Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julianty Dwieliza
"ABSTRAK
Verba majemuk merupakan salah satu aspek dari kata majemuk. Berdasarkan pengalaman dalam mempelajari bahasa Jerman, terdapat kesulitan dalam menerjemahkan suatu verba majemuk karena kita tidak mengetahui dasar dari verba majemuk itu. Untuk itu dilakukan analisis morfologis dan semantis dalam mengetahui apakah ada keterkaitan antara bentuk dan makna sebuah verba majemuk.
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber acuan, yaitu: Grammatik der deutschen Gegenwartssprache_Bd.4 (Duden, 1984) dan Wortbildung der deutschen Gegenwartssprache (Wolfgang Fleischer, 1933).
Dalam menganalisis verba majemuk dijabarkan bagaimana terbentuknya sebuah verba majemuk. Setelah itu dilakukan analisis terhadap maknanya, apakah makna dari suatu bentuk verba majemuk itu berterima atau tidak.
Dari analisis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembentukan verba majemuk dapat dilakukan terhadap lima jenis leksem, termasuk di dalamnya tiga kelas kata dan dua jenis afiks, yaitu V+V, N+V, A+V, P+V dan V+S. Sedangkan korelasi makna antar-kata pembentuk dari sebuah verba majemuk dapat dilihat dari tipe/macam verba majemuk. Dengan kata lain antara bentuk dan makna terdapat suatu keterkaitan. Namun harus diketahui juga apakah makna itu berterima atau tidak.

"
1990
S14691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marjory S. Linardy
"ABSTRAK
Tujuan skripsi adalah untuk mengetahui konsep kebenaran menurut Friedrich Schiller, Analisis dibatasi pada empat buah puisi dari jaman kesusastraan Klassik, yaitu Kassandra, Die Worte des Wahns, Die Worte des Giaubens dan Der Pilgrim Sebelum masuk pada analisis, terlebih dahulu diteliti konteks yang mengitari Schiller. Disesuaikan dengan empat buah puisi yang dipilih, konteks yang diteliti hanya konteks filsafat dan agama.
Berdasarkan penelitian stag dua konteks tersebut dan analisis keempat puisi ditarik kesimpulan, bshwa kebenaran menurut Friedrich Schiller berhubungan erat dengan moral dan kebajikan (Tugend), dengan demikian kebenaran adalah sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat dipercaya tanpa dapat dibuktikan, dan oleh karena itu sangat sulit untuk diterima dan dimengerti manusia.

