Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ega Dyas Nindita
"Taman Sari merupakan sebuah taman yang dibuat di masa Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). Hal yang kerap muncul di benak orang mengenai Taman Sari adalah sebuah tempat di mana seorang sultan memilih satu dari para selir yang berendam di kolam untuk kesenangan pribadinya. Kolam tempat para selir berendam sembari dipilih oleh sri sultan berada di sebuah bagian dari Taman Sari, yaitu Pasiraman Umbul Winangun. Pertanyaan yang muncul adalah: betulkah Pasiraman Umbul Winangun merupakan tempat di mana para selir berperan sebagai obyek bagi si sultan? Betulkah pasiraman tersebut merupakan sebuah ruang profan? Apa yang sebenarnya terjadi di pasiraman tersebut? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dilakukan penelitian yang melibatkan studi literatur, observasi langsung di lapangan, wawancara, serta interpretasi. Periode yang difokuskan pada penelitian ini adalah Taman Sari di masa Sultan Hamengkubuwono I (pertengahan abad ke-18), karena masa itulah masa awal keberadaan Taman Sari dengan Pasiraman Umbul Winangun nya. Diskusi mengenai ruang dan gender yang selama ini banyak dijumpai lebih fokus pada kasus atau asumsi yang terjadi di dunia Barat. Terdapat perbedaan cukup mendasar antara kasus yang terjadi di Barat dan yang terjadi di Timur. Sebagai contoh kasus dalam tesis ini, wanita Jawa bukanlah wanita Eropa masa Victoria. Kajian terhadap aspek budaya Jawa, serta kaitannya dengan pandangan kosmologis Jawa, mengindikasikan adanya kesetaraan posisi antara pria dan wanita. Bagaimana Pasiraman Umbul Winangun ditempatkan pada kompleks Taman Sari juga mengindikasikan kesetaraan tersebut. Hasil analisis saya menemukan bahwa posisi Pasiraman Umbul Winangun tepat berada di sebuah persimpangan, di mana dua buah axis, axis yang dilewati oleh Sultan (Utara-Selatan) dan axis yang dilewati oleh klangenan (Timur-Barat), saling bertemu. Sumbu dari suatu perempatan memiliki makna sakral bagi banyak kebudayaan di Nusantara, tak terkecuali Jawa. Terkait dengan itu, kesetaraan peran antara Sultan dan klangenan di Pasiraman Umbul Winangun terindikasikan. Dari situ disimpulkan bahwa ruang pada pasiraman tersebut bukanlah ruang yang bersifat pria-sentris.

Taman Sari is a garden founded during the reign of Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). What comes up in mind when Taman Sari is mentioned is a place where the sultan chose one of his klangenans (concubines), who were in the pools, for his personal pleasure. The pools where the concubines bathed prior getting chosen by the sultan are located at a part of Taman Sari: the Pasiraman Umbul Winangun. Questions then came up: is it true that Pasiraman Umbul Winangun was a place where the concubines acted as objects for the sultan? Is the pasiraman (bathing place) really a profane space? What did really happen at the pasiraman ? In order to answer these questions, a research was conducted, involving literary studies, field observation at Taman Sari, interviews, and interpretation. The research focused on Taman Sari during the time of Sultan Hamengkubuwono I (mid 18th century), for it is the initial period of Taman Sari?s presence with its Pasiraman Umbul Winangun. Most discussions on space and gender tend to touch upon Western cases, or assumption of such cases. There is a basic difference between Western and Eastern cases in such subject. In the case discussed in this thesis, Javanese women were not European women of Victorian era. Studies on aspects of Javanese culture, with their relation to Javanese cosmological view, indicate that women were not that inferior to men. The manner in which Pasiraman Umbul Winangun is located within Taman Sari complex also indicates such lack of inferiority; My analysis found that the position of Pasiraman Umbul Winangun is located at the crossing where two axes?the one passed through by the Sultan (North-South) and the one passed through by klangenans (East- West)?meet. Such crossing has a sacred meaning in many cultures of Indonesia, including in Java. In relation to that, equality in roles between the Sultan and the klangenans is indicated. Based on this, it is concluded that the pasiraman was not a phallus-centric space."
Lengkap +
2010
T40871
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Aisha Zahra
"Seni telah memegang peranan penting dalam kehidupan dan peradaban manusia. Penempatan dan eksistensinya di lingkup publik memengaruhi penciptaan serta interpretasinya. Public art atau seni publik juga tentu memengaruhi citra dari sebuah ruang tempat ia berada. Kehadiran estetika dari seni berkontribusi dalam menimbulkan kesan tertentu pada ruang serta penggunanya. Skripsi ini membahas bagaimana karya seni publik yang diletakkan di Taman Suropati memengaruhi citra ruang serta kegiatan pengguna. Di Taman Suropati, terdapat beberapa bentuk praktek seni publik. Dikenal sebagai lokasi bersejarah, Taman Suropati merupakan tempat diletakkannya Monumen Perdamaian ASEAN dan rumah bagi kelompok seniman serta komunitas seni. Hubungan dan dampak dari objek serta aktivitas seni ini menjadi penting dan berpengaruh bagi kegiatan pengguna taman serta pengukuhan citranya sebagai ruang publik.

