Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safira Haridah, autohr
"Meningkatnya jumlah konsumsi makanan beku di Indonesia dapat menyebabkan risiko terjadinya penyakit bawaan makanan yang semakin besar. Hal ini mungkin terjadi karena makanan beku termasuk ke dalam makanan yang berisiko tinggi terkontaminasi. Oleh karena itu, industri pangan yang memproduksi makanan beku memerlukan tindakan pengendalian dan keamanan pangan untuk menjaga kualitas dan mutu makanan yang diproduksi. Industri X merupakan salah satu industri pengolahan pangan skala kecil yang memproduksi frozen food dan menghasilkan sekitar 2000 produk setiap bulannya. Diketahui bahwa belum ada penerapan HACCP sebagai sistem keamanan pangan produk yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan higiene sanitasi sebagai syarat dasar HACCP dan merumuskan rancangan HACCP pada Industri X. Penelitian dilakukan secara deskriptif menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Evaluasi penerapan higiene sanitasi berdasarkan Permenperin No. 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik. Sampel penelitian ini adalah seluruh penjamah makanan yang bekerja di Industri X. Berdasarkan hasil penilaian 13 aspek higiene sanitasi, diperoleh persentase penerapan higiene sanitasi sebesar 81,3% atau telah memenuhi persyaratan. Rekomendasi rencana HACCP terdiri dari 5 prinsip HACCP yang mengacu pada SNI CAC RCP 1:2011.

The increasing number of frozen food consumption in Indonesia can lead to a greater risk of foodborne illness. This may happen because frozen food is included in foods that are at high risk of contamination. Therefore, the food industry that produces frozen food requires control and food safety measures to maintain the quality and quality of the food produced. Industry X is a small-scale food processing industry that produces frozen food and produces around 2000 products every month. It is known that there has been no implementation of HACCP as a food safety system for the products produced. The purpose of this study was to analyze the application of sanitation hygiene as a basic requirement of HACCP and formulate a HACCP design in Industry X. The study was conducted descriptively using primary data collected through observation and interviews. Evaluation of the application of sanitation hygiene based on Minister of Industry Regulation No.75/M-IND/PER/7/2010 regarding Good Manufacturing Practices. The sample of this research is all food handlers who work in Industry X. Based on the results of the assessment of 13 aspects of sanitation hygiene, the percentage of sanitation hygiene implementation is 81.3% or has met the requirements. The HACCP plan recommendation consists of 5 HACCP principles which refer to SNI CAC RCP 1:2011."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Dwi Utami
"ABSTRAK
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, Kementerian Kesehatan RI mengadakan riset kesehatan dasar (Riskesdas)
berbasis kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah melihat faktor risiko secara
spesifik lokal yang paling dominan di Indonesia pada Riskesdas 2007 dan 2010, mengetahui
manfaat Riskesdas sebagai indikator pengendalian malaria. Penelitian ini menggunakan studi
ekologi berbasis populasi yang dilaksanakan pada tahun 2011 dengan sumber data dari
Laporan Riskesdas. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko kepadatan hunian ≥8m2
adalah faktor risiko yang paling berisiko pada Riskesdas 2007 dan pemakaian repellent
adalah faktor risiko yang paling berisiko pada Riskesdas 2010. Propinsi Papua, Papua barat,
dan NTT adalah propinsi yang paling berisiko terhadap kejadian malaria. Hasil Riskesdas
2007 dan Riskesdas 2010 dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat kebijakan kesehatan
suatu daerah sesuai dengan tujuan Riskesdas akan tetapi perlu dilakukan pendekatan secara
spesifik lokal pada setiap faktor risiko."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Era Oktalina
"Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada remaja putri. Dampak anemia pada remaja putri yaitu gangguan pada pertumbuhan, mudah terinfeksi, semangat belajar menurun, dan pada saat akan menjadi calon ibu dapat beresiko tinggi pada saat hamil dan melahirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMAN I Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dilaksanakan pada bulan April Tahun 2011 dengan jumlah sampel 100 orang siswi. Prosedur pengambilan sampel adalah simple random sampling (acak sederhana). Cara pengumpulan data status anemia dengan pemeriksaan darah menggunakan Hb sahli, data IMT diperoleh dengan melakukan pengukuran BB/TB, data asupan gizi diperoleh dengan food recall 2x24 jam serta data pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan remaja putri tentang anemia, menstruasi, siklus menstruasi, lama menstruasi, volume menstruasi, dan konsumsi tablet tambah darah dengan pengisian kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan 63% remaja putri menderita anemia. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi serta menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dari beberapa faktor tersebut faktor yang paling dominan terhadap kejadian anemia pada remaja putri adalah ketika remaja putri sedang menstruasi.

