Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felicia Thea
"ABSTRAK
Dampak dari konstipasi fungsional yaitu kualitas hidup menurun, dapat meningkatkan biaya kesehatan tambahan yang harus dikeluarkan dan menurunkan produktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara jenis kelamin, asupan serat, cairan, konsumsi minuman probiotik, aktivitas fisik, status gizi, stres, dan pengetahuan gizi terhadap kejadian konstipasi fungsional, serta untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian konstipasi fungsional pada siswa SMA Swasta Bunda Mulia Jakarta Pusat. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross-sectional. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 150 orang siswa dari kelas X dan XI. Data diambil dengan menggunakan kuesioner, wawancara recall 24 jam serta juga dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada siswa. Data yang terkumpul diolah secara univariat, bivariat dan multivariat dengan uji Chi- Square. Dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 74,7% siswa mengalami konstipasi fungsional. Faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian konstipasi fungsional adalah aktivitas fisik dengan nilai p-value 0,004 dan memiliki OR 6,66.

ABSTRACT
The impact of functional constipation, include the quality of life decreases, increase the additional health costs that must be incurred and reduce productivity. The purpose of this study was to determine the relationship between gender, fiber intake, fluids intake, consumption of probiotic drinks, physical activity, nutritional status, stress, and nutritional knowledge on the incidence of functional constipation, as well as to determine the dominant factors in the incidence of functional constipation on senior highschool students who studying in Bunda Mulia Private Highschool Central Jakarta. The research design used in this study was a cross-sectional research design. The number of respondents studied was 150 students from class X and XI. Data was taken using questionnaires, 24-hour recall interviews and also measurements of body weight and height in students. The collected data was processed by Chi-Square test. The results of this study found that 74.7% of students had functional constipation. The dominant factor that most related to the occurrence of functional constipation is physical activity with a p-value of 0.004 and has OR 6.66.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Ika Kurniawati
"Penyakit Ginjal Kronik memberikan berbagai dampak buruk pada tingkat individu maupun nasional dan prevalensinya mengalami kenaikan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor dominan Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia tahun 2018 dari analisis data Riskesdas 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilakukan pada bulan Maret-Juli 2023. Populasi penelitian adalah penduduk usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia dengan jumlah sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 9400 orang. Variabel penelitian terdiri dari karakteristik demografi (usia dan jenis kelamin), penyakit tidak menular (diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas), serta gaya hidup (merokok, konsumsi minuman berkarbonasi, konsumsi minuman berenergi, dan aktivitas fisik). Data penelitian dianalisis secara bivariat dan multivariat menggunakan uji chi square dan binary logistic regression. Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia tahun 2018 adalah 1,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara usia (p=0,000), diabetes melitus (p=0,001), hipertensi (p=0,000), obesitas (p=0,004), serta konsumsi minuman berkarbonasi (p=0,047) dengan kejadian penyakit ginjal kronik pada usia produktif (19-60 tahun). Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa usia OR 3,709 (95% CI: 2,325-5,919) merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19- 60 tahun) di Indonesia tahun 2018. Saran utama yang dapat diberikan untuk mengurangi kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif, yaitu mengoptimalkan program pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Penyakit Ginjal Kronik dan faktor-faktornya.

