan Moneter, dengan fokus kebijaksanaan Inggris terhadap mata uang tunggal Eropa atau yang lebih dikenal sebagai Euro. Pembentukan mata uang tunggal Eropa sebagai tahap akhir uni ekonomi dan moneter merupakan salah satu fenomena terakhir dalam integrasi kawasan. Integrasi kawasan Eropa Barat yang dimulai semenjak paska PD II, kini telah mencapai tahap integrasi antar negara yang paling mendalam di dunia, dengan dibentuknya mata uang tunggal Eropa/Euro, sebagai tahap akhir dan uni moneter dan ekonomi Eropa. Uni moneter diharapkan akan membuka jalan bagi langkah -langkah lebih maju ke arah uni politik.
Namun dalam atmosfir integrasi yang sudah cukup dalam ini, tetap terdapat beberapa hambatan di antara negara anggota Uni Eropa untuk memberikan komitmen yang kuat ke arah integrasi menyeluruh. Hal ini tampak saat Inggris, Swedia dan Denmark memutuskan untuk menunda bergabung dalam euro. Penulis memilih untuk membahas lebih lanjut berbagai faktor yang melatar belakangi keputusan Inggris tersebut. Mengingat keberadaan Inggris sebagai salah satu negara besar di Eropa, maka setiap tindakannya akan memberikan dampak pada langkah-langkah integrasi Eropa selanjutnya. Besarnya peran, pentingnya peran dan komitmen pemerintah nasional dalam suatu proses integrasi juga menjadi bagian dari kajian Robert Keohane dan Stanley Hoffman, Keohane dan Hoffman berargumentasi bahwa fokus awal yang tepat bagi analisa adalah tawar-menawar yang terjadi pada tingkat antar pemerintahan (intergovermental).
Di balik berbagai teori yang berupaya menjelaskan fenomena kerjasama antar negara di Eropa Barat, satu hal yang pasti adalah kenyataan bahwa selama ini terdapat berbagai kekuatan yang menyatukan maupun memecah belah Eropa (unifying and dividing forces). Kekuatan-kekuatan ini bermunculan pada tingkat regional dan nasional, serta mempengaruhi prospek masa depan integrasi Eropa. Dalam kasus Inggris, proses pengambilan kebijaksanaan terhadap EMU dipengaruhi oleh Kekuatan Negara (Statism) dan Kekuatan Pasar (Market Forces). Di satu sisi kekuatan pasar cenderung menciptakan dan mendorong interdependensi serta tidak menghiraukan kedaulatan. Di sisi lain, walaupun Inggris secara kelembagaan telah menjadi anggota EC, namun kehidupan bernegara masyarakat Inggris belum terintegrasi dalam komunitas Eropa.
Dua variabel yang dianggap melatarbelakangi keputusan Inggris untuk menunda keanggotaannya dalam mata uang tunggal Eropa, yaitu Sentimen Nasionalisme di kalangan masyarakat Inggris dan berbagai pertimbangan dampak uni moneter terhadap perekonomian Inggris. Variabel yang pertama berkenaan perdebatan mengenai apakah uni moneter memang dapat mendorong ke arah integrasi politik, sementara uni moneter tidak dapat sukses tanpa dukungan dan komitmen politik masyarakat negara anggota Eropa. Bergabung dengan mata uang tunggal Eropa memiliki konsekuensi hilangnya Poundsterling dan otoritas kebijaksanaan moneter nasional. Kelompok yang bersifat skeptis, memiliki kekhawatiran euro akan menjadi titik awal perlucutan kebijaksanaan nasional di bidang lainnya, sehingga makin merongrong kedaulatan nasional suatu bangsa. Dampak uni moneter terhadap perekonomian Inggris, juga menjadi pertimbangan mendasar mengenai kebijaksanaan terhadap mata uang tunggal. Singkatnya negara Uni Eropa, terutama Inggris belum memenuhi tingkat integrasi yang diperlukan untuk mencapai suatu uni moneter yang sukses. Sebaliknya dengan kondisi yang ada sekarang dikhawatirkan sistem uni moneter menjadi tidak efisien, dan dalam sejarah telah terbukti bahwa suatu sistem perekonomian yang tidak efisien usianya tidak akan bertahan lama.