Art has been holding a great significance in humans life and civilization. Its placement and existence in public realm occurred a difference in its making and interpretation. Public art has undoubtedly also affected the image of space. Aesthetic presence of art is contributing a certain impact to the space and its users. This thesis analyzes how public arts located in Taman Suropati affects its users perception of space and gives a certain image to the space. In Taman Suropati, there are several kind of public art practices. Known as a historical place, Taman Suropati is a place of ASEANs Monument of Peace and now widely renowned as a home for groups of artists and art community. The connection and impact between these artistic objects and activities is substantial to influence parks users and affirming its image as a public space."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zubair
"ABSTRAK

Salah satu moda transportasi yang sedang berkembang pesat di wilayah Jabodetabek adalah Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line. Saat ini, Commuter Line menjadi best choice for urban transport. Tren peningkatan jumlah penumpang setiap tahun membuat PT. KCI selaku pengelola KRL Commuter Line kerap memperbaiki pelayanan yang diberikan. Sayangnya, proses peningkatan pelayanan yang dilakukan tidak diiringi dengan perubahan perilaku penumpang. Observasi menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan perilaku menyimpang penumpang di dalam ruangruang stasiun dan gerbong kereta. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan faktor-faktor perilaku menyimpang penumpang Commuter Line serta untuk mengkaji pola ruang perilaku melalui pendekatan sosiologi perkotaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed methods baik secara kuantiatif maupun kualitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis triangluasi yang dilengkapi oleh analisis keruangan serta regresi linier berganda. Hasil penelitian ini berupa kajian mendalam mengenai bentuk dan faktor perilaku penumpang serta visualisasi pola penyebaran ruang perilaku tersebut dalam ruang stasiun dan gerbong kereta.


ABSTRACT


One of the fastest growing modes of transportation in the Jabodetabek area is the Commuter Line Electric Rail (KRL). At present, Commuter Line is the best choice for urban transport. The trend of increasing passengers number every year makes PT. KCI as the manager of the Commuter Line often improves the services provided. Unfortunately, the service improvement process carried out is not accompanied by changes in passenger behavior. Observations indicate that there are still many deviant behaviors found in station spaces and train cars. Therefore, the purpose of this study is to determine the processes and factors of commuter line passenger deviant behavior and to examine patterns of behavior through urban sociology approaches. This research was carried out with a mixed methods approach both quantitatively and qualitatively. The analysis used in this study is a triangulation analysis technique that is complemented by spatial analysis and multiple linear regression. The results of this study are in the form of an in-depth study of the shape and factors of passenger behavior and visualization of the patterns of behavior distribution in the station space and train cars.

"
Lengkap +
2019
T54117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Djati Suryo Prameswari
"Arsitektur dapat hadir secara permanen maupun temporer. Arsitektur temporer sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari lewat berbagai macam bentuk, mulai dari arsitektur portabel pasca bencana, panggung hiburan, pameran maupun dalam festival. Kehadiran suatu bentuk arsitektur temporer mengubah pengalaman ruang di suatu ruang yang telah ada sebelumnya. Melalui arsitektur temporer, suatu tempat kembali didefinisikan dalam kurun waktu yang terbatas dan tidak tetap. Pengadaannya hanya dalam durasi tertentu karena pertimbangan siklus dan manajemen waktu.
Arsitektur temporer ini, dapat diadakan di mana saja, salah satunya di jalan. Bentuk dari arsitektur temporer di jalan bisa berupa benda-benda dekoratif saja ataupun struktur yang melibatkan aktivitas di dalamnya. Ruang jalan kembali dimaknai dan dialami secara berbeda saat arsitektur temporer diadakan di dalamnya. Makna jalan pun berubah, dari ruang sirkulasi kota menjadi suatu ruang dan tempat warga kota bersosialisasi.