"
1995
S14724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Furkanita
"Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuktikan kegagalan Martin Walser menampilkan beberapa aspek kehidupan nyata masyarakat Jerman melalui alur dan karakter para tokoh drama Eiche und Angora yang diramu dalam suatu bentuk drama yang tersendiri. Kehidupan masyarakat Jerman sering dijadikan sebagai latar belakang penulisan karya-karyanya, misalnya drama Eiche und Angora. Selain menghibur, melalui karya ini Walser berusaha menampilkan kekejaman dan kejahatan para pejabat pemerintah Nazi pada akhir Perang Dunia II serta sikap sikap mereka yang mementingkan diri sendiri, dengan harapan agar publik dapat belajar dari pengalaman-pengalaman pahit tersebut. Namun, bentuk dramanya yang mengandung perpaduan berbagai unsur drama yang tidak berpadu justru melemahkan penggambaran kehidupan nyata itu. Hal ini dapat diperkuat dengan telaah-telaah Rainer Taeeni dan AE. Waine serta pen_dapat Walser sendiri tentang Eiche und Angora. Ketidakpadu_an unsur-unsur itu mengakibatkan publik akhirnya menilai Eiche und Angora sebagai drama komedi untuk hiburan semata. Jadi, dapat dilihat bahwa Eiche und Angora tidak ber_hasil mengangkat kehidupan nyata masyarakat Jerman pada suatu masa sekaligus menghibur publik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arliza
"ABSTRAK
Skripsi ini berisikan analisis dilema ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Melalui skripsi ini ingin dibuktikan bahwa masalah dilema yang dihadapi oleh para ilmuwan dapat dicegah apabila setiap unsur dalam masya_rakat mau bekerja sama dengan ilmuwan. Setelah membaca uraian seluruh bab dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa drama Die Physiker merupakan gambaran keadaan sosial yang sesungguhnya dan juga merupakan refleksi pandangan Friedrich Durrenmatt terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan, serta peranannya terhadap kelestarian manusia, nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungannya.
Johann Wilhelm Mobius (selanjutnya disebut Mobius) adalah seorang ilmuwan hebat yang telah berhasil menemu_kan 3 buah formula di bidang Gravitasi. Formula-formula tersebut merupakan lanjutan dari penemuan seorang fisika_wan bernama Albert Einstein yang telah berhasil menemukan formula di bidang Gravitasi pula. Namun formula tersebut diterapkan untuk pembuatan bom atom yang pada umumnya bersifat menimbulkan bencana bagi umat manusia.
Mobius merupakan ilmuwan idealis. Sebagai ilmuwan ia sadar akan kewajiban moralnya, yaitu kewajiban untuk menjalankan kode etik ilmuwan, tepatnya untuk mengembang_kan ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahunya sangat besar untuk melanjutkan penemuan yang telah didapatkannya. Namun demikian dalam usaha memuaskan rasa ingin tahunya sebagai ilmuwan, ia tidak pernah sekalipun melupakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dia selalu berusaha menyelaraskan kedua hal tersebut. Namun pada kenyataannya amat sukar untuk menjalankan kedua hal tersebut secara bersamaan karena keduanya bersifat saling bertolak belakang. Bila ia menjalankan tanggung jawab moralnya, maka ia akan mengorbankan tanggung jawab sosialnya. Sebaliknya bila ia menjalankan tanggung jawab sosialnya, maka ia akan mengorbankan tanggung jawab moralnya. Dalam keadaan seperti ini mau tidak mau ia harus memilih salah satu di antara kedua tanggung jawab tersebut. Akan tetapi bila ia hanya menjalankan salah satu tanggung jawab tersebut maka akan terjadi keadaan buruk seperti di atas. Keadaan ini tidak diinginkannya. Dengan kata lain ia mengalami dilema dalam mengembangkan ilmunya.
Sebagai seorang pengarang yang sering mengamati gejala sosial di sekitarnya Friedrich Durrenmatt melihat bahwa sebenarnya dilema seperti yang dihadapi Mobius bukan untuk pertama kalinya menimpa seorang ilmuwan. Jauh sebelum itu banyak ilmuwan lain yang juga disudutkan oleh keadaan seperti itu. Kita dapat mengamati keadaan tersebut mulai pertama kalinya ilmu pengetahuan ada hingga jaman Gallileo Gallilei, Isaac Newton, Albert Einstein dan sampai sekarang ini.
Oleh karena itu Friedrich Durrenmatt menunjukkan bahwa dilema ini dapat diatasi apabila dalam kehidupan terdapat hal berikut: adanya kesalahan pertimbangan nilai dalam ilmu, kerja sama ilmuwan dengan masyarakat, dan keterlibatan penguasa, pemerintah dan kebijaksanaan politiknya. Ketiga hal ini harus dijalankan secara bersamaan. Dalam drama Die Physiker ditunjukkan bagaimana usaha Mobius untuk memecahkan masalah dilema yang menimpa dirinya, yaitu menyadari perlu adanya pertimbangan nilai nilai dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggalang kerja sama di antara sesama ilmuwan. Namun ternyata kedua hal tersebut tidak dapat memecahkan masalah yang ada.
Dalam kehidupan sekarang ini sering terlihat banyak ilmuwan yang hanya mengutamakan kepentingan pribadinya saja, atau kepentingan kelompok/penguasa/negara tertentu. Dengan kata lain masih banyak ilmuwan yang memandang masalah sosial dengan sebelah mata saja. Mereka hanya memikirkan masalah perkembangan ilmu pengetahuan saja.
Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya apabila kita sebagai pembaca mau menarik pengalaman dan merenung_kan perjalanan hidup para pelaku dalam drama ini, terutama Mobius, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu dengan memahami masalah yang menimpa Mobius dalam mengembangkan ilmunya, maka kita akan memahami bagaimana beratnya tanggung jawab seorang ilmuwan terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhan menciptakan ilmu pengetahuan bukan untuk kemaslahatan, tetapi untuk kesejahteraan seluruh manusia di dunia.

