Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Halida
Abstrak :
Disertasi ini menguji dua tahap keputusan pemilih dalam situasi jual-beli suara, dengan kontrol diri inhibisi sebagai moderator antara jumlah uang dengan keputusan atas tawaran uang pada Tahap 1,dan kualitas personal calon sebagai moderator antara keputusan atas tawaran uang dengan keputusan memilih calon pada Tahap 2. Dengan metode population-based survey experimentsebagai studi utama,sebanyak 1.220 partisipan yang representatif terhadap pemilih di Indonesia dikelompokkan secara random ke dalam 4 jumlah tawaran uang: Rp50 ribu vs Rp100 ribu vs Rp150 ribu vs kontrol X 3 kualitas calon: lawan lebih baik dalam integritas vs lawan lebih mampu memimpin vs setara between-group design, dan diukur keputusannya pada Tahap 1 menolak atau menerima uang dan Tahap 2 keputusan memilih calon dengan pertanyaan hipotetikal jual-beli suara, serta skala kontrol diri inhibisi KDI . Hasil analisis binary logistic regression dengan mengontrol variabel demografi menunjukkan bahwa uang tidak secara langsung memengaruhi keputusan memilih calon. Pada Tahap 1, pengaruh jumlah tawaran uang terhadap keputusan untuk menerima menolak uang dimoderatori oleh KDI; individu dengan level KDI yang semakin tinggi cenderung tidak menerima uang, bahkan ketika jumlah uang yang ditawarkan lebih banyak. Pada Tahap 2, keputusan menolak uang pada Tahap 1 secara signifikan menurunkan peluang individu untuk memilih calon yang menawarkan uang. Efek penolakan uang pada Tahap 1 semakin kuat ketika kandidat lawan lebih berkualitas dalam kepemimpinan dan integritas. Partisipan yang menerima uang kemudian mendapat pertanyaan aktivasi norma resiprositas kebebasan untuk menguji efeknya terhadap pilihan, namun pengaruhnya tidak sesuai dengan prediksi. Norma resiprositas kebebasan tidak signifikan menaikkan menurunkan peluang individu untuk memilih calon yang melakukan jual-beli suara. Hasil ini menunjukkan bahwa uang yang telah diterima tidak memengaruhi pemilih untuk memilih calon yang telah memberi mereka uang.
This disertation examined how voters rsquo decision making in a two stage vote buying context. Inhibitory self control was included as a moderator between the amount of money offered and the decision over the money offered in Stage 1, and candidate rsquo s personal quality was included as a moderator between the decision over the money offered and vote decision in Stage 2. Data collection was conducted through a population based survey experiment of 1.220 participants which randomly selected from the population of Indonesian voters. Participants were randomly assigned into 4 amount of money offered Rp50k vs Rp100k vs Rp150k vs control X 3 candidate rsquo s personal quality competitor is better on leadership vs integrity vs equal between group design. Participants were then hypothetically asked about her his decision at Stage 1 reject or accept the money and Stage 2 which candidate to vote the vote buyer or the competitor . Participants rsquo inhibitory self control was measured using 5 point Likert type scale. A series of binary logistic regression analysis demonstrated that the amount of money was found significantly affect the decision to accept the money offered in Stage 1. Inhibitory self control was significantly moderated the effect of the amount of money on whether individuals would accept the money. Individuals with higher inhibitory self control were less likely to accept the money, even among those who were offered larger amount of money. The decision to reject moneyin Stage 1 lowered the probability to vote for vote buying candidate in Stage 2, and the effect was stronger in the condition when the competitor has a better quality on leadership or integrity. It was also found that the decision to accept money did not significantly affect voting decision. Additionally, neither activating reciprocity freedom nor reciprocity freedom norm significantly affected participants to vote for the vote buying competitor candidate.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2275
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camelia Catharina.L.S
Abstrak :