Chronic Kidney Disease has various impacts at the individual and national levels. The prevalence of this disease is also rising. This thesis aims to determine the prevalence and dominant factors of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years old) in Indonesia in 2018 from the 2018 Riskesdas data analysis. This study was conducted in March-July 2023 using a cross-sectional design. The study population was Indonesian at productive age (19-60 years old) with a total sample of 9400 people. The study variables include demographic characteristics (age and gender), non-communicable diseases (diabetes mellitus, hypertension, and obesity), and lifestyle (smoking, consumption of carbonated drinks, consumption of energy drinks, and physical activity). The data were analyzed using chi-square and binary logistic regression. The prevalence of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years) in Indonesia in 2018 was 1.7%. Bivariate analysis showed that there was a relationship between age (p=0.000), diabetes mellitus (p=0.001), hypertension (p=0.000), obesity (p=0.004), and carbonated drinks consumption (p=0.047) with the incidence of chronic kidney disease at productive age (19-60 years old). Multivariate analysis shows that age OR 3.709 (95% CI: 2.325-5.919) is the most dominant factor associated with the incidence of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years) in Indonesia in 2018. Based on the evidence, the suggestion to prevent Chronic Kidney Disease is to optimize Non-Communicable Disease (NCD) prevention programs, including Chronic Kidney Disease and its factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilowati
"Tesis ini menganalisis hubungan antara durasi pemberian ASI dan variabel lainnya terhadap status gizi anak umur 12-24 bulan di Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan Seca® digital weight scale, wooden length board, formulir food recall 24 jam, dan kuesioner pengetahuan ibu. Rata-rata durasi pemberian ASI didapati 15 bulan. Prevalensi gizi kurang tergolong rendah (< l0%), tetapi prevalensi anak pendek (20.7%) dan kurus (10.6%) cukup tinggi. Anak pendek kemungkinan mengindikasikan kckurangan gizi kronis. Durasi pemberian ASI berkorelasi signifikan dengan status gizi anak (indeks PB/U dan BB/PB). Nilai korelasi (r) paling tinggi pada indeks PB/U (r= 0.403. Analisis tabulasi silang menguatkan adanya hubungan positif antara durasi pemberian ASI dan ASI eksklusif dengan pertumbuhan linier pada anak. Model regresi menjelaskan sekitar 23.1% variabilitas variabel dependen status gizi anak terhadap ketujuh variabel independen. Model regresi cocok dengan data yang ada (nilai p = 0.000). Status Gizi Anak (PB/U) = 0.706 + 0.790 durasi ASI + 0.685 ASI eksklusif - 0.086 diare - 0.209 ibu bekelja - 0.186 pengetahuan ibu - 0.260 asupan energi - 0.083 asupan protein.

This thesis analyzed the association between breastfeeding duration and other variables to children nutritional status of age l2-24 months in Cigugur Tengah Village, Cimahi Tengah District, Cimahi Municipality. This study used cross sectional design. Sampling method was proportional random. Data collected using Seca® digital weight scale, wooden length board, 24-hours food recall form, and mother knowledge questionnaire. Breastfeeding duration average was found 15 months. The prevalence of malnutrition was classified low (< 10%), but the prevalence of stunted (20.7%) and wasted (10.6%) were moderately high. Stunted children might indicate chronic malnutrition. Breastfeeding duration was found significantly correlated to children nutritional status (height-for-age index, and weight-for-height index). The highest correlation value was lbund on the index of height-for-age (r = 0.043).Cross-tab analysis strengthened positive association between breastfeeding duration and exclusive breastfeeding to children linear growth. Regression model explained about 23.1% variability of children nutritional status dependent variable for seven independent variables. Regression model fitted on the available data (p value = 0.000). Children nutritional status (height-for-age index) = 0.706 + 0.790 breastfeeding duration + 0.685 exclusive breastfeeding-0.086 diarrhea - 0.209 working mother - 0.186 mother?s knowledge - 0.260 energy intake - 0.083 protein intake."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32329
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Refina
"Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang peran IMD dengan breast crawl. Informan penelitian ini II orang ibu, bayi, suami, dan bidan, menggunakan pendekatan kualitatif. Mengikuti mulai bayi lahir, hingga berakhirnya masa neonatal dan tidak mendapat ASI eksklusif. Rentang waktu IMD dengan breast crawl paling lama 1,5 jam. Pengarnbilan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan ASI eksklusif gaga! diberikan. 2 jam setelah lahir, bayi diberi susu formula. IMD dengan breast crawl bukanlah satu-satunya faktor pencegah perdarahan dan pengeluaran plasenta karena bidan juga melakukan intervensi. Tidak dapat dibuktikan manfaat IMD dengan breast crawl dalam mencegah perdarahan, meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan mencegah kematian neonatus, dihubungkan dengan tahap yang dilakukan bayi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengctahui manfaat lain IMD dengan breast Crawl.