Kombinasi dari pertimbangan politis dan ekonomis mengenai berbagai dampak yang timbul sebagai konsekuensi keanggotaan dalam mata uang tunggal Eropa menjadi dasar keputusan Inggris untuk menunda keikutsertaannya. Namun keputusan ini tidak menutup peluang Inggris untuk menjadi anggota, bila suatu saat nanti keanggotaan dalam euro dianggap penting untuk mencapai kepentingan nasional Inggris."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwini Cahya Wardani
"Dengan adanya budaya perusahaan yang kuat, setiap pegawai akan mengerti dengan jelas apa yang diharapkan perusahaan darinya dan apa sebenarnya tujuan perusahaan. Sehingga dengan mengetahui apa yang diharapkan perusahaan, apa yang tidak disukai, imbalan apa yang akan diterima dan sangsi apa yang dikenakan apabila melakukan sesuatu yang tidak berkenan untuk perusahaan, maka pegawai akan bisa bekerja sendiri tanpa banyak mendapat peraturan formal, dan tercipta situasi kerja menyenangkan.
Dengan terciptanya situasi, kerja yang menyenangkan, pegawai akan dapat merasakan kepuasan kerja. Dan dampaknya terlihat dari perilaku pegawai tersebut yaitu antara lain dari absensi serta keinginan untuk pindah atau keluar dari perusahaan tempat mereka sekarang bekerja.
Setiap perusahaan akan mempunyai budaya yang memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan lingkungan budaya dimana perusahaan tersebut tumbuh dan berkembang. Sehingga budaya perusahaan yang tumbuh dan dibesarkan dalam lingkup golongan etnis Cina mempunyai ciri tersendiri dan biasanya merupakan budaya perusahaan yang berakar dari budaya Cina.
Mengapa golongan etnis Cina lebih berhasil dibanding penduduk asli Indonesia dalam berbisnis, hal ini oleh banyak ahli dikaitkan dengan adanya budaya golongan etnis Cina yang sangat menopang kegiatan bisnis mereka. Budaya Cina mempunyai etos kerja yang menekankan pada keuletan dan kerajinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana budaya perusahaan di Prima Express Bank (PEB) dan pengaruh kekuatan budaya perusahaan tersebut terhadap kepuasan kerja, tingkat absensi dan tingkat pegawai yang keluar. Dan dari penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut:
- Budaya perusahaan PEB masih berakar dan bercirikan budaya Cina. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari Lingkungan usaha, Keyakinan akan nilai-nilai tertentu, Pahlawan atau Tokoh, Tata Cara I Prosedur / Upacara dan Jaringan informasi budaya yang ada di PEB.
- Terdapat hubungan antara kekuatan budaya perusahaan dengan kepuasan kerja pegawai FEB.
- Terdapat hubungan antara kekuatan budaya perusahaan dengan tingkat absensi (ketidak hadiran) pegawai PEE.
- Terdapat hubungan antara kekuatan budaya perusahaan dengan tingkat pegawai yang keluar (labour turn over) dari PEB.
- Kekuatan budaya perusahaan paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai PEB, dimana nilai CC = 0,57."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Palapa
"Pendidikan politik merupakan konsep ilmu-politik yang perlu dikembangkan dan mengandung sejumlah masalah yang penting diteliti, karena konsep dan permasalahannya berkaitan erat dengan dimensi kemanusiaan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Namun demikian, pengembangan konsep dan penelitian masalah yang dimaksud, masih jauh ketinggalan bila disejalankan dengan keperluan dan kepentingan untuk itu.
Keadaan yang tidak menggembirakan itu dapat diketahui melalui tulisan Miriam Budiardjo bersama Maswadi Rauf pada tahun 1982, ketika kedua ilmuwan itu menyusun sejenis daftar judul penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa, dosen, dan lembaga-lembaga penelitian.
Dalam daftar itu, ternyata belum ada peneliti yang secara eksplisit meneliti masalah dan mengembangkan konsep di bawah judul "Pendidikan Politik". Kebalikan dari keadaan itu justru dapat dilihat di kalangan masyarakat, terutama dalam kegiatan praktisi politik, yang telah menjadikan masalah pendidikan politik sebagai bahan percakapan populer dan kegiatan sehari-hari yang menarik sekalipun belum diolah masak-masak.
Itulah salah satu gejala yang menunjukkan dan menyebabkan urgensi konsep dan masalah yang terkandung di dalam pendidikan politik itu. Urgensi itu akan semakin terlihat lagi bila diungkapkan melalui kedua konsep dasar yang membentuknya, yakni pendidikan dan politik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library