An Iron Nutrition Anemia is one of nutrition problem that frequently occurs to most adolescent. Its effect to adolescent has shown by growth disruptions, easily infected, the spirit of learning declines, and if they will be a high risk future mother for pregnancy and delivery. The purpose of this study was to determine associated factor of anemia to adolescent in SMAN I Lubuk Sikaping Pasaman District in 2011.
This research is quantitative research with cross sectional design conducted in April 2011 with 100 people sample. The procedure of taking samples is simple random sampling. Data is collected to anemia by check up blood with Hb Sahli, BMI data is obtained by means of BB/TB measurements, nutrition intake data with 2x24 hours food recall and mother's educational data, father's occupation, knowledge of anemia to adolescent, menstruation, cycles of menstruation, long of menstruation, volume of menstruation and iron tablet consumption by filling the questionnaire.
The result of 63% adolescent had suffered anemia. A statistic test results shows that there are mean correlation among father?s occupation, energy intake, protein intake, iron intake and menstruation with anemia to adolescent. Most dominant factor to adolescent who had suffered anemia is when they in period menstruation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shofura Karimah
"Kejadian diare menjadi salah satu penyebab utama kematian anak Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh perubahan variasi iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) dengan pola kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Jatimakmur. Bekasi merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Barat yang memiliki angka kasus diare tertinggi di kotanya dengan mencapai 14.044 kasus (Dinkes Bekasi, 2012). Penelitian ini menggunakan data sekunder kasus diare yang diperoleh dari Laporan Tahunan Puskesmas Jatimakmur tahun 2013 dan 2014. Sedangkan data variasi iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Halim Perdana Kusuma.
Penelitian ini membutuhkan desain studi ekologi dan analisis regresi linear untuk mengetahui korelasinya, dan bersifat analitik kualitatif kuantitatif. Ditemukan hasil bahwa suhu, kelembaban, dan curah hujan di kelurahan Jatimakmur memiliki hubungan yang tidak terlalu signifikan (nilai R=0,082, R=0,283, dan R=0,070) dengan kejadian diare. Namun, pengaruhnya sebesar 0,7% setiap meningkatnya suhu 1◦C meningkatkan kasus diare 4,2%, sebesar 8% setiap meningkatnya 1% kelembaban dapat meningkatkan kasus diare 2,3%, dan sebesar 0,5% dapat menjelaskan setiap meningkatnya 1 mm curah hujan dapat meningkatkan kasus diare 0,01% pada periode tahun 2013-2014.

The diarrhea occurrences become one of the major causes of child mortality in Indonesia. The purpose of this research is to determine the impact of Climate or Weather Changes (temperature, humidity, and rainfall) with the pattern of diarrhea occurrences at Puskesmas Jatimakmur. Bekasi is one of the major cities in West Java province, and has the highest number of diarrhea occurrences which reach 14.044 cases (Dinkes Bekasi, 2012). This research applied secondary data obtained from the Annual Report of Puskesmas Jatimakmur in 2013-2014. While another secondary data obtained from BMKG Halim Perdana Kusuma Airport Station.
It requires the ecological design study and linear regression analysis to determine the impact of temperature, humidity, and rainfall patterns into diarrhea occurrences. This research found that the temperature, humidity, and rainfall in Jatimakmur sub-district do not have significant relation (Temperature R value= 0.082, humidity R= 0.283 and rainfall R= 0.070) with diarrhea cases. However, the effect of 0.7%, 8%, and 0.5% can explain which elevating in 1◦C temperature will increase 4.2% diarrhea cases, 1% humidity will increase 2.3% diarrhea cases, and 1 mm of rainfall will increase 0.01% diarrhea cases in the period of 2013-2014.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Widyastuti
"Penyakit tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang telah lama menjadi isu global dan menjadi salah satu isu kesehatan prioritas di Indonesia. Sepanjang tahun 2018, ditemukan sebanyak 566.623 kasus tuberkulosis di seluruh Indonesia yang disertai dengan penurunan angka keberhasilan pengobatan (success rate) dibandingkan tahun sebelumnya (2017). Khususnya di provinsi DKI Jakarta, daerah Jakarta Selatan memiliki success rate tuberkulosis terendah sebesar 21,68% di tahun 2018. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan awal (korelasi) antara faktor kepadatan penduduk, individu, dan pelayanan kesehatan dengan insidens tuberkulosis di Jakarta Selatan pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 10 kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Hasil studi menunjukan adanya korelasi yang cukup kuat dan berpola negatif (r= -0,314) antara kepadatan penduduk dengan insidens TB dan korelasi yang cukup kuat dan berpola positif (r= 0,284) antara faktor usia dengan insidens TB. Sedangkan, faktor cakupan pengobatan TB memiliki korelasi yang lemah (r= 0,116) dan berpola positif dan faktor success rate TB memiliki korelasi yang lemah (r= -0,109) berpola negatif. Sementara, tren di setiap tempat menunjukan perbandingan penderita TB berjenis kelamin laki-laki yang lebih banyak daripada perempuan. Pada penelitian ini, hanya ditemukan hubungan yang signifikan pada variabel kepadatan penduduk dengan insidens TB (p= 0,011). Sementara, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor individu (p= 0,426), cakupan pengobatan TB (p= 0,751), dan success rate TB (p= 0,765).

