Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Venansia Ajeng Surya Ariyani Pedo
Abstrak :
ABSTRAK
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk, jenis fungsi ungkapan fatis dan unsur-unsur yang berperan dalam penggunaan ungkapan fatis untuk mempertahankan percakapan yang digunakan oleh penutur jati Bahasa Inggris ragam Amerika. Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah metode kualitatif. Lebih khususnya, sehubungan dengan penelitian di bidang linguistik, maka metode simak diterapkan yang didalamnya meliputi teknik catat. Penelitian ini didasarkan pada teori sintaksis oleh Biber 1999 , teori konteks dari Halliday Hasan 1976 dan teori percakapan dari Carroll 2008 . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah percakapan yang dilakukan oleh penutur jati Bahasa Inggris ragam Amerika pada acara Tonight Show with Jimmy Fallon dan The Ellen Show. Setelah melakukan analisis terhadap data, hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk ungkapan fatis yang digunakan dalam kedua acara tersebut adalah kata, frase dan klausa dengan jenis fungsi ungkapan fatis adalah untuk mengganti topik dalam percakapan, menanyakan hal lain dalam topik, mengambil alih percakapan, memberikan jeda bagi penutur untuk berpikir, mengganti sub topik, memberikan kesempatan berbicara kepada mitra tutur dan memfokuskan percakapan pada pertanyaan selanjutnya. Di samping itu, unsur yang berperan dalam penggunaan ungkapan fatis untuk mempertahankan percakapan adalah topik dan partisipan. Kata kunci: fatis, penutur jati, pemertahanan percakapan, bentuk fatis, jenis fungsi fatis, unsur dalam penggunaan fatis.
ABSTRACT
Abstract This study aims to figure out the category of phatic utterance, the kinds of function of phatic utterance and the aspects influencing the speaker to use phatic utterance for maintaining conversation. The research applies qualitative method, specifically observation method by using note taking technique. In this study, the researcher uses the syntax theory by Biber 1999 , the context theory by Halliday Hasan 1976 and the conversation theory by Carroll 2008 . The data used is taken from the conversation done by the native speaker of American English in the reality show Tonight Show with Jimmy Fallon and The Ellen Show. Analysing the data, the result shows that the categories of phatic utterance are word, phrase and clause while the kinds of function of phatic utterance are changing the topic, asking other things in one topic, changing sub topic, getting the turn taking, giving a phase for the speaker to think, giving a chance to the other participant to talk and focusing on the next topic. Besides, the aspects influencing the participants to use phatic utterance for maintaining the conversation are topic and participant. Keywords phatic, native speaker, maintaining conversation, phatic category, kinds of fuction of phatic utterance, aspects in phatic uses
2016
T46610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmawanto
Abstrak :
Pagelaran wayang kulit purwa merupakan salah satu produk budaya unggulan orang Jawa. Dialog yang disajikan dalam pagelaran wayang kulit purwa itu merupakan data penggunaan bahasa yang merepresentasikan budaya Jawa, termasuk di dalamnya bagaimana mewujudkan kerukunan. Pemilihan cara bertutur mempertimbangkan reaksi emosional kawan tutur agar tidak terjadi perselisihan dan kerukunan tetap terjaga. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan menemukan strategi kerukunan dalam tuturan orang Jawa pada pertunjukan wayang. Konsep kerukunan diperoleh berdasarkan prinsip rukun dan prinsip hormat yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno 1991 . Suasana kerukunan terbangun melalui keharmonisan, pencegahan perselisihan, dan ketenteraman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengkaji secara mendalam tuturan orang Jawa dalam pertunjukan wayang. Melalui kajian tersebut ditemukan strategi-strategi orang Jawa untuk mewujudkan kerukunan melalui tuturannya. Hasil identifikasi jenis tindak tutur, dengan klasifikasi tindak tutur Searle 1975 menunjukkan bahwa pilihan tindak ilokusioner tuturan berperan dalam pengendalian terjadinya perselisihan dalam komunikasi. Dengan menggunakan teori kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson 1978 dan Leech 1983 penelitian ini menemukan bahwa kesantunan dalam bertutur digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai kerukunan orang Jawa.