Architecture can be presented permanently and temporarily. Temporary architectures are often encountered in everyday life through a variety of forms, ranging from post-disaster portable architecture, performance stage, exhibitions as well as in the festival. The presence of temporary architecture changed the experience of space that has already existed before. Through temporary architecture, a place is re-defined in the limited time period and not permanently. The procurement is only in specific duration due to the time cycle and time management.
These temporary architectures can be held anywhere including on street. Forms of temporary architecture on the street can be just decorative objects or structures that involve activities in it. Street space is re-interpreted and experienced differently when temporary architecture is created there. The meaning of the street is transformed, from the circulation space of the city into a space and place where people gather and socialize.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43558
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwieanita Ayuningtyas
"Perubahan demografis dan meningkatnya biaya transportasi dan perumahan di Perth menguatkan tujuan dijalankannya proyek ini. Hal-hal tersebut menjadi pondasi terbentuknya ide terkait dengan pembangunan perencanaan perumahan, termasuk pembangunan mixed use yang terdiri dari perumahan dengan harga terjangkau, perumahan pribadi, dan tempat komersil. Proyek ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menguji perancangan dan kebijaksanaan pemerintah dalam hal pembangunan mixed use di Midland, Australia bagian barat dengan menggunakan regulasi dari Midland Redevelopment Authority (MRA) sebagai pokok dasar dalam mempertimbangkan perencanaan spasial dan lainnya.
Sebagai tahap awal laporan ini, pendahuluan observasi akan mendiskusikan studi dalam sejarah perumahan di Australia sebagai pemicu kebutuhan akan perumahan di Australia bagian barat. Terfokus pada fenomena naiknya pasar perumahan dan gaya hidup sosio-ekonomi, melihat dari bagaimana permasalahan dalam pembangunan perumahan mempengaruhi populasi yang ada. Dalam hal ini, riset dilakukan berhubungan dengan tapak ruang Midland, mempelajari karakteristik dari kota tersebut untuk mendapatkan skema pembangunan yang berkualitas. Bab berikutnya akan mendeskripsikan langkah-langkah seperti studi preseden yang memiliki pembangunan serupa, dan studi literatur sebagai penunjang dalam prinsip-prinsip perumahan diikuti dengan analisis tapak ruang sebelum memasuki fase perancangan.
Laporan ini akan memperlihatkan pengusulan rencana revitalisasi baru di Midland untuk menyelesaikan masalah pertumbuhan populasi, keterjangkauan harga, efisiensi transportasi dan permasalahan lingkungan. Sebagai hasil akhir dari laporan ini adalah sebuah skema perumahan mixed use terjangkau yang berlokasi di bangunan yang sudah ada, yaitu stasiun kereta api terakhir di jalur kereta Midland, dengan memiliki konsep berorientasi dengan angkutan umum dan juga memiliki tipologi yang serupa dengan bangunan-bangunan disekitarnya.

