Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Wiyanti
"Penelitian ini menggunakan metode studi lapangan dengan mengambil data anak-anak penyandang mild autism di tempat mereka terapi, Avanti Treatment Centre, Jakarta. Informan yang terlibat sebanyak lima orang dengan usia 7-11 tahun. Mereka semua tergolong mild autism, menjalani terapi, dan bersekolah. Data diambil dengan menggunakan gambar Cookie Teft sebagai alat bantu. Para informan diminta menceritakan gambar yang mereka lihat. Pengambilan data dilakukan melalui tiga segmen, yaitu informan terapis, informan peneliti, dan monolog informan. Hasil yang diperoleh adalah anak-anak penyandang mild autism dapat bercerita meskipun dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Mereka dapat membuat kalimat, menciptakan tokoh, menggunakan alat-alat kohesi (kata ganti orang dan kata tunjuk), tetapi cerita yang mereka hasilkan bersifat fragmental. Hal ini terjadi karena anak-anak penyandang mild autism dalam penelitian ini tidak dapat merangkaikan urutan cerita."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Suharjanto
"Gambar yang pada awalnya merupakan hasil dari kegiatan mengisi waktu luang, mengalami perkembangan bentuk menjadi sebuah media komunikasi. Salah satu bentuk media komunikasi yang memanfaatkan unsur gambar adalah kartun. Sebagai sebuah media komunikasi, kartun memiliki fungsi menyindir dan memperingatkan. Sindiran dan peringatan yang terdapat pada kartun dapat diartikan sebagai sebuah kritik. Menyindir, memperingatkan, dan mengkritik memiliki kesamaan unsur tidak menghargai hal yang dimiliki oleh pihak yang menjadi objek. Dengan melakukan sebuah kritik, seseorang telah melakukan tindakan yang mengancam citra pihak lain. Citra adalah harga diri yang dimiliki seseorang. Dengan melakukan tindak mengancam citra, seseorang telah melakukan tindakan yang tidak santun. Kesantunan yang dimaksud adalah tindak menunjukkan kepedulian terhadap citra orang lain. Dalam menyampaikan kritik di dalam kartunnya, seorang kartunis harus dapat membuat agar kritik yang disampaikannya dapat diterima dan tidak membuat pembacanya marah. Kartunis harus menggunakan strategi yang tepat pada kartun yang dihasilkannya. Pernilihan kartun Lagak Jakarta seri Tren & Perilaku sebagai objek penelitian didasarkan objek kritik yang dituju. Kartun ini merupakan kartun sosial yang mengkritik kehidupan sehari-hari masyarakat. Tema yang diangkat merupakan tema-tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Pihak yang menjadi objek kritik merupakan masyarat, yang mungkin juga pembaca kartun ini. Karena itu, menarik dilihat bagaimana kartunis mensiasati agar ancaman yang dilakukannya tidak membuat pembaca marah atau tersinggung. Strategi kesantunan yang ditemukan pada objek penelitian merupakan strategi-strategi yang memiliki resiko kerusakan muka yang besar. keadaan itu tentunya dapat membuat pembaca merasa tersinggung atau marah. Namun berdasarkan data-data yang ditemukan, ancaman yang terdapat pada sebuah kartun merupakan sebuah hal yang santun. Hal ini dikarenakan fungsi yang terdapat pada kartun. Karena berfungsi untuk menyindir dan memperingatkan, kritik yang terdapat pada kartun diterima sebagai sesuatu yang sopan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Dwi Rahmi
