Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Jeanne Adiwinata Pawitan
"Sediaan limfosit berinti dua diperlukan untuk mendeteksi patah kromosom menggunakan uji mikronukleus. Uji mikronukleus dilakukan pada sel dengan sitoplasma utuh, dan memerlukan paling sedikit 800 sel utuh berinti dua. Ada berbagai prosedur pembuatan sediaan limfosit berinti dua yang berbeda dalam cara panen, fiksasi dan pembuatan sediaan. Penelitian ini bertujuan membandingkan berbagai prosedur dan berbagai modifikasinya untuk mendapatkan prosedur yang menghasilkan sel berinti dua utuh yang lebih banyak dengan hasil pewarnaan yang baik untuk uji micronucleus. Kami membandingkan berbagai prosedur (keseluruhan ada 17 macam prosedur) yang dilakukan pada 7 sampel darah yang berasal dari penderita keganasan yang berobat ke pav. E RIA, bagian kebidanan dan penyakit kandungan FKUI/RSUPN-CM, Jakarta. Ketujuhbelas prosedur tersebut berbeda dalam cara panen (dengan dan tanpa pencucian), pembuatan sediaan (cara usap, bercak, dan sitospin), dan fiksasi (methanol 1 menit, methanol siram, methanol:asam asetat glacial 3:1 atau 9:1).
Analisis hasil menunjukkan bahwa fiksasi dengan methanol/asam asetat glacial memberi hasil pewarnaan yang tidak cocok untuk uji mikronukleus. Cara panen tanpa pencucian, pembuatan sediaan cara bercak atau menggunakan sitospin, dengan fiksasi methanol dan methanol siram, memberi hasil pewarnaan dan penyebaran sel yang optimal serta jumlah LIDU (limfosit inti dua) yang cukup. (Med J Indones 2003; 12: 3-7)
Binucleated lymphocytes can be screened for micronuclei to assess chromosomal damage. There are various procedures to get slides containing binucleated lymphocytes, that are different in harvesting, fixation, and slide preparation methods. Screening binucleated lymphocytes to find a micronucleus needs at least 800 cells with intact cytoplasm. This study aimed to analyze the various procedures and simplified procedures to know which procedure gave the most abundant binucleated lymphocytes with intact cytoplasm and best staining properties for the purpose of micronucleus scoring. Seven heparinized blood samples were obtained from the Dept. of Obstetrics and gynecology, Faculty of medicine, University of Indonesia, Jakarta. The 7 blood samples were subjected to 17 procedures different in harvesting (with or without washing), slide preparation (smear and spot method, and using a cytocentrifuge), and fixation methods (methanol for 1 minute, methanol brief, methanol/glacial acetic acid 3:1 or 9:1).Our results showed that fixatives containing glacial acetic acid are not suitable for micronucleus test. To generate binucleated lymphocytes with intact cytoplasm as much as possible, the procedure should be conducted without washing steps. Methanol fixation either briefly or 1 minute is preferable, and for the ease of screening cytocentrifuge preparation, followed by spot method is preferable. (Med J Indones 2003; 12: 3-7)"
Medical Journal of Indonesia, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-3
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Tujuan Mengembangkan cara spot sederhana untuk melekatkan suspensi sel hasil kultur pada kaca objek. Metode Kami membandingkan tiga cara, masing-masing pada kaca objek biasa dan khusus (Shandon-Polysin). Ketiga cara tersebut adalah membuat sediaan spot kecil secara langsung, atau dengan menambahkan 3 atau 10 μl fetal bovine serum (FBS) per 20 μl sampel. Dengan demikian, secara keseluruhan ada 6 cara. Hasilnya dinilai secara kualitatif dalam hal warna latar belakang, warna dan keutuhan batas spot, dan bagian yang terlipat dan terlepas. Selanjutnya, untuk tiap kaca objek, jumlah sel utuh yang melekat dihitung, dan persentase sel utuh yang melekat per jumlah sel yang dibuat spot juga dihitung. Perbedaan sel utuh yang melekat di antara keenam cara di atas dianalisis dengan ANOVA menggunakan program SPSS 13.0 for Windows. Hasil Tidak ada perbedaan bermakna di antara keenam cara di atas dalam hal persentase sel utuh yang melekat (P= 0,804), walaupun cara yang menggunakan kaca objek khusus tanpa penambahan FBS (kadar FBS final 5%) menghasilkan persentase sel utuh melekat yang paling tinggi, dengan latar belakang bersih tanpa lipatan. Kesimpulan Kami telah mengembangkan cara spot sederhana untuk membuat sediaan sitologi suspensi sel hasil kultur, dan hasil terbaik didapat dengan menggunakan kaca objek khusus dengan suspensi sel berkadar FBS 5%.
Aim To develop a simple spot method to attach cultured cells in suspension on to a glass slide. Methods We compared three approaches using both conventional and special glass slide (Shandon-Polysin)., either without additional fetal bovine serum (FBS), or with addition of 3 or 10 μl of FBS to a 20 μl sample (altogether there were six approaches). The slides were examined qualitatively for the background color, boundary color and intactness, and whether there were folded and detached parts. Further, for each slide, the attached intact cells were counted, and the percentage of attached intact cells per number of spotted cells was calculated. The difference in attach intact cells between different approaches was analyzed by ANOVA using SPSS 13.0 for windows. Results There were no significant difference in the percentage of attached intact cells between the six approaches (P= 0.804), though the approach using special glass slide without additional FBS (FBS final concentration 5%) yield the highest percentage of attached intact cells, showed clean background without folded parts. Conclusions We have developed a simple spot method for cultured cell suspension, and the best approach to make spot specimen is using special glass slide with 5% FBS in the cell suspension."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library