Tuberculosis (TB) is one of communicable disease that has become a global issue and also a prioritized health issue in Indonesia. In 2018, 566.623 cases of TB were found in Indonesia along with the decreasing number of the national success rate compare to the previous year (2017).  Specifically in DKI Jakarta province, South Jakarta had the lowest tuberculosis success rate with 21.68% in 2018. This research aims to determine the association between population density, individual factors, and TB treatment factors with the incidence of tuberculosis in South Jakarta in 2018. A place-series ecological study is used in this research that includes 10 sub-districts in South Jakarta. The results show a fair and negative correlation (r= -0.314) between population density and TB incidence, and a fair and positive correlation (r= 0.284) between age and TB incidence. Meanwhile, treatment coverage (r= 0.116) shows a weak and positive correlation (r= -0.400) while success rate shows a weak and negative correlation (r= -0.109) with TB incidence. The trend of each sub-district shows that male gender dominates the TB patient population compare to female. In this research, only population density factor shows a significant relation with TB incidence (p= 0.011). Neither age (p= 0.426), treatment coverage (p= 0.751), nor success rate (p= 0.765) show a significant relationship with TB incidence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Dwi Putranto
"Bakteri Escherichia coli banyak ditemukan mengkontaminasi makanan jajanan anak sekolah dasar yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit diare. Makanan jajanan berisiko tinggi terkontaminasi bakteri E.coli karena diolah dan disajikan dalam keadaan tidak higiene. Kelurahan Sempur di Kota Bogor adalah daerah tertinggi angka kejadian diarenya pada tahun 2016 dan berdasarkan penelitian yang dilakukan Aqmarina (2014), sebanyak 64,3% sampel makanan jajanan di salah satu Kelurahan Kota Bogor terkontaminasi bakteri E.coli.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara E.coli pada makanan jajanan dengan diare akut pada anak SD di Kelurahan Sempur Kota Bogor Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode kuesioner, observasi, serta pengambilan sampel makanan jajanan kemudian dilakukan dengan analisis bivariat. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2019 dengan 132 responden dan 30 sampel makanan jajanan.
Berdasarkan analisis statistik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan bakteri E.coli dalam makanan jajanan dengan kejadian diare akut pada anak SD (p = 0,016 ; OR = 2 ,522). Jenis makanan jajanan juga berhubungan signifikan dengan kejadian diare akut (p = 0,048 ; OR = 2,124). Kebiasaan cuci tangan juga berhubungan signifikan dengan kejadian diare akut (p = 0,031 ; OR = 2,304). Sedangkan frekuensi jajan dan sarana tempat sampah tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian diare akut.

Many Escherichia colibacteria are found to contaminate elementary school snack foods that can increase the risk for diarrhea. High-risk snack foods contaminated with E. coli bacteria because they are processed and served in unhygienic conditions. Sempur in Bogor City was the highest area of diarrhea incidence in 2016 and based on research conducted by Aqmarina (2014), as many as 64.3% of snacks in one of the Bogor City Sub-District were contaminated with E.coli bacteria.
This study aimed to test association of Eschericia coli in snacks with elementary schools students acute diarrhea in Sempur Bogor Sub-District in 2019.This study used a cross sectional study design with questionnaire, observation, and food sampling and then carried out by bivariate analysis. The process of data collection was conducted in May 2019 with 132 respondents and 30 samples of snacks.