"Suatu kata atau kalimat dikatakan ambigu apabila kata atau kalimat itu memiliki lebih dari satu makna. Sebuah kalimat menjadi tidak jelas dan dapat dimultitafsirkan jika terdapat banyak gagasan yang ingin disampaikan dalam kalimat tersebut. Kalimat yang jelas dan monosemantik memiliki bentuk yang mencerminkan ketelitian penalaran (ilmiah) yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Relasi-relasi dalam kalimat tersebut terungkap dengan adanya kesinambungan pikiran yang bersusun-susun. Relasi-relasi dalam sebuah kalimat dapat diteliti dengan melihat penggunaan kombinasi predikasi. Kombinasi predikasi adalah hasil akhir dari proses menghubung-hubungkan predikasi. Kombinasi predikasi dapat digunakan untuk membangun subsistem gramatika dan melihat keutuhan klausa, kalimat, ataupun wacana. Penggabungan jenis penggandengan ditandai dengan kemunculan kata dan dan serta. Penggabungan jenis kontras ditandai dengan kemunculan kecuali dikecualikan, tetapi, namun demikian, dan meskipun demikian. Sedangkan untuk penggabungan jenis perbandingan ditandai dengan kemunculan daripada. Kombinasi predikasi jenis alternasi, subjenis alternasi dengan dua pilihan, ditandai kemuneulannya dengan konjungsi atau dan pemakaian antonim. Selain penanda atau, alternasi dengan dua pilihan ditandai dengan kemunculan konjungsi maupun. Konjungsi atau juga menandai kemunculan altemasi dengan lebih dari dua pilihan. Temporalitas yang muncul dalam data adalah keberuntunan temporalitas. Pemakaian konjungsi dan menandakan adanya keberuntunan temporalitas. Implikasi jenis kondisionalitas murni ditandai kemunculannya dengan jika X, Y; X maka Y, jika X maka Y, apabila X, apabila X maka Y, dan X apabila Y. Implikasi jenis penyebaban efisien ditandai dengan penggunaan karena, diakibatkan oleh, akibat, akibat dari, dan tidak diberi penggunaan apa pun. Penyebaban final ditandai dengan pemakaian konjungsi untuk dan dalam upaya. Sedangkan penyebaban keadaan ditandai kemunculannya dengan penggunaan keadaan, sejak, dan dalam hal. Janis implikasi lain yang muncul adalah peringatan. Implikasi jenis peringatan ditandai dengan penggunaan kata wajib dan harus. Kombinasi predikasi jenis para frase subjenis parafrase ekuivalen ditandai dengan kemunculan konjungsi atau yang disertai dengan penggunaan sinonim. Parafrase generik-spesifik ditandai dengan kemunculan kata termasuk dan adanya tambahan informasi di dalam wacana tersebut. Kombinasi predikasi rujuk balik ditandai dengan kemunculan tersebut, di atas, hal tersebut, dimaksud di atas, sebagaimana dimaksud, dan yang disebut terakhir. Selain jenis-jenis kombinasi predikasi tersebut, ditemukan juga kombinasi predikasi berupa perujukan pada hal yang disebutkan sesudahnya dan penggabungan pemakaian penanda penggandengan dan penanda alternasi. Kombinasi predikasi yang paling sering muncul adalah implikasi jenis penyebaban. Implikasi jenis penyebaban menjadi kombinasi predikasi yang paling sering muncul karena polis asuransi tersebut berisikan tiga hal, yakni hak-kewajiban penanggung dan tertanggung sebab dan akibat kebakaran yang dijamin; sebab dan akibat kebakaran yang tidak dijamin. Jadi, keambiguan yang terdapat dalam fragmen-fragmen yang dikemukakan di atas dapat digolongkan pada jenis keambiguan gramatikal dalam tataran sintaksis dan keambiguan leksikal (penggunaan -nya). Keambiguan tersebut muncul karena adanya dua rujukan atau lebih, dua lesapan atau lebih, atau frase yang mirip"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S10803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allen, Carleton Kemp, Sir
London: Stevens & Sons Limited, 1958
340.11 ALL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Febrina
"Skripsi ini membahas konstruksi realitas artikel pemberitaan Badan Hukum Pendidikan (BHP) di dua surat kabar terbitan Jakarta, Kompas dan Koran Tempo, periode Desember 2008. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori pembingkaian Pan dan Kosicki. Melalui analisis bentuk kalimat (aktif, pasif, majemuk bertingkat), nominalisasi, koherensi, dan kelengkapan berita, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pembingkaian yang berbeda dalam pemberitaan BHP di kedua surat kabar. Sementara itu, dilihat dari keberpihakannya, hasil yang didapat adalah Kompas tidak mendukung Undang-undang (UU) BHP. Sebaliknya, Koran Tempo mendukung UU BHP, namun dengan syarat.