The purpose of the study is to find-out the information regarding to the role of Early Initiation Breastfeeding (EIB) with breast crawl. The study is using the qualitative approach, which have informant consists of 11 mothers, babies, the husband and midwives. The babies are followed from the beginning they were born until the end of post-partum period and never received exclusive breastfeeding. The longest time range of the Em with breast crawl is 1.5 hours. Data were collected by using the in-depth intaview, observation, and document assessment.
The study found that exclusive breastfeeding are being failed to perform until 2 hours post delivery, and the baby is given the formula milk The EIB is not tbe only factors that can prevent the bleeding and placenta expelled as the midwives are also do intervention. The advantage of the EIB with breast crawl is cannot be proven as the prevention factors on bleeding, increasing the administering of exclusive breastfeeding, and preventing the neonatal death, in correlation with the baby performance stages. There is a subsequently research in order to find out more about the advantage of EIB with the breast crawl.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32443
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Prieska Precilia
"ABSTRAK
Pasien gagal ginjal terminal dengan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis dapat meningkatkan harapan hidupnya, namun kualitas hidup yang rendah pada pasien tersebut masih banyak ditemui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor risiko pada kualitas hidup terkait kesehatan pasien hemodialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2014. Sebanyak 94 responden yang diteliti menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF dan ditemukan sebesar 51,1% responden memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk. Responden dengan kategori usia muda (75,5%), laki-laki (57,4%), berpendidikan tinggi (80,9%), berstatus tidak bekerja (66,0%), berpenghasilan rendah (61,7%), berstatus gizi baik menurut lingkar otot lengan atas (67,0%),memiliki komorbiditas (75,5%), dan dengan tingkat aktivitas fisik rendah (11,7%). Pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,024, OR=4,324). Pendapatan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,005, OR= 3,972). Ahli gizi dan staff dapat membantu meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi gizi terkait penyakitnya yang disesuaikan dengan pendapatannya, sehingga pasien dapat mempertahankan status gizinya dan meningkatkan kualitas hidupnya.Pasien gagal ginjal terminal dengan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis dapat meningkatkan harapan hidupnya, namun kualitas hidup yang rendah pada pasien tersebut masih banyak ditemui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor risiko pada kualitas hidup terkait kesehatan pasien hemodialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2014. Sebanyak 94 responden yang diteliti menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF dan ditemukan sebesar 51,1% responden memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk. Responden dengan kategori usia muda (75,5%), laki-laki (57,4%), berpendidikan tinggi (80,9%), berstatus tidak bekerja (66,0%), berpenghasilan rendah (61,7%), berstatus gizi baik menurut lingkar otot lengan atas (67,0%),memiliki komorbiditas (75,5%), dan dengan tingkat aktivitas fisik rendah (11,7%). Pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,024, OR=4,324). Pendapatan memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup terkait kesehatan (p= 0,005, OR= 3,972). Ahli gizi dan staff dapat membantu meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi gizi terkait penyakitnya yang disesuaikan dengan pendapatannya, sehingga pasien dapat mempertahankan status gizinya dan meningkatkan kualitas hidupnya.

ABSTRACT
ESRD patient with maintenance hemodialysis therapy can increase its life expectancy, but its quality of life is found relatively low in many patients. This research is objected to know the difference proportion of some factors of health related quality of life (HRQOL)in hemodialysis patients. Among 94 samples of hemodialysis patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo were participated in this crossectional study.Using WHOQOL-BREF questionnaire there wasfound 51,1% respondent havelow HRQOL. Respondent within the young age category is 75,5%, proportion of male respondent is 57,4%,higher education category is80,9%, unemployeed respondent is 66%, low income category is 61,7%, low nutrition status based on mid arm muscle circumference 67,0%, having comorbidity is 75,5%, and low activity level is 11,7%. Education has a significant relation with health related quality of life (p= 0,024, OR=4,324). Income has a significant relation with health related quality of life (p= 0,005, OR= 3,972). Dietitian and staff can help the patients toincrease their knowledge on nutrition therapy that fit with their disease condition and income, so that patients be able to maintain their nutritional status and increase their quality of life.