Demographic change and the rising cost of transportation and housing in Perth are likely reinforce this project. These issues are shaping plans for design of associated housing developments, including mixed use that consists of affordable housing, private housing and also commercial development. This project here, which was aimed to exploring and testing the government planning and policy for making mixed use development in Midland, Western Australia by using regulations from Midland Redevelopment Authority (MRA) as the basic fundamental of spatial and other design consideration.
As the first stage of this report, the preliminary observation discusses research on history of Australian housing as the trigger of housing demand in Western Australia. In particular, focusing on the phenomenon related to the increased of housing market and the socio-economic lifestyle, how the housing problem affecting broad sectors of the population. While in this case the research is related to the site given, Midland, to study the characteristic of the city in order to provide a qualified development scheme. The next chapter will describes the following steps such as precedent studies on the similar development that can be adapted on the mixed use scheme, literature studies as a support on housing principles followed by site analysis before entering the design stage.
This report shows new proposal on Midland revitalization planning to solve the population growth, affordability, transport efficiency and environmental problems. As the result of this report is an affordable mixed use residential scheme located on the existing built-up area with a transit oriented concept and similar typology as the surrounding building.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christiana Farida E.
"Panti asuhan sebagai badan yang memberikan substitutive service menjadi tempat tinggal alternatif bagi anak-anak terlantar. Panti asuhan memiliki ruang-ruang semipublik yang terbatas untuk anak yang jumlahnya banyak sehingga terjadi berbagai persoalan dalam berkegiatan di dalamnya. Kajian teori menunjukkan bahwa dalam kegiatan bertinggal, manusia berusaha membangun ikatan positif dengan hunian yang berujung pada pemaknaannya sebagai home. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemaknaan itu, apakah panti asuhan telah dimaknai sebagai home oleh anak-anaknya dan bagaimana makna tersebut terjadi atau tercapai.
Hasil analisis menunjukkan parameter home hadir dalam Panti Asuhan Vincentius Putri. Sebagian besar anak menanggap panti asuhan sebagai home. Kehadiran home itu sendiri tidak lepas dari bagaimana mereka menggunakan ruang-ruang dalam panti asuhan.

Orphanage is an institution that provides substitutive service and shelter for abandoned children. The rooms in orphanage are semipublic and limited compared to large numbers of orphans, causing numerous problems to do daily activities. Theoretical studies showed that human basically tries to build a positive bond with his shelter. This bonding leads to deeper meaning in the residence, as home. Therefore, the purpose of this study is to determine how far the conception of orphanage as home by the orphans and how the conception is achieved.
The results show most of parameters present in Panti Asuhan Vincentius Putri. Most of orphans perceive orphanage as a home. The presence of home can not be separated from how they use space in this orphanage.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nuha Fahira Fahmy
"Skripsi ini membahas Bandara Soekarno-Hatta sebagai gerbang masuk negara dan bagaimana sebuah bandara mengkomunikasikan identitas sebuah negara. Tulisan ini menggunakan teori mengenai place dan Semiotika untuk memahami identitas yang terbaca pada Bandara Soekarno-Hatta. Place dapat didefinisikan sebagai tempat yang menunjukkan signifikansi konteks tempat ia berada serta memiliki signifikansi yang dapat berasal dari budaya, sejarah, dan lain-lain. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol yang dipakai di masyarakat dan perannya dalam mengkomunikasikan suatu ide, termasuk kajian arsitektur di era Pasca Modern. Arsitektur di era ini menunjukkan gaya arsitektur yang ingin membangkitkan kembali arsitektur yang lebih seimbang dari sisi fungsi dengan non-fungsi termasuk ornamen dan simbol identitas. Sebagai gerbang masuk negara, Bandara Soekarno-Hatta memiliki fungsi menyampaikan identitas negara dan memberikan kesan pertama kepada para pengunjung serta menyambut pulang orang-orang Indonesia. Oleh karena itu Bandara Soekarno-Hatta harus menjadi place yang menandakan bahwa pengunjung sedang berada di Indonesia dan identitas lokal seperti melalui penggunaan simbol dan penggunaan arsitektur tradisional dengan teknologi modern. Terminal 1 dan 2 mengangkat identitas Indonesia melalui arsitektur tradisional Jawa menekankan ide tentang place yang lebih spesifik. Sementara Terminal 3 mengangkat identitas Indonesia yang lebih modern dan lebih dominan dengan ide non-place yaitu bandara sebagai ruang transisi. Dari sini bisa dianalisis bahwa arsitektur Bandara Soekarno-Hatta menunjukkan identitas Indonesia yang terus berkembang.

