Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putra Mahendra Kusuma Aji
"Penelitian material beton ini bertujuan untuk mengetahui dampak perendaman garam pada beton fc' 41,4 MPa dengan menggunakan semen hidrolik tipe HE (High-Early). Penyelidikan dilakukan dengan dua metode curing dengan bantuan empat (4) kolam salin dengan tingkat salinitas berbeda berkisar antara 0,1-3,5 ppt. Faktor cacat Fisik: cacat kualitas permukaan yang semakin parah karena paparan salinitas yang lebih tinggi menghasilkan permukaan yang lebih gelap, lembap, dan kasar – dengan warna putih yang lebih sedikit. Kekuatan Tekan: 7 hingga 28 hari menunjukkan peningkatan kekuatan secara keseluruhan, namun efek salinitas baru dapat diamati setelah 28 hari. Sampel yang diuji diturunkan untuk kelompok IV dari 9,23% menjadi 12,89%, masing-masing pada 28 hari dan 42 hari. Kuat tarik: Beton dengan semen jenis HE menunjukkan kuat tarik yang lebih tinggi dibandingkan PCC dan OPC, yaitu antara 2,41-3,11 MPa. Permeabilitas: Cenderung menurun dengan meningkatnya salinitas, kriteria beton kedap air menunjukkan HE berada dalam batas 50 mm; rata-rata antara 22,67-45,52 mm. Uji Kecepatan Denyut Ultrasonik (UPV): Metode pengawetan B memiliki kecepatan denyut yang sedikit lebih tinggi di semua kelompok, dengan penurunan yang lebih signifikan pada Kelompok IV. Hubungan antara DIC yang tinggi terhadap permeabilitas dapat ditemukan, namun tidak untuk UPV terhadap tingkat salinitas. DIC: Mampu mengidentifikasi strain mayor dan strain minor; serta tegangan vs regangan yang digambarkan dengan keandalan data yang tinggi. Penelitian lebih lanjut mungkin mempertimbangkan lingkungan dalam ruangan yang terkendali, meningkatkan jumlah sampel yang diuji, dan memperpanjang durasi pengawetan dapat direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut.

The research on concrete material intends to investigate the impacts of saline immersion of fc’ 41.4 MPa concrete using hydraulic cement type HE (High-Early). The investigation carried out two curing methods with the aid of four (4) saline pools with different salinity levels ranging from 0.1-3.5 ppt. Physical Defects: increasingly severe surface quality defects due to higher levels of salinity exposure producing darker, damper, and rougher surfaces – with less white efflorescence. Compressive Strength: 7 to 28 days showed an overall increase in strength, but effects of salinity could only be observed after 28 days. The samples tested lowered for pool IV from 9.23% to 12.89%, at 28 days and 42 days respectively.  Tensile strength: Concrete with cement type HE showed higher tensile strength compared to both PCC and OPC, between 2.413.11 MPa. Permeability: Tends to decrease as salinity increases, criteria for watertight concrete showed HE was well within 50 mm limit; averaging between 22.67-45.52 mm.  Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Test: Curing method B had all pools marginally higher pulse speeds, with a more significant reduction in Pool IV. A relationship between high DIC to permeability can be found, but not for UPV to salinity levels.  DIC: Were able to identify strain major and strain minor; as well as stress vs strain that were graphed with high reliability of data. Further research may consider controlled indoor environments, increasing the number of samples tested, and extended curing durations could be recommended for further research. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiyya Izzah Aini
"Beton adalah material utama dalam industri konstruksi untuk struktur yang memerlukan daya dukung tinggi, namun kualitasnya dapat terpengaruh oleh lingkungan, terutama salinitas air laut yang dapat menyebabkan kerusakan melalui reaksi kimia dan fisika. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh salinitas terhadap kekuatan beton yang menggunakan semen tipe PCC, yang memiliki emisi CO2 sebesar 32% lebih rendah dibandingkan OPC, dengan target mutu beton 41.4 MPa. Uji dilakukan untuk mengukur kuat tekan, kuat tarik, dan permeabilitas beton pada umur 7, 28, dan 42 hari dengan berbagai tingkat salinitas dan durasi curing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas tidak secara signifikan mempengaruhi kuat tekan beton, namun ada perbedaan dalam kekuatan tarik dan permeabilitas tergantung pada kondisi salinitas. Beton PCC terbukti efektif pada salinitas rendah tetapi tidak cocok untuk paparan langsung oleh air laut dalam jangka panjang. Temuan ini menunjukkan bahwa PCC merupakan alternatif ramah lingkungan dengan kinerja yang memadai untuk aplikasi konstruksi di daerah rawan salinitas, namun memerlukan perhatian khusus untuk kondisi paparan air laut secara langsung.