"
2014
S55179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arafah
"ABSTRAK
Obesitas pada anak sekolah merupakan penyakit yang sudah menjadi
masalah kesehatan kesehatan masyarakat. Prevalensi obesitas anak di indonesia
mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebsar 9,5% pada laki-laki dan 6,4%
pada perempuan menjadi sebesar 10% pada anak laki-laki dan 7,7% pada anak
perempuan pada tahun 2010 dan menjadi 8,8% padan tahun 2013. Penelitian ini
membahas mengenai kejadian obesitas pada anak di dua sekolah dasar. Tujuan
penelitian ini untuk membandingkan kejadian obesitas anak serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya di dua sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Mei sampai dengan Juni 2014 di SDN Anyelir1 dengan status ekonomi menengah
ke atas dan SDN Depok Jaya 7 dengan subjek penelitiannya adalah anak sekolah
dasar kelas 4 dan 5. Variabel penelitian ini pola makan, kebiasaan makan,
karakteristik anak, karakteristik orangtua, aktivitas fisik anak dan keterpaparan
media. Penelitian ini merupakan penelitian crossectional dengan analisis
perbandingan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok
mengenai lama waktu menonton TV dan bermain games, karakteristik orangtua,
keterpaparan media, asupan energi total, asupan karbohidrat dan asupan lemak.
Perbedaan status sosial ekonomi akan terjadi perbedaan pada lama menonton TV
dan bermain games, asupan zat gizi energi total, karbohidrat dan lemak. Peneliti
menyarankan untuk melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan diatas
kelas 1, membudayakan kembali senam disekolah untuk memberikan waktu lebih
banyak berolahraga, pembinaan kantin sekolah untuk membantu orangtua
mengontrol asupan zat gizi anak.

ABSTRACT
Obesity in school children is a disease that has become a health problem of public
health. The prevalence of child obesity in Indonesia in 2007 increased by 9.5% in
men and 6.4% in women increased in 2010 to 10% in boys and 7.7% in 2013 to
8,8%. This study discusses the incidence of obesity in children at two elementary
schools. The purpose of this study was to compare the incidence of childhood
obesity and the factors that influence it in two elementary schools. This study was
conducted in the SDN Anyelir 1 with middle high socioeconomic status and
Depok Jaya SDN 7 with middle low socioeconomic status. The research subject
are children of primary school grade 4 and 5 with the variables of this study diet,
eating habits, child characteristics, parent characteristics , child physical activity
and media exposure. This design study is a cross sectional with comparison
analysis. There are significant differences between the two groups regarding the
length of time watching TV and playing games, parental characteristics, media
exposure, total energy intake, carbohydrate intake and fat intake. Differences in
socioeconomic status will be a difference in the long watching TV and playing
games, the total energy intake of nutrients, carbohydrates and fats. Researcher
have suggested annually conduct anthropometric survey in school, once a week
school aerobic exercising, and parents involve in school cafeteria to control the
nutrient intake of children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Setiawati Rahayu
"[ABSTRAK
Sindrom pramenstruasi merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan 7-10 hari sebelum siklus
menstruasi, gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, food
carving. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik sampling yang
digunakan adalah sensus, sehingga responden dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang
terdaftar di program studi gizi dari angkatan 2011?2013. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar mahasiswi Gizi FKM UI mengalami defisiensi zat gizi mikro, sedangkan hasil uji
hubungan antara asupan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi menyatakan beberapa asupan zat
gizi memiliki hasil yang signifikan dengan sindrom pramenstruasi yaitu, Protein (0.047),
Vitamin A (0.014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0.002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium
(0.000) dan Kalsium (0.000). adapun asupan zat gizi yang paling dominan memengaruhi sindrom
pramenstruasi adalah vitamin B1, mahasiswi yang memiliki asupan vitamin B1 yang cukup
memiliki resiko 61 kali lebih kecil mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan
mahasiswi yang mengalami defisiensi.