Purwa shadow puppet performances is one of the superior cultural products of the Javanese people. The dialogue presented in the purwa shadow puppet performances is a data of language usage that represents Javanese culture, including how to realize harmony. Selection of the way of speech consider the emotional reaction of hearers to avoid disputes and harmony remained awake. This study aims to find a strategy of kerukunan in Javanese speech on puppet shows. The concept of kerukunan is based on the principles of kerukunan and the principle of respect by Franz Magnis Suseno 1991 . The atmosphere of harmony awakens through harmony, dispute prevention, and serenity. This research is a qualitative research that deeply examines Javanese speech in purwa puppet performances. Through the study, Javanese strategies were found to realize harmony through his speech. The result of identification of speech acts, with the classification of the speech act of Searle 1975 indicates that the choice of illocutionary acts of speech plays a role in controlling the occurrence of disputes in communication. By using the theory of politeness proposed by Brown and Levinson 1978 and Leech 1983 this study found that politeness in speech is used to express the values of kerukunan Jawa.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joan Erica
Abstrak :
Tujuan utama dari skripsi ini pada prinsipnya adalah memberikan uraian yang jelas mengenal penggunaan verba staan, liggen, dan zitten yang menjelaskan posisi dare subjek, di mana subjek merupakan benda kongkret. Untuk mencapai tujuan tersebut, Iangkah-langkah yang diambil adalah melihat konstituen-konstituen yang terdapat dalam kalimat yang menggunakan verba staan, Liggen, dan zitten, serta melihat hubungan sintaktis dan semantis antara verba staan, liggen, dan zitten dengan konstituen-konstituen tersebut. Bentuk kalimat yang menggunakan verba staan, liggen, dan zitten, biasanya terdiri dari konstituen subjek, kontituen verbal, dan konstituen preposisi. Verba staan dan liggen dapat dikelompokkan ke dalam tipe verba yang sama karena penggunaan kedua verba tersebut di dalam kalimat menjelaskan khususnya posisi dari subjek. Verba staan menjelaskan posisi berdiri dari subjek sedangkan verba liggen menjelaskan posisi tergeletak. Kemunculan konstituen preposisi menjelaskan keberadaan dari subjek. Pemilihan penggunaan verba staan atau liggen dalam menjelaskan posisi benda kongkret sebagai subjek dalam kalimat didasarkan atas ciri dimensi benda; vertikal atau horisontal, sisi atas atau sisi bawah, sifat benda; keras atau lunak, dari kemungkinan posisi fungsional yang dtmiliki oleh benda; satu kemungkinan posisi atau lebih dari satu kemungkinan posisi. Berbeda halnya dengan verba zitten, penggunaan verba ini di dalam kalimat tidak menjelaskan posisi subjek seperti halnya verba staan dan liggen. Verba zitten yang disyaratkan muncul bersama dengan konstituen preposisi menjelaskan keberadaan dart subjek. Kemunculan preposisi dalam konstituen preposisi menentukan secara persis keberadaan subjek. Pemilihan penggunaan verba zitten didasarkan terutama pada kemungkinan perpindahan tempat dart benda. Beberapa benda disebut permanen dan yang Iainnya dapat berpindah tempat. Pada benda permanen penggunaan verba zitten diikuti oleh preposisi selain ini sedangkan pada benda yang dapat berpindah tempat, penggunaan verba zitten diikuti oleh preposisi in.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triaswarin Sutanarihesti