Disertasi ini membahas mengenai iklan natif (native advertising) dan melihatnya dalam perspektif kapitalisme baru media. Iklan natif adalah iklan yang dikemas dalam format berita dan telah menjadi sorotan karena desepsi terhadap khalayak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perubahan kerja kapitalisme baru media dalam konteks hipermodern yang terefleksikan melalui proses produksi dan distribusi konten iklan natif pada media daring. Penelitian ini menggunakan kapitalisme baru Sennett sebagai teori utama penelitian ini, dalam kombinasi dengan pemikiran hipermodern Lipovetsky dan Gottschalk. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan wawancara pada informan media dan analisis isi teks kualitatif. Wawancara dilakukan terhadap dua puluh satu orang dari enam media yang diteliti, pengiklan, dan asosiasi. Analisis teks dilakukan terhadap dua ratus konten iklan natif dari enam media yang diteliti. Ada beberapa temuan signifikan dari hasil penelitian. Pertama, analisis teks menunjukkan tingkat kesamaan penuh antara berita dengan konten iklan natif pada beberapa media. Kedua, wawancara menunjukkan bahwa praktik iklan natif tidak hanya berada pada level teks, tapi sifat natif juga ada pada level produksi dan distribusi. Ada divisi baru yang terbentuk yang menjembatani antara redaksi dengan pemasaran. Pada media lain, produksi iklan natif dilakukan dengan keterlibatan penuh redaksi dengan pembentukan tim-tim ad hoc. Ketiga, ada beberapa perubahan dalam budaya kapitalisme baru pada media yang tercermin dalam penelitian ini. Media daring tidak bisa menjual berita sebagai produk utama mereka kepada khalayak. Imitasi terhadap berita dalam bentuk iklan natif dan ruang berita menjadi produk komersial yang dijual kepada iklan. Budaya kapitalisme baru pada media daring yang tercermin dari hasil penelitian adalah fleksibilitas manajemen dan produk, melahirkan norma kolaboratif antara bisnis dan redaksi, melahirkan produk hibrida dan produk baru di luar bisnis utama media. Dari perspektif teoritis, penelitian ini berargumen bahwa komoditas utama dari media daring adalah ruang berita. Khalayak, konten, dan pekerja adalah komoditas sekunder yang dijual secara terintegrasi dengan komoditas utama. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya melihat produk, bahan baku, dan alat produksi yang mendorong berbagai perubahan manajerial dalam budaya kapitalisme baru. Dalam perspektif praktis, penelitian ini menunjukkan bahwa jurnalisme sedang bermetamorfosis menjadi lebih komersial dibandingkan sifat jurnalisme sebelumnya yang politis dan informatif. ......This dissertation aims to look into native advertising in the perspective of new media capitalism. Native advertising is the paid ads that match its editorial surrounding. The purpose of this study is to portray the changing works of the new media capitalism in the context of hypermodern society, which is reflected through the production and distribution of native advertising content on online media. Sennett’s theory of new capitalism with its short-term logic in relation with Lipovetsky and Gottschalk hypermodern theory are used to analyzing the data. To get rich data, the researcher uses case study approach. This study gathered the data from twenty-one sources from six online media, advertisers, and associations, and text analysis from the six online media. This research has some findings. First, the text analysis shows the resemblance between news and native advertising. Secondly, the interviews show the concept of native is not only at the level of text, but also at the level of production and distribution. In some media, new divisions were established to bridge the editorial and marketing departments. In other media, native advertising production fully involved the editorial department by building ad hoc teams. Thirdly, in the view of new capitalism, there are some changes found. Online media fail to sell news as their main product. News imitation in the form of native advertising and the news space have become the new commercial products sold to the advertisers. New media capitalism of the online media as reflected by this research works in a flexible manner both of managing the organization and of the product. The results are collaborative norms between the business and editorial sides, hybrid products, and the development of new products aside of media main business. From theoretical perspective, this research argues that the main commodity of the online media is news space. Audience, content, and labors are secondary commodities sold in integration with the main commodity. This research highlights the importance to see the products, raw materials, means of production beside managerial changes in the new capitalism. In the practical perspective, this research shows that journalism has been metamorphosing into a commercial journalism, replacing the old political and informative journalism.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfindra Primaldhi