ABSTRACT
Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient;Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient, Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherry Presilia Tanudjaja
"Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup dan faktor resiko perkembangan berbagai penyakit lainnya. Obesitas juga berhubungan dengan status inflamasi kronik yang berperan dalam perkembangan disfungsi metabolik dan sindrom metabolik. Akupunktur diketahui dapat membantu menurunkan berat badan dengan cara menekan nafsu makan dan mengurangi resiko sindrom metabolik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet terhadap kadar Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) dan lingkar perut pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar ganda dengan pembanding dilakukan pada 36 pasien obesitas yang dialokasikan secara acak menjadi kelompok terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet (kelompok kasus) atau kelompok akupunktur sham dan intervensi diet (kelompok kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kadar TNF-α awal dengan akhir dalam kelompok kasus (p < 0,01) dan terdapat perbedaan bermakna selisih lingkar perut awal dan akhir antara kedua kelompok (p < 0,01; IK 95% 1,68 sampai 6,13). Kesimpulan penelitian ini terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap kadar TNF-α plasma darah dan lingkar perut pada pasien obesitas.

Obesity is a health problem in Indonesia and associated with decreased quality of life and a risk factor for the development of other diseases. Obesity is also associated with chronic inflammatory status that play a role in the development of metabolic dysfunction and metabolic syndrome. Acupuncture is known to help you lose weight by suppressing appetite and reducing the risk of metabolic syndrome.
The aim of this study was to establish the effectiveness of acupoint catgut embedding therapy combined with dietary intervention on tumor necrosis factor-α (TNF-α) levels and abdominal circumference in obese patients. This study is a randomized, double-blind and controlled clinical trial involving 36 obese patients that are allocated into groups of catgut embedding method combined with dietary intervention (case group) or sham acupuncture combined with dietary intevention (control group).
The results showed there was significant difference in TNF-α levels within case group (p < 0,01) and there were significant differences in abdominal circumference changes between the two groups (p < 0.01; 95% CI: 1.68 to 6.13). The conclusion of this study is acupoint catgut embedment combined with dietary intervention has effects on TNF-α levels of blood plasma and abdominal circumference in obese patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Himawan
"Obesitas merupakan masalah epidemik di dunia. Obesitas menyebabkan inflamasi kronik derajat rendah dan meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis dengan komplikasi seperti aterosklerosis, dan masalah kardiovaskuler. Penanda inflamasi yang dianggap terbaik saat ini adalah high sensitivity C-Reactive Protein hsCRP . HsCRP juga merupakan prediktor terbaik untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskuler. Diperlukan penanganan secara interdisiplin untuk mengatasi masalah obesitas ini. Akupunktur merupakan terapi pelengkap yang paling cepat berkembang dan diakui oleh National Institutes of Health dan WHO.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap kadar HsCRP dan body fat pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 36 pasien obesitas yang dialokasikan secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet kelompok perlakuan dan kelompok kombinasi elektroakupunktur sham dan intervensi diet kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar hsCRP sebelum dan sesudah perlakuan tetapi belum terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik p= 0.476. Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap perbandingan kadar body fat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan p=0.002.
Kesimpulan penelitian ini terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap kadar hsCRP dan body fat pada pasien obesitas.