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan utama dari skripsi ini pada prinsipnya adalah mencari persamaan dan perbedaan baik pembentukan kata maupun pembentukan makna kata-kata jadian yang termasuk dalam kategori -loos, -vrij, dan -arm.'Untuk mencapai hal tersebut, langkah yang dilakukan adalah mencari batasan-batasan fonologis, morfologis, dan semantis dari kata jadian berakhiran -loos, -vrij, -arm, dan mencari nilai kategorial dari kata jadian berakhiran -loos, -vrij, dan -arm yang berkelas kata adjektiva. Setiap proses pembentukan kata mempunyai bentuk dasar yang unik, yaitu mempunyai kategori tersendiri. Bentuk dasar sejumlah besar adjektiva berakhiran -loos, -vrij, dan -arm adalah nomina. Selain itu dalam aturan pemben_tukan kata harus pula diperhatikan pembatasan bentuk dasar secara morfologis, fonologis, dan semantis. Bentuk dasar yang dapat berkombinasi dengan -loos, -vrij, dan -arm dapat berupa sebuah morfem bebas, derivat, dan kompo_situm. Hal tersebut terlihat setelah batasan morfologisdicari. Dengan melihat batasan fonologis, dapat diketahui bahwa -loos mempunyai alomorf -loos, dan dalam proses penggabungannya dengan bentuk dasar, -loos terkadang mendapatkan bunyi antara yaitu -s dan -e(n)-. Sedangkan beberapa bentuk dasar yang berkombinasi dengan -vrij dan -arm hanya mendapatkan bunyi antara -s-. Untuk menentukan apakah sebuah kata (bentuk dasar) hanya dapat berkombinasi dengan salah satu atau dua dari akhiran -loos, -vrij, dan -arm, atau bahkan dengan ketiganya, pembatasan semantis mempunyai peranan penting. Di sini terlihat bahwa pola pembentukan kata jadian bera_khiran -loos, -vrij, dan -arm sama. Tetapi dengan melihat bahwa -loos sebagai akhiran dalam kata jadian mempunyai ciri-ciri tidak bermakna mandiri, maka -loos dianggap sebagai sufiks. Sedangkan -vrij dan -arm dianggap sebagai setengah sufiks karena meskipun makna kedua akhiran terse-but tidak memperlihatkan ciri-ciri makna yang mandiri, makna asalnya masih dapat dilihat pada makna keseluruhan dari kata jadian. Nilai kategorial dari -loos adalah 'tanpa x, tidak mengandung x (lagi), tidak mempunyai x (lagi)'. Nilai kategorial dari -vrij adalah batas dari x, tidak mengandung x (lagi), tidak mempunyai x (lagi)', sedangkan _arm adalah 'miskin akan x, mengandung sedikit x'. Di antara akhiran -loos, -vrij, dan -arm, -loos memiliki tingkat produktivitas tertinggi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Wasiat
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan Om Fakultatif Dalam Artikel Surat Kabar Berbahasa Belanda. Skripsi ini untuk membuktikan masalah penggunaan konstruksi om yang bersifat fakultatif + te + infinitif dalam kalimat di lingkungan jurnalistik Belanda. Menurut taalbaak majalah Onze Taal, jurnalis Belanda mempunyai kecenderungan untuk menghilangkan om yang bersifat fakultatif dalam kalimat mereka dan oleh karena itu menurut Gerard Sweep dalam artikelnya, masih di majalah yang sama, muncul kalimat-kalimat hiperkoreksi dan kalimat-kalimat ambigu.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan dua belas surat kabar berbahasa Belanda dua orang jurnalis Belanda sebagai objek penelitian. Dari kedua belas koran tersebut dicari kalimat-kalimat yang menggunakan om fakultatif, kalimat-kalimat yang tidak menggunakan om fakultatif, kalmiat--kalimat hiperkoreksi dan kalimat-kalimat ambigu. Hasilnya dimasukkkan kedalam tabel-tabel dan dibuat prosentase masing-masing kemunculannya.

Berdasarkan penelitian di atas, ternyata para jurnalis Belanda tidak terlalu menganggap hal itu sebagai suatu masalah. Memang mereka cenderung untuk menghilangkan om yang bersifat fakultatif dan hanya memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat. Perbandingan penggunaan om fakultatif ini adalah 1:2. 1 untuk penggunaaan om fakultatif dan 2 untuk penghilangan om fakultatif. Namun mereka sama sekali tidak takut akan muncul suatu kalimat ambigu dan kalimat hiperkoreksi. Dalam hal ini mereka menggunakan dan percaya terhadap rasa bahasa mereka. Bagi mereka, yang terpenting adalah bagaimana kalimat menjadi supel dan mudah dibaca, dengan atau tanpa menggunakan om yang bersifat fakultatif dalam kalimat mereka.