Based on statistical analysis, the results of this study indicate that there is a significant relationship between the presence of E. colibacteria in snack foods with the incidence of acute diarrhea in elementary schools children (p = 0.016 ; OR = 2.522). The type of snack food was also significantly associated with the incidence of acute diarrhea (p = 0.048 ; OR = 2.124). Hand washing behavior are also significantly associated with the incidence of acute diarrhea (p = 0.031 ; OR = 2.304). While the frequency snacking and rubish dishposal have not association with elementary schools students acute diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Daariy
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Populasi nyamuk Aedes aegypti dewasa yang padat adalah faktor risiko dari kejadian DBD. Keadaan ini juga bisa dipengaruhi oleh karakteristik individu dan diperparah dengan kondisi lingkungan, perilaku individu dalam memberantas sarang nyamuk serta mencegah gigitan nyamuk. Penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan nyamuk Ae. aegypti dewasa di rumah dengan kejadian DBD di Kelurahan Tegal Alur, Kalideres, tahun 2019. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara pada 152 responden dan menangkap nyamuk di 55 rumah terpilih di 4 RW dengan kasus terbanyak. Pengukuran kepadatan dilakukan dengan menghitung sampel nyamuk Ae. aegypti menggunakan rumus angka istirahat per rumah (RR). Hasil studi memperlihatkan bahwa ada hubungan bermakna antara kepadatan nyamuk Ae. aegypti di rumah dengan kejadian DBD. Analisis juga menunjukkan faktor lingkungan yang berhubungan signifikan dengan kejadian DBD adalah penggunaan AC (3,77; 1,67-8,51), sedangkan karakteristik individu yang berhubungan termasuk usia (36,14; 11,84-110,29), jenis kelamin (5,01; 2,24-11,22), dan keberadaan individu (14,04; 5,06-39,01). Faktor perilaku yang memiliki hubungan dengan kejadian DBD ialah penggunaan kawat anti nyamuk (2,74; 1,28-5,87).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health concerns in Indonesia. Aedes aegypti mosquito abundance is a risk factor for DHF. This condition is also influenced by individual characteristics and worsened by environmental factors, eradication of mosquito nests and prevention of mosquito bites practice. This quantitative study with a cross-sectional design aims to analyze the correlation of adult Ae. aegypti density in houses with DHF in Tegal Alur, Kalideres, 2019. The data were obtained from interviewing 152 study subjects and collecting adult mosquitoes in 55 selected houses in 4 high incidence RW. Adult Ae. aegypti density were determined by resting rate (RR) formula which defined as the number of resting mosquitoes per house.
The result showed that there is a significant relationship between Ae. aegypti mosquito density with DHF incidence. There are also significant correlation between environmental factor which is air-conditioner use (3,77; 1,67-8,51); individual characteristics including age (36,14; 11,84-110,29), sex (5,01; 2,24-11,22), and
individual whereabouts (14,04; 5,06-39,01); along with behavioral factor which is the use of mosquito nets (2,74; 1,28-5,87).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Hidayanti
"Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Kabupaten Bogor. Angka kejadian diare tinggi dalam 5 tahun terakhir dan menimbulkan KLB. Pada tahun 2009 terjadi KLB diare di kecamatan Cigudeg, Cisarua, dan Megamendung dengan CFR 0,78% serta tahun 2010 terjadi lagi di Sukamanah, angka kematian diare 1,82%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko diare di Kecamatan Cisarua, Cigudeg dan Megamendung Kabupaten Bogor. Disain penelitian adalah kasus kontrol, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah penduduk yang tidak menderita diare, tetangga kasus. Jumlah sampel kasus 110 responden dan kontrol 110 responden.
Pengumpulan data dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang karateristik responden (jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan), perilaku cuci tangan, higiene sanitasi makanan, serta faktor lingkungan (jenis lantai, sumber air bersih, penanganan sampah dan pembuangan tinja) dan kualitas bakteriologis air bersih.
Hasil analisis multivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare (nilai p<0,004) dan Odds Ratio2,222 pada 95% interval kepercayaan 1,284-3,485.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang paling dominan adalah higiene sanitasi makanan minuman.

Diarrhea disease remains serious public health problems in Bogor Regency. Diarrhea morbidity is higher for the last 5 years and occurrence of outbreaks. In 2009, outbreaks of diarrhea in the Cisarua, Cigudeg and Megamendung district with Case Fatality Rate 0,78%, also in 2010 outbreak of diarrhea occurred again in Sukamanah with diarrhea mortality rates by 1,82%.
This study aims to analyze the risk factor diarrhea in Cisarua, Cigudeg dan Megamendung sub district, Bogor regency. This study has a case-control design, samples are suffer diarrhoea and registered health center for 14 days research and the controls are not person who were not suffer of diarrhoea, neighbour of case. There were 110 cases and 110 controls.