Obesity is an epidemic problem in the world. Obesity causes low grade chronic inflammation and increases the risk of some chronic diseases with complications such as atherosclerosis, and cardiovascular problems. The best current inflammatory marker is the high sensitivity of C Reactive Protein hsCRP . HsCRP is also the best predictor of risk of cardiovascular disease. Interdisciplinary treatment is needed to overcome this obesity problem. Acupuncture is the most rapidly growing complementary therapy and is recognized by the National Institutes of Health and WHO.
This study aims to determine the effectiveness of electroacupuncture combination therapy and dietary intervention on HsCRP and body fat levels in obese patients. Single blinded randomized clinical trials of 36 obese patients were randomly assigned to 2 groups, electroacupuncture combined with dietary intervention group treatment group and sham electroacupuncture combined with dietary intervention group control group.
The results showed decrease of hsCRP levels before and after treatment but there was no statistically significant difference p 0.476 . There was a significant difference to the body fat content before and after treatment in the treatment group p 0.002.
The conclusions of this study combined electroacupuncture and dietary intervention therapy have an influence on levels of hsCRP and body fat in obese patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airin Kristiani
"ABSTRAK
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebih yang dapat mengganggu kesehatan sebagai akibat ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi. Obesitas merupakan penyakit kronis yang dapat menjadi faktor risiko penyakit metabolik kronis yang dapat menyebabkan kematian. Lingkar pinggang merupakan cara yang sederhana untuk menilai distribusi lemak tubuh dalam memprediksi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh obesitas. Adiponektin merupakan hormon protein yang disekresi oleh sel adiposit yang mempunyai efek anti diabetes, anti inflamasi, anti aterogenik, dan efek kardioprotektif. Untuk mendapatkan hasil optimal diperlukan tatalaksana interdisiplin. Beberapa studi menyimpulkan bahwa elektroakupunktur dapat meningkatkan kadar adiponektin dan menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas. Pada penelitian ini dilakukan uji klinis tersamar tunggal terhadap 38 pasien obesitas yang secara acak dibagi kedalam 2 kelompok yaitu Elektroakupunktur dan intervensi diet dan kelompok elektroakupunktur sham dan intervensi diet untuk mengetahui pengaruh elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap lingkar pinggang dan kadar adiponektin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan lingkar pinggang yang bermakna sesudah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,000 maupun kelompok kontrol p=0,002 . Terdapat perbedaan bermakna terhadap selisih lingkar pinggang awal dan akhir antara kedua kelompok p=0,002 , namun pada pengukuran adiponektin tidak menunjukkan perubahan bermakna sebelum dan setelah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,409 maupun pada kelompok kontrol 0,306. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok p=0,638. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap lingkar pinggang namun tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar adiponektin pada pasien obesitas.

ABSTRACT<>br>
Obesity is the accumulation of excess fat that can interfere with health as a result of theimbalance of energy intake and expenditure. Obesity is a chronic disease that can be arisk factor for chronic metabolic disease that can lead to death. Waist circumference isa simple way to assess the distribution of body fat in predicting morbidity and mortalitycaused by obesity. Adiponectin is a protein hormone secreted by adipocyte cells thathave anti diabetic, anti inflammatory, anti atherogenic, and cardioprotective effects. Toobtain optimal results required interdisciplinary management. Several studies haveconcluded that electroacupuncture can increase adiponectin levels and decrease waistcircumference in obese patients. In this study a single blinded clinical trial of 38 obesepatients was randomly divided into 2 groups electroacupuncture and dietaryinterventions and electroacupuncture sham groups and dietary interventions todetermine the effectiveness of electroacupuncture and dietary intervention of waistcircumference and adiponectin levels. The results showed a significant decrease inwaist circumference after treatment in both treatment groups p 0,000 and controlgroup p 0.002 . There was a significant difference in waist circumference betweenthe two groups p 0.002 , but the measurement of adiponectin showed no significantchange before and after treatment in both treatment groups p 0.409 and in thecontrol group 0.306. There were no significant differences between the two groups p 0.638. In this study it was concluded that combination electroacupuncture anddietary intervention therapy had an effect on waist circumference in obese patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>