1999
S15858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Apriani Pata
Abstrak :
Tesis ini merupakan kajian semiologi yang dikaitkan dengan perempuan. Penelitian kualitatif ini membahas teori konotasi dan ideologi Barthes untuk melihat makna perempuan. Korpus berasal dari rubrik "Opini" yang berjenis tulisan narasi dan argumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanda (signifier) konotasi perempuan menggunakan pendekatan petanda (signified) tematis, yaitu benda hidup, benda mati, sifat, dan aktivitas. Sementara itu, hasil temuan ideologi berdasarkan tematis tersebut menunjukkan perempuan dipandang secara positif dan negatif. Pandangan positif terdapat dalam tema konotasi sifat dan aktivitas, sedangkan pandangan negatif terdapat dalam tema benda hidup dan benda mati. Pandangan negatif lebih dominan dibandingkan pandangan positif perempuan. ......This thesis is a semiological research associated with women. This qualitative study discusses Barthes' theory of connotation and ideology related to women. The corpus was taken from a colomn named "Opini" Serambi Indonesia. The corpus was a combination between narrative's and argumentative?s writing type. The result showed up that signifier?s connotation of women were discussed by the signifieds of four kinds. The four kinds were living thing, inanimate thing, adjective and activity. Meanwhile based on four kinds theme the result of ideology told that women were viewed in negative's and positive?s perspective. The negative's perspective was on adjective and activity theme, and positive?s ones was on living and inanimate thing. The negative's perspective of women were definitely dominant rather than positive's ones.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Anabel
Abstrak :
Tesis ini membahas mitos-mitos tentang kecantikan yang beredar di masyarakat kita. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis linguistik dan semiotik. Penelitian terhadap mitos dilakukan dengan mengamati konotasi yang dibangun oleh pengiklan melalui rekayasa tanda-tanda verbal dan ikonis pada lima iklan media cetak produk perawatan kulit wajah wanita. Kelima iklan yang dijadikan korpus penelitian ini adalah iklan pelembap Ultima II Essentials, pelangsing wajah Clarins Shaping Facial Lift, pencerah kulit wajah SK-II Facial Treatment Essence, antipenuaan Clinique Repairware Laser Focus, dan pemulus kulit wajah Sampar Poreless Magic Peel. Dari hasil wawancara dengan pengiklan dan dari hasil diskusi kelompok terfokus dengan kelompok sasaran, diketahui adanya perbedaan dan persamaan konotasi di antara kedua belah pihak. Hasil penelitian menunjukkan mitos-mitos tentang kecantikan yang beredar di masyarakat kita.
This thesis discusses beauty myths that circulate in our society. This research is a qualitative research by means of linguistic and semiotic analyses. This research about myths is conducted by observing connotations built by the advertisers through verbal and iconic signs in five printed advertisements of facial skin care products for women. The five advertisements are Ultima II Essentials moisturizer, Clarins Shaping Facial Lift facial slimming product, SK-II Facial Treatment Essence skin lightening product, Clinique Repairware Laser Focus for anti aging, and Sampar Poreless Magic Peel for flawless skin. From interviews with the advertisers and the results of a focus group discussion with the prospects, it is known that there are differences and similarities in how both parties connote the signs. The results of this research show beauty myths that circulate in our society.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Merrita
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis sejumlah proposisi untuk menemukan proposisi makro dan nilai-nilai ideologis kepemimpinan. Penelitian ini merupakan penelitian linguistik interdisiplin yang menggabungkan teori kepemimpinan dalam disiplin ilmu lain. Hasil penelitian diperoleh dengan menganalisis tuturan dalam bentuk proposisi yang berasal dari Joko Widodo saat mengemukakan pidato terkait Pilkada DKI Jakarta. Teori yang digunakan untuk memperoleh nilai-nilai ideologis kepemimpinan Joko Widodo adalah analisis wacana kritis Fairclough. Analisis wacana kritis sebagai teori utama yang digunakan dalam penelitian ini juga melibatkan teori lainnya seperti teori proposisi Van Dijk dan tata bahasa Halliday. Adapun teori untuk mengetahui ciri kepemimpinan Joko Widodo adalah teori kepemimpinan yang berkarakter dan kharismatik. Hasil penelitian menemukan empat puluh lima proposisi makro, sejumlah nilai ideologis kepemimpinan Joko Widodo, seperti antidiskriminasi etnis, kerakyatan, kesediaan untuk terjun ke lapangan, kooperatif, kekonsistenan, dan kecenderungan untuk menghindari konflik kekerasan, dan kesesuaian tuturan Joko Widodo dengan ciri kepemimpinan yang berkarakter maupun kharismatik.