The information were collected by interviews using a structured questionnaire. These included demographic characteristic respondents (gender, education and employment), the behavior of hand washing, food hygiene and sanitation, environmental factor (clean water, waste handling, disposal of feces and type of floor), and the bacteriological quality of water.
The results of the multivariate analysis showed factors associated with occorence of diarrhea is food hygiene and sanitation (p value =0,004) and odds ratio (OR) 2,222 at confidence interval 1,284-3,845.
The conclusion risk factor dominant association with diarrhoea is food hygiene and sanitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Rusdawati Hasan
"Kejadian ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita di dunia maupun negara berkembang termasuk di ndonesia. Kejadian ISPA banyak ditemukan di pelayanan kesehatan Sulawesi Tengah dan Kabupaten Banggai. Prevalensi ISPA di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur terus mengalami peningkatan 3 tahun terakhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor ibu, faktor keluarga, faktor balita dan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilyah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur, penelitian ini menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi dan balita umur 0-59 bulan, jumlah sampel 166, bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara riwayat ASI ekslusif (0,002; 1,49-5,40), pencahayaan (0,019; 1,18-4,31), jenis dinding (0,003; 1,45-5,30), kelembaban (0,001; 1,65-6,15) dan suhu (0,001; 1,65-6,15) dengan kejadian ISPA pada balita. Variabel yang diprediksi paling dominan menyebabkan ISPA adalah kelembaban (0,025; 1,13-6,14).
The incidence of ARI is one of the leading causes of death in children under five years in the world and developing countries including Indonesia. ARI incidence found in care health and Banggai Central Sulawesi. The prevalence of ARI at the coverage of Luwuk East Health increased in past 3 years.
This study aims to determine the relationship maternal factors, family factors, toddlers factors and environmental factors with the incidence of ARI in infants at Coverage Area of Luwuk East Health ,this study used a cross-sectional design, the population were all infants and toddlers 0-59 months, the number of samples is 166 and lived in the Coverage Area of Luwuk East Health.
The results showed significant association between a history of exclusive breast feeding (0,002; 1,49-5,40), lighting (0,019; 1,18-4,31), the type of wall (0,003; 1,45-5,30), humidity (0,001; 1,65-6,15) and temperature (0,001; 1,65-6,15) with the incidence of respiratory infection in infants. Variables that predicted the most dominant cause of ARI is humidity (0,025; 1,13-6,14).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Pratiwi
"Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang hidup pada tubulus ginjal hewan reservoir, salah satunya tikus. Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput mukosa (mulut dan mata) serta kulit. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang penyebarannya paling luas di dunia. Leptopirosis memiliki potensi tinggi untuk terjadi di negara berkembang dan beriklim panas, seperti Indonesia. Di Indonesia, kasus leptospirosis hanya dilaporkan dari beberapa provinsi, termasuk DKI Jakarta. Selama tahun 2003-2007, kasus leptospirosis terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta dibandingkan dengan daerah endemis lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor risiko kejadian leptospirosis, yaitu unsur iklim (curah hujan, kelembaban dan suhu), kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis. Disain studi yang digunakan adalah studi ekologi dengan menggunakan data sekunder.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan (p=0,003), kelembaban rata-rata (p=0,000), suhu rata-rata (p=0,000) dan daerah rawan banjir (p=0,003) dengan kasus eptospirosis dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dengan kasus leptospirosis (p=0,272). Tidak ada hubungan spasial yang signifikan antara curah hujan, kelembaban ratarata, suhu rata-rata, kepadatan penduduk dan daerah rawan banjir dengan kasus leptospirosis.

Leptospirosis is caused by Leptospira bacteria, which live in renal tubule of reservoir host, especially rodent. Leptospira can entry into the host?s body through mucosa (mouth and eye) and skin. Leptospirosis is the most widespread zoonotic disease in the world. Leptospirosis has high potential to occur in developing countries and humid tropic zones, like Indonesia. In Indonesia, leptospirosis case is only reported from several provinces, including DKI Jakarta. During 2003-2007, the highest case of leptospirosis is reported from DKI Jakarta compared by the other endemic areas.
The purpose of this study is to know the correlation among several risk factors of leptospirosis, such as climate factors (rainfall, relative humidity and temperature), population density and flood risk area. Ecology study and secondary data are used in this study.
Result of statistic shows that there are significant correlation between leptospirosis case and rainfall (p=0,003), relative humidity (p=0,000), temperature (p=0,000), flood risk area (0,003). On the other hand there is no significant correlation between leptospirosis case and population density (p=0,272). There are no significant spatial association between leptospirosis case and rainfall, relative humidity, temperature, population density and flood risk area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>