This thesis discusses Badan Hukum Pendidikan (BHP) news article framing reality in two newspapers publicated in Jakarta, Kompas daily and Koran Tempo, during December 2008. The method used in thesis is qualitative method using framing theory by Pan and Kosicki. Through analysis of sentence form (active, pasif, and compound sentence), nominalization, coherence, and news wholeness, the result shows that there is different framing in BHP news in both newspapers. On the other hand, based on the media tendency, the result is that Kompas daily is not supporting the BHP. Other ways, Koran Tempo is supporting BHP by conditions."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10971
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Arieyani Dewi
"Skripsi ini merupakan satu dari sedikit penelitian atas humor verbal pada kartun yang pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan keterlibatan empat aspek semantik, yaitu praanggapan, pertuturan, implikatur, dan dunia kemungkinan dalam membangun humor pada kartun Lagak Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi teknik membangun humor yang digunakan kartunis untuk membangun humor pada kartun Lagak Jakarta.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartun-kartun Buku Lagak Jakarta Jilid Transportasi yang ditulis oleh Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang secara khusus berorientasi pada eksplorasi, penemuan, dan logika induktif.
Melalui penelitian ini terlihat bahwa setiap kelucuan dalam humor verbal, khususnya pada kartun Lagak Jakarta Jilid Transportasi, melibatkan sekurang-kurangnya, satu dari empat aspek semantik, yaitu; praanggapan, implikatur, pertuturan, dan dunia kemungkinan. Selain itu, peneliti berhasil mengidentifikasi tujuh teknik yang digunakan kartunis dalam membangun humor pada Kartun Lagak Jakarta Jilid Transportasi"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10927
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Satriyo
"Penelitian ini mengenai penggunaan metafora untuk kata kalah dan menang di tajuk berita olahraga yang terdapat di tiga buah surat kabar, yaitu Kompas, Koran Tempo, dan Seputar Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kata-kata apa saja yang merupakan metafora untuk kata kalah dan menang, serta menjelaskan proses bagaimana kata-kata tersebut dapat digunakan sebagai metafora.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan memakai teknik sadap. Hasilnya menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan metafora untuk kata menang lebih banyak dibandingkan metafora untuk kata kalah. Ditemukan 57 metafora untuk kata menang di 59 tajuk berita olahraga dan 23 metafora untuk kata kalah di 33 tajuk berita olahraga.
Setelah seluruh data dianalisis melalui analisis komponen makna atau dengan melihat konteks, terlihat bahwa penggunaan metafora untuk kata kalah dan menang dilandasi oleh berbagai latar belakang. Untuk kata kalah, hal yang melatarbelakangi pengunaannya di tajuk berita adalah akibat kekalahan, sebab kekalahan, dan subjek yang mengalami kekalahan, sedangkan untuk kata menang, hal yang melatarbelakangi penggunaannya di tajuk berita di antaranya adalah hasil kemenangan, cara meraih kemenangan, dan subjek yang meraih kemenangan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10890
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Ariani
"Proses nominalisasi merupakan salah satu cara membentuk nomina yang terdapat di dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. bahasa Jerman membedakan pemakaian istilah nominalisasi, yaitu Nominalisierung untuk tatatran frase dan kalusa, dan substantivierung untuk tataran kata; bahasa Indonesia hanya memiliki satu istilah untuk tataran kata, frase dan klausa yaitu nominalisasi.
Berdasarkan penelitian, terdapat perbedaan penggunaan alat pembentuk, yaitu afiks. Dalam bahasa Jerman hanya sufiks yang dapat mengubah kelas kata, sedangkan bahasa Indonesia dapat dilakukan oleh prefiks, sufiks, konfiks dan kombinasi afiks.
Kedua proses nominalisasi tersebut masing-masing diuraikan dan dianalisis secara terpisah, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna semantis. Hasil analisis yang didapat digambarkan dalam bentuk tabel.
Pada analisis kontrastif diperlihatkan perbedaan dan persamaan bentuk serta makna semantis dari hasil proses nominalisasi.