ABSTRACT
This research analyzes a number of propositions to find out macro propositions and leadership ideological values. This research is an interdiciplinary study which combines leadership theories from another discipline. A theory applied to acquire leadership ideological values in Joko Widodo’s speech is critical discourse analysis proposed by Fairclough. Critical discourse analysis as the core theory that is used in this research also involves other theories, for instance a proposition theory proposed by Van Dijk and grammar proposed by Halliday. Theories applied to find out Joko Widodo’s leadership characteristics are trait and charismatic leadership. Results of this research are acquired by analyzing speech in form of propositions which comes from Joko Widodo when giving speech related to the DKI Jakarta governor election. The results of this research acquires forty five macro propositions, a number of Joko Widodo’s leadership ideological values, for instance etnic antidiscrimination, humanity, willingness to go into field, cooperative, consistency, and a tendency to avoid violence conflict, and the compatibility of Joko Widodo’s speech either trait leadership or charismatic leadership characteristics.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T36779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriawaty
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas pesan ideologis yang disampaikan oleh Presiden Soeharto di awal kepemimpinannya. Presiden Soeharto adalah Presiden RI ke-2 yang memimpin Indonesia selama 32 tahun. Wacana pidato ini disampaikan di Manado pada bulan Oktober 1967. Presiden Soeharto melakukan kunjungan ke Manado, Sulawesi Utara, sebagai upaya untuk menyampaikan berbagai usaha yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintahan baru. Di awal kepemimpinannya, pidato merupakan salah satu cara berkomunikasi Presiden Soeharto kepada rakyat Indonesia yang bertujuan menyampaikan nilai ideologi dan cita-cita Orde Baru. Penelitian ini menganalisis berbagai pesan ideologis yang termuat dalam transkripsi wacana pidato Presiden Soeharto dengan menggunakan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Pengonstruksian frasa, klausa, dan kalimat merupakan strategi Presiden Soeharto dalam menyampaikan pesan ideologis, baik secara tersurat, maupun secara tersirat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dibangun oleh Presiden Soeharto dalam pidatonya memperlihatkan hubungan kuasa antara dirinya dan rakyat Sulawesi Utara.
ABSTRACT
The thesis analyses the ideological messages delivered by President Soeharto at the beginning of his presidency. Soeharto was the second president ruling Indonesia for 32 years. The speech was delivered in Manado in October 1967. President Soeharto visited Manado, North Sulawesi, as an effort to tell about the things that had been and would be carried out by the new government. At the early period of his presidency, one of the ways used by President Soeharto to communicate to Indonesian people was delivering speech. This way was aimed at conveying the ideological values and ideals of the New Order. This research analyses various ideological messages contained in the transcript of the speech discourse of President Soeharto by using critical discourse analysis of Norman Fairclough. The construction of the phrases, clauses, and sentences was the strategy used by President Soeharto in conveying the ideological messages, either implicitly or explicitly. The result of the research indicates that the strategy used by President Soeharto in his speech showed the power relations between him and the people of North Sulawesi.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidyanne Rahajeng Kaeni
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai moral yang terungkap dalam cerita rakyat Betawi pada buku teks “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)” untuk siswa SD. Ancangan penelitian ini didasarkan pada teori Analisis Wacana Kritis Van Dijk (2008; 2009) yang menggunakan pendekatan sosiokognitif untuk menunjukkan kesesuaian atau pertentangan pemahaman wacana dengan konteks sosial. Beberapa teori lain seperti teori Alwi, et. al. (2003) tentang pemerian kalimat dalam tata bahasa baku Bahasa Indonesia serta teori proposisi makro dan skema naratif Van Dijk (1980) juga diterapkan untuk mengalisis struktur teks. Sementara itu, kesesuaian atau pertentangan pemahaman wacana dengan kesepakatan sosial atas nilai-nilai moral diuji dengan menggunakan prinsip moral dasar Magnis-Suseno (1987). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembaca diarahkan untuk memahami tindakan-tindakan dalam teks sebagai tindakan yang bernilai positif. Namun, temuan menunjukkan bahwa tindakan tokoh-tokoh dalam teks cenderung digambarkan dengan kata-kata berkonotasi negatif dan beberapa teks cenderung menggunakan kekerasan atau perkelahian sebagai konsekuensi atas tindakan tertentu. Dari temuan yang diperoleh, terlihat bahwa tindakan tokoh-tokoh yang terungkap dari teks cerita rakyat Betawi dalam buku PLBJ untuk siswa SD melanggar nilai-nilai moral yang menjadi kesepakatan sosial.
ABSTRACT
The objective of this paper is to analyze the moral values of Betawi folktales in “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)” textbook for elementary students. This study employs Van Dijk’s Critical Discourse Analysis (2008; 2009) as the core theory which applied sosiocognitive approach to explain how comprehension of the discourse and social context corresponds or contradicts each other. In addition, other theories such as sentence division in Bahasa Indonesia grammar by Alwi, et. al. (2003) and macroproposition as well as narrative schema by Van Dijk (1980) are applied to analyze the text structures while basic moral principles by Magnis-Suseno (1987) is used to examine the moral values of the stories. The results demonstrate that character behaviours in the stories can be viewed as examples with positive values by readers. Meanwhile, those behaviours are likely described using words with negative connotation and some texts tend to utilize violence as consequences to certain behaviours. These findings suggest that the behaviours in Betawi folktales in “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta” textbook for elementary students fail to comply with basic moral principles thus cannot be consented by society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T39069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>