This study explores Soekarno-Hatta Airport as the gateway to Indonesia and how the airport communicates Indonesia’s identity. This study uses theories of place and Semiotics to understand the identity of Soekarno-Hatta airport. Place can be defined as a space with a significant meaning that shows local contexts, coming from local culture, history, and identity. Semiotics is a study about symbols that is used in presenting certain meanings and it has a key role in communicating an identity. Architecture during the Postmodern era can be understood using semiotics such as the modern style that wants to revive architecture that is more balanced in function and non-function including ornaments and identity symbols. As a gateway to a country, Soekarno-Hatta Airport has a function to convey Indonesia’s identity and give first impressions toward visitors and welcome Indonesians home. Because of that, Soekarno-Hatta Airport has to be a place that signifies that visitors are currently in Indonesia, and that can be shown through the use of traditional architecture combined with modern technology or a narration throughout the airport that conveys its identity. Terminal 1 and 2 tell us about Indonesia’s identity from its traditional side and emphasizes the idea of place that is more specific, while Terminal 3 shows Indonesia in a modernized state and is more dominant in the idea of non-place which is the airport as a space of transition. From this study we can conclude that the architecture of Soekarno-Hatta Airport conveys a message about Indonesia’s identity that keeps on growing."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanditta Fitriwardhani
"Identitas sebuah kelompok dapat ditunjukkan melalui berbagai cara, mulai dari cara berpakaian hingga perwujudan secara arsitektural. Jika dilihat dari segi arsitektural, perwujudan fisik bangunan dilakukan untuk memperjelas batas teritori sebuah kelompok, dimana perwujudan fisik ini dilakukan dengan melakukan personalisasi pada teritori untuk menunjukkan identitas kelompok dan menunjukkan suatu ide akan kepemilikan tempat. Pada kehidupan bermasyarakat, kita pasti akan mengalami momen dimana kepentingan satu sama lain akan saling tumpang tindih, yang mau tidak mau kita harus memasuki teritori suatu individu atau kelompok. Namun, terkadang kita pernah mengalami rasa takut atau segan di dalam sebuah ruangan atau bangunan, dimana tanpa kita sadari, kita menunjukkan suatu perilaku non verbal untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, dan arsitektur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Personalisasi pada fisik bangunan terkadang dilakukan dengan memikirkan tujuan pribadi suatu kelompok, yaitu menunjukan identitas dan kepemilikan akan suatu tempat, namun seberapa penting suatu tempat bagi sebuah kelompok, pada dasarnya tetap berada di lingkungan publik yang mengharuskan sebuah tempat atau bangunan harus tetap ramah kepada publik. Sayangnya, seiring dengan berkembangnya zaman, arsitektur di Indonesia terlihat semakin egois, yang ditunjukkan dengan fungsi bangunan yang secara hakikat diperuntukkan bagi publik, terlihat hanya terfokus dengan bagaimana mereka menunjukkan identitas bangunan agar dapat menarik perhatian orang sebanyaknya untuk masuk ke dalam bangunan itu, namun tetap menegaskan kepemilikan suatu tempat yang seolah memilih siapa saja yang pantas untuk masuk ke dalam tempat tersebut.
Dapat disimpulkan, perwujudan fisik sebuah teritori komunitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang, khususnya orang yang bukan menjadi bagian dari komunitas. Hal ini membuktikan, bangunan bukanlah hanya perwujudan identitas pemiliknya, melainkan sebuah simbol bagi publik yang dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap sebuah bangunan atau lingkungan.