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada proses nominalisasi dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia walaupun berbeda bila ditinjau dari segi bentuk tetapi memiliki persamaan dari segi makna."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanus Erman Bala
"Numeralia merupakan suatu kategori kata yang mungkin dimiliki hampir semua bahasa di dunia. Bentuk dan cara mengungkapkannya juga bermacam-macam. Sistem Numeralia yang dikenal sekurang-kurangnya ada dua macam, yaitu sistem desimal dan kuinal. Numeralia Bahasa Indonesia mengikuti sistem desimal yang ditradisikan bangsa India dan Arab. Jika diamati lebih mendalam, Bahasa Indonesia mengenal tiga bentuk pengungkapan Numeralia, yaitu berupa morfem terikat, morfem babas, gabungan morfem/frasa. Numeralia juga memiliki makna semantis dan makna gramatikal. Dilihat dari cara pembentukannya, Numeralia Bahasa Indonesia ternyata terwujud dari pengulangan-pengulangan bilangan satu sampai sembilan yang bergabung dengan bilangan pengikat, secara bersama-sama penggabungan tersebut membentuk rumpun bilangan yang umumnya beranggotakan tiga bilangan. Dalam hubungannya dengan Nomina, Numeralia dapat menempati fungsi sintaktis utama maupun bawah. Pola urutan Num - N juga tidak dapat ditukar begitu saja."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husin Sutanto
"Untuk apa meneliti kopula dalam bahasa Indonesia? Bukankah bahasa Indonesia tidak memiliki kopula seperti yang dimiliki oleh bahasa Inggris dan Belanda atau bahasa bahasa Eropa lainnys? Pertanyaan-pertanyaan itu diajukan oleh seorang penutur asli bahasa Belanda ketika didengarnya penulis akan membahas topik kopula dalam bahasa Indo_nesia. Ketika penulis menanyakan apa yang dimaksudkannya de_ngan kopula, segera, dijawabnya, bahwa kopula tidak lain verba to be dalam bahasa Inggris atau verba zijn dalam ba_hasa Belanda. Jawabannya tidaklah mengherankan penulis karena banyak orang berpendapat seperti itu Akan tetapi, ketika penulis menanyakan ada tidaknya kata-kata selain zijn dalam bahasa Belanda yang dapat berfungsi sebagai kopula, ia mengakui adanya kata-kata tersebut. Pengakuannya, penulis yakin, bukanlah sekedar peredam ketidakpuasan penulis, karena selain penutur asli, ia juga seorang pengajar di Jurusan Sastra Belanda Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Percakapan singkat antara penulis dengan penutur asli bahasa Belanda itu maki n membesarkan semangat penulis untuk membahas kopula dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebelum per-cakapan itu, sudah ada keraguan dan ketidakpuasan dalam di_ri penulis terhadap pendapat yang menyamakan kopula dengan verba to be dalam bahasa Inggris atau dengan verba zijn dalam bahasa Belanda. Patut tidaknya kopula dalam bahasa Indonesia diperma_salahkan sebenarnya dapat kita ketahui dengan melihat se_jumlah tulisan tatabahasawan bahasa Melayu dan bahasa In_donesia.). Sejak hampir satu abad yang lalu sudah ada orang yang tertarik untuk menyatakan pendapatnya mengenai fungsi bebe-rapa kata dalam bahasa Melayu yang serupa dengan fungsi kopula dalam bahasa Belanda. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, semakin banyak pula tulisan yang mem_bahas kata-kata kopulatif dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Sebagian menyangkal keberadaannya, sebagian la_gi menganggaphya mungkin saja dimiliki oleh bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Sebagian membedakannya dari kopula ba_hasa Belanda atau bahasa Inggris, dengan memberi istilah lain kepada kata-kata kopulatif itu, sebagian lagi langsung menyebutnya kopula. Ada pula yang tidak mempersoalkan istilah untuk kata-kata kopulatif itu, melainkan membicara_kan perilaku sintaktisnya saja. Banyaknya tulisan yang membahas kata-kata kopulatif dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia itu memperlihatkan pentingnya topik tersebut. Namun, bukan berarti topik itu sudah jelas dan tuntas dibahas. Sebaliknya, akan kita lihat nanti, bahwa setiap tulisan yang membahas kata-kata kopula_tif dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia meninggalkan sejumlah topik bawah (subtopik) yang tidak sempat dibahas. ,Karena itu, penulis menyempatkan diri membahas topik bawah yang tertinggal itu."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S10868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>