Abstrak :
ABSTRAK
Partisipasi warga dalam pemilu di Indonesia cukup tinggi. Sejak Pemilu 2004 hingga Pemilu 2014, tingkat partisipasi di atas 70 . Namun, dalam kurun waktu yang sama, pemilihan oleh warga tampak tidak konsisten. Tiga partai politik yang berbeda memenangi tiga pemilu legislatif di tahun 2004, 2009, dan 2014. Selain itu perolehan suara pasangan presiden-wakil presiden yang menjadi pemenang pilpres cenderung tidak sejalan dengan perolehan suara partai dalam koalisi yang mengusung pasangan itu. Untuk menjelaskan tingkah laku memilih warga yang tampak tidak konsisten, penelitian ini menggunakan pendekatan moral intuisionisme Haidt, 2001 , Moral Foundation Theory Haidt Graham, 2007 , dan gairah harmonis Vallerand, 2008, 2015 . Studi ini menggunakan tiga penelitian dengan pendekatan kuantitatif sebagai dukungan empiris. Penelitian pertama menggunakan metode survei pada 903 pemilih di 34 provinsi; penelitian kedua menggunakan metode kuasi-eksperimental pada 165 partisipan masyarakat umum; dan penelitian ketiga menggunakan metode eksperimental pada 179 partisipan masyarakat umum. Hasil studi pertama menunjukkan pada Pilpres 2014 profil moral pemilih pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla berbeda dengan profil moral pemilih Prabowo-Hatta, dan perbedaan dukungan terhadap fondasi moral keadilan, kepedulian, kesetiaan, dan kepatuhan, serta gugus moral individualizing mengarahkan pemilih pada pasangan kandidat yang berbeda. Selanjutnya, hasil studi kedua, menunjukkan profil moral pemilih berhubungan langsung dengan tingkah laku memilih kandidat presiden fiktif. Pemilih cenderung memilih kandidat presiden yang memiliki fondasi moral dominan yang sama dengan dirinya. Hasil studi ketiga menunjukkan hubungan tersebut bergantung pada gairah politik pada pemilih. Semakin besar gairah politik semakin kuat pengaruh fondasi moral dominan dalam mengarahkan pilihan kandidat presiden. Secara keseluruhan penelitian ini menunjukkan walaupun tampak tidak konsisten, pada dasarnya warga memilih kandidat presiden yang sejalan dengan fondasi moral dominan dalam dirinya, dengan dimoderasi oleh gairah politik Kata-kata kunci: intuisi moral, fondasi moral, gairah politik, tingkah laku memilih, Moral Foundation Theory, Social Intuisionist Model
ABSTRACT
Citizen participation in Indonesian General Election is quite high. Voters turnout are consistently above 70 since 2004 election to the last election in 2014. However, voters seem inconsistent in casting their vote. Three different political parties have won in three legislative elections in 2004, 2009 and 2014. Further, the total vote for the winning presidential-vice presidential pair does not correspond to the overall vote for the coalition of political parties which they represent. To address this seemingly inconsistent voting behavior, this study use a combination of moral intuitionist approach Haidt, 2001 , Moral Foundation Theory Haidt Graham, 2007 , and harmonious passion Vallerand, 2008, 2015 . Three studies with quantitative approach were conducted. The first study surveyed 903 voters in 34 provinces; the second study is a quasi experimental design with 165 participants from the general public; and a third study is an experimental design with 179 participants from the general public. Results from the first study show that overall, in the 2014 presidential election, moral profile of voters for Joko Widodo-Jusuf Kalla is different from voters for Prabowo-Hatta. Further, differing support for fairness, care, loyalty, and authority moral foundations, and individuallizing moral dimension among voters are correlated to different candidate pair choice. Results from the second study, show voter 39;s moral profile is directly related to their hypothetical presidential candidate choice. Voters 39; tend to vote for a presidential candidate who share the same dominant moral foundation with them. Results from the third study show that this relationship depends on voters political passion. The greater the political passion the stronger the influence of the dominant moral foundation in directing presidential candidate choice. Overall these studies show that although voters seem inconsistent, their voting preference are directed by their dominant moral foundation, and moderated by political passion. Keywords: moral intuition, moral foundation, political passion, voting behavior, , Moral Foundation Theory, Social Intuisionist Model
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2499
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library