"
1990
S14585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Safina
"ABSTRAK
Unterm rad adalah salah satu roman awal karya Hermann Hesse yang ditulis pada tahun 1904 sampai 1905. Jalinan cerita atau jalinan peristiwa di dalam roman ini tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup pengarangnya. Oleh sebab itu untuk dapat memahami roman ini orang harus melihat dan menelusuri kembali perjalanan hidup pengarangnya, terutama pengalaman dan konflik yang dialami oleh pengarangnya pada usia remajanya. Pengalaman dan konflik pada masa remaja pengarang merupakan faktor yang melatarbelakangi proses penciptaan roman Unterm Rad.
Adapun teknik yang dipakai oleh Hermann Hesse di dalam upayanya memunculkan kembali pengalaman dan konflik masa remajanya tersebut ke dalam sebuah karya sastra adalah dengan mempergunakan prinsip polarische Spaltung.
Penerapan prinsip Polarische Spaltung dalam karya Hesse berangkat dari suatu konflik atau derita jiwa yang amat mendasar yang pernah dialami sendiri oleh Hermann Hesse, tetapi dalam pengungkapannya Hesse menciptakan atau kenghadirkan dua orang tokoh yang mewakili ciri-ciri yang bertentangan dari kepribadian Hesse. Kedua tokoh itu mempunyai sikap, tingkah laku dan cara berpikir yang sangat berlawanan dalam menghadapi suatu tema dasar yang sama. Kehadiran kedua tokoh tersebut membuat konflik menjadi lebih hidup. Seakan-akan pembaca menghadapi keadaan yang sebenarnya seperti dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan penerapan prinsip Polarische SPaltung dalam skripsi ini dilakukan dengan bantuan metode historis geografis karena pada hakekatnya peristiwa dan tokoh-tokoh dalam roman Unterm Rad memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman pribadi Hesse, namun ini bukanlah berarti bahwa karya tersebut merupakan replika atau fotokopi dari kehidupan Hesse sebab banyak pula hal-hal yang bersifat rekaan terdapat di dalam roman Unterm Rad.

"
1990
S14787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Purusanti
"ABSTRAK
Penelitian mengenai mengapa Novalis tidak memenangkan idealismenya yang tersirat di dalam roman Heinrich von Ofterdingen dan apa sebenarnya yang ingin disampaikan Novalis melalui karyanya ini. Karena biasanya apabila seseorang mempunyai cita-cita, ide,atau keinginan tentu akan memperjuangkan semaksimal mungkin untuk memperoleh atau memenangkannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Heinrich von ofterdingen ini adalah karya khas jaman Romantik, yaitu suatu karya yang mengungkapkan hampir seluruh ciri khas jaman Romantik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan serta pendekatan secara intrinsik dan ekstrinsik, yaitu dengan mempelajari karya sastra itu sendiri dan riwayat hidup pengarang serta sejarah kesusasteraanyang melatarbelakangi karya ini.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Novalis bermaksud menciptakan roman Heinrich von Ofterdingen sebagai suatu karya yang sempurna yang sesuai dengan ciri jaman Romantik yang tidak bisa lepas dari konsepsi romantische Ironie dengan dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya sendiri yang sangat menunjang terciptanya roman ini.

"
1989
S14762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardi
"ABSTRAK
Dunia telah dilanda perang hebat dua kali, yang berawal dari benua Eropa dan menyeret banyak negara. Perang dunia I berlangsung antara tahun 1914 sampai dengan tahun 1918, yang disusul 25 tahun kemudian (1939-1945) dan meletus untuk kedua kalinya. Perang ini lebih dahsyat bila dibandingkan dengan yang pertama karena tiap negara diperlengkapi dengan senjata perang yang makin modern. Di sini yang menjadi pokok pembahasan penulis di dalam skripsi ini adalah sajak-sajak Perang Dunia I (1914-1918).

"
1989
S14731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.M. Tristiastini
"Menurut para ahli sastra drama Die Verspaetung karya Wolfgang Hildesheimer digolongkan ke dalam bentuk drama absurd. Skripsi ini ingin membuktikan kebenaran pernyataan di atas dengan melakukan penelaahan terhadap teks drama Die Verspaetung. Penelaahan dilakukan dengan membandingkan teori drama absurd dengan teori drama konvensional dan drama epik--yang merupakan dua bentuk drama yang sudah ada sebelumnya -- dengan berpegang pada unsur-unsur drama seperti tema, latar, tokoh dan alur. Untuk itu dipaparkan pengertian drama absurd dengan membahas arti kata absurd itu sendiri yang kemudian dihubungkan dengan konsepsi Albert Camus, beserta ciri-ciri drama ini.Setelah dilakukan penelaahan terhadap tema, latar, tokoh dan alur drama Die Verspaetung, ternyata drama ini memang sesuai dengan teori drama absurd yang ada; sehingga dapat disimpulkan bahwa drama Die Verspaetung ini benar-benar sebuah drama absurd. Penelaahan ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan apa dan bagaimana drama absurd itu, yang merupakan bentuk drama yang masih belum begitu dapat diterima oleh masyarakat Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library