Concrete is a primary material in the construction industry for structures requiring high load-bearing capacity, but its quality can be affected by environmental factors, particularly the salinity of seawater, which can cause damage through chemical and physical reactions. This study evaluates the impact of salinity on the strength of concrete using Portland Composite Cement (PCC), which has 32% lower CO2 emissions compared to Ordinary Portland Cement (OPC), with a target strength of 41.4 MPa. Tests were conducted to measure compressive strength, tensile strength, and permeability of the concrete at 7, 28, and 42 days of age under various salinity levels and curing durations. The results show that salinity does not significantly affect the compressive strength of the concrete, though there are differences in tensile strength and permeability depending on salinity conditions. PCC concrete is found to be effective in low salinity environments but is not suitable for direct exposure to seawater over the long term. These findings suggest that PCC is an environmentally friendly alternative with adequate performance for construction applications in saline-prone areas, but requires special consideration for direct seawater exposure"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dhani Anwar
"Pengelolaan struktur bangunan yang optimal memiliki peran penting dalam memastikan keselamatan dan daya tahan bangunan. Di Indonesia, peningkatan jumlah bangunan bertingkat sejak tahun 1990-an menyebabkan semakin banyaknya kasus kerusakan struktural. Kerusakan struktur bangunan diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat: ringan, sedang, dan berat. Beberapa insiden kegagalan struktur di Indonesia, seperti runtuhnya lantai mezzanine di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018 dan ambruknya atap SDN Gentong pada tahun 2019, telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas konstruksi dan manajemen risiko. Kegagalan struktur tersebut berdampak langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi individu, komunitas, hingga kebijakan nasional terkait keselamatan bangunan. Penyebab utama kegagalan struktur meliputi metode konstruksi yang tidak terperinci, mutu material yang tidak sesuai, serta kurangnya pertimbangan risiko dalam proses konstruksi. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR No. 24 Tahun 2008) mengklasifikasikan perbaikan struktur ke dalam rehabilitasi, renovasi, dan restorasi. Restorasi, yang melibatkan modifikasi struktural tanpa mengubah fungsi arsitektural, menjadi aspek penting dalam memastikan keselamatan dan fungsionalitas bangunan dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode restorasi struktur kolom dan balok berbasis Work Breakdown Structure (WBS) yang terintegrasi dengan analisis risiko guna meningkatkan kinerja mutu struktur bangunan. Metode penelitian mencakup studi literatur, validasi ahli, survei, serta analisis menggunakan metode Delphi. Hasil yang diharapkan adalah pengembangan kerangka restorasi berbasis WBS yang mempertimbangkan risiko secara sistematis dan efektif. Dengan menerapkan metode restorasi berbasis risiko yang lebih terperinci, kerusakan struktur dapat dikendalikan sebelum menimbulkan dampak yang lebih besar di kemudian hari.

The optimal management of building structures plays a crucial role in ensuring structural safety and longevity. In Indonesia, the rapid increase in high-rise buildings since the 1990s has led to a rise in structural deterioration. Structural damage in buildings is classified into three levels: minor, moderate, and severe. Several incidents of structural failures in Indonesia, such as the collapse of the mezzanine floor at the Indonesia Stock Exchange (BEI) building in 2018 and the roof collapse at SDN Gentong in 2019, have raised concerns about construction quality and risk management. These failures resulted in direct and indirect impacts, affecting individuals, communities, and even national policies on building safety. The underlying causes of structural failures include inadequate construction methods, poor material quality, and lack of risk considerations in the construction process. The Indonesian Ministry of Public Works and Housing (Permen PUPR No. 24/2008) classifies structural repairs into rehabilitation, renovation, and restoration. Restoration, which involves structural modifications without altering architectural functions, is crucial for ensuring the long-term safety and functionality of buildings. This research aims to compare restoration methods for columns and beams based on a risk-integrated Work Breakdown Structure (WBS) approach to enhance structural quality performance. The study involves literature reviews, expert validation, surveys, and analysis using the Delphi method. The expected outcome is a structured restoration framework that integrates risk considerations into WBS, allowing for systematic and effective restoration processes. By implementing a detailed risk-based restoration methodology, structural damage can be mitigated before causing severe consequences."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dzaki Muzhaffar
"Indonesia saat ini mengalami suatu fenomena kesenjangan antara jumlah kebutuhan dan ketersediaan rumah layak huni atau backlog. Dari tahun ke tahun, jumlah kesenjangan relatif merata di angka 12,7 unit dengan 93% kebutuhan berasal dari Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Kondisi tersebut menjadi tujuan untuk memperoleh solusi pembangunan rumah secara cepat, efisien, dan mudah diimplementasikan. Penerapan metode konstruksi modular menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, penerapan metode konstruksi modular dalam bangunan masih relatif baru di Indonesia dan tidak terlalu banyak dipahami oleh industri konstruksi terutama pemahaman dalam metode kerja yang berbeda dengan metode konvensional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat pembelajaran yang mampu mengintegrasikan model 3D BIM (Building Information Modelling) dan AR (Augmented Reality) untuk membantu visualisasi prosedur pemasangan bangunan modular dan penyambungannya dengan komponen sambungan intra-modul secara tiga dimensi (3D). Objek penelitian menggunakan proyek Gedung Hunian Pekerja Konstruksi yang berlokasi di IKN. Pengembangan alat integrasi AR-BIM berupa prototipe aplikasi yang dikembangkan menggunakan Autodesk AutoCAD, Revit, dan 3Ds max serta Unity3D dan Vuforia. Prototipe aplikasi AR-BIM akan diuji kepada mahasiswa teknik sipil untuk memperoleh efektivitas tingkat pemahaman dan tingkat kegunaan aplikasi sebagai alat pembelajaran.

Indonesia is currently experiencing a significant housing gap where the demand and supply of house is not balance. This gap has remained relatively constant over the years, with an estimated 12.7 million housing units, with 93% of which are to the needs of low income communities. This condition needs a development of fast, efficient, and easily implemented housing solutions. Modular construction methods offer a promising approach to address this issue. However, the implementation of modular construction in Indonesia remains relatively new and is not yet widely understood within the construction industry, particularly in work procedures, which differs substantially from conventional methods. Therefore, this study aims to develop an educational tool that integrates 3D Building Information Modeling (BIM) and Augmented Reality (AR) to support visualization of modular building assembly procedures, including intra-module connections in 3D. This research Construction Worker Housing Project located in the Nusantara Capital City (IKN) as a case study. The AR-BIM integration tool is developed as a prototype application using Autodesk AutoCAD, Revit, 3ds Max as well as Unity3D and Vuforia. The prototype is tested on civil engineering students to assess the effectiveness and usability for enhancing understanding as a learning tool. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library