The identity of a group can be demonstrated through a variety of ways, ranging from how to dress to an architectural manifestation. In architectural terms, building physical manifestation is made to clarify the boundaries of a group‟s territorial, in which it is made by personalizing the territory to indicating the identity of the group and to show the idea of a place‟s ownership. In public life, we will be facing a moment where the interests of one and another will be overlapping, and inevitably we have to enter the particular territory. However, sometimes we feel fear or reluctant in a room or building, unconsciously, we show a non-verbal behavior to express these feelings. These can be influenced by various factors, and architecture became one of the factors that influence a person's behavior.
Personalization on the physical building, sometimes, is only thinking about personal goals, such as to show their identity and ownership of the place, but how important is a place for a group, basically they still remain in a public environment which they should be friendly to the public. Unfortunately, along with the development of the times, the architecture in Indonesia looks increasingly selfish, as indicated by function of the buildings that supposed to be dedicated to the public, however, it looks only focusing with how to show their identity in order to attract people's attention as much as they can, but they still emphasize to the ownership of a place that seems to choose who deserves to get into the venue.
It can be concluded, the physical manifestation of a community‟s territory affects person‟s behavior, especially someone who is not a part of the community. This proves, building is not only a manifestation of the identity of the owner, but as a symbol for the public that can influence their perception of a building or environment.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shilta Finella
"Skripsi ini membahas konsep “ide” dan “ideal” yang digagas oleh Plato dan menerapkannya ke dalam arsitektur. Alur pembahasannya dimulai dari penelaahan konsep ideal yang sebenarnya eksis dalam pemahaman masyarakat awam dan bagaimana konsep ini awalnya diperkenalkan oleh Plato. Berikutnya, penerapan konsep ini dalam arsitektur akan mengacu pada zaman Vitruvius yang memulai diskusi tentang bidang ilmu arsitektur. Pengerucutan pembahasan adalah dalam ide yang digagas Vitruvius mengenai arsitektur yang indah. Arsitektur yang indah adalah yang menerapkan prinsip-prinsip proporsi dan simetri dalam rancangannya. Kemudian, untuk melihat dengan jelas hadirnya prinsip keindahan ini, pembahasan akan mengerucut lagi ke media representasi ide arsitektur yaitu foto. Foto memiliki dualitas dalam posisinya terhadap teori Plato. Foto bisa dinilai ideal, tapi pada saat yang sama mustahil ideal. Terlepas dari manfaat-manfaat yang dirasakan lewat penelaahan teori ide Plato dan fotografi, penalaran dan logika Plato memiliki kekurangan. Fotografi ternyata terikat konteks yang membuatnya menjadi media representasi yang penerapan ide dan idealnya berbeda dengan gagasan Plato. Akhirnya, setelah menganalisanya berdasarkan teori ide Plato, kita sampai pada satu kesimpulan. Logika Plato berlaku selama cakupannya adalah manusia dan pikirannya.

The focus of this study is discussion about the concept of “idea” and “ideal” initiated by Plato and then apply it into the architecture. The flow of the discussion starts from a review of the concept of the ideal that truly exists in the understanding of ordinary people and how this concept was originally introduced by Plato. Next, the application of this concept in architecture will be based on Vitruvius who started the discussion about the architecture. The convergence discussion is the idea initiated by Vitruvius about what makes architecture beautiful. Architecture that is beauty applying the principles of proportion and symmetry in its design. Then, to see clearly the presence of this beauty principles, the discussion will be pursed again to the representation of the architectural ideas through photo. Photos have a duality in the theory of Plato's position. Photos can be considered ideal, but at the same time impossible ideal. Regardless of the benefits through the study of Plato's theory of idea and photography, Plato’s logic has its drawbacks. Photography turned out to be bound to the context that makes its application about idea and ideal different from Plato. Finally, after analyzing it based on Plato's theory of idea, we arrive at a conclusion. Plato’s Logic scope is valid only for human and his mind.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherina La Rubatt
"ABSTRAK
Adanya kendala perizinan mendirikan gereja memicu umat Kristen mencari
alternatif pengadaan tempat ibadah. Salah satunya dengan menginsersikannya ke
dalam bangunan yang sudah ada. Skripsi ini mengangkat studi kasus Gereja Kristen
Indonesia (GKI) Jatibening yang bertempat di rumah jemaatnya secara bergantian.
Permasalahan yang dibahas yaitu proses gereja tersebut diproduksi, dan perubahan
pola ruang dalam (interior) apa saja yang terjadi. Dari temuan didapat kesimpulan
bahwa dalam proses produksi gereja mandiri lebih didominasi simbol dan bentuk
fisik atas relasi manusia dengan Tuhan. Sedangkan pada gereja di rumah, terdapat
perbedaan kualitas ruang yang secara mendasar disebabkan oleh jarak, yang
walaupun menjadi keterbatasan, tetapi di sisi lain menghadirkan peluang
berinteraksi dan membina relasi antar pelaku kebaktian.

ABSTRACT
The existence of permit constraints for building a church led the Christians in
Indonesia to seek an alternative way in providing a space to worship. One of the
methods is by inserting the worship place within the existing buildings. This thesis
will discuss the case study of Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jatibening
congregation, which takes place inside the houses of its Christian adherent. Issues
that will be discussed centered on production processes of congregation and the
changes of pattern within the inner space (interior). The findings on this case study
concluded that production process of standalone congregation is dominated by
symbols and physical form of human and God relationship. While for the
congregation inside a house, there’s a fundamental difference of spatial quality as
result of distance that has become a limit, but on the other hand, it creates a chance
for interaction and initiate relation between the worshiper"
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>