Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah
"ABSTRAK
Permasalahan kependudukan yang saat ini dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya angka Unmet need KB. Secara umum persentase unmet need di perkotaan lebih rendah dibandingkan perdesaan, namun tren di perkotaan justru mengalami peningkatan sedangkan di perdesaan sudah mengalami penurunan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB di daerah perkotaan dan perdesaan. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan menganalisis data SDKI 2012. Sampel penelitian ini adalah WUS kawin/hidup bersama dengan rentang umur 15-49 tahun yang berjumlah 24510 responden. Analisis multivariat dilakukan dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian unmet need di perkotaan 16 % dan di perdesaan 15,1%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need di perkotaan adalah umur, pendidikan ibu, pendidikan suami, tingkat ekonomi, tempat tinggal (kebersamaan tinggal), pengetahuan dan jumlah anak ideal, dan yang paling dominan berhubungan adalah umur. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need di perdesaan adalah umur, pendidikan suami, tingkat ekonomi, tempat tinggal (kebersamaan tinggal), pengetahuan dan jumlah anak ideal, dan yang paling dominan berhubungan adalah tempat tinggal (kebersamaan tinggal). Sebaiknya pemberian informasi/persuasi KB lebih ditekankan pada wanita usia >35 tahun dan edukasi yang lebih intens pada kelompok ibu yang tinggal terpisah dari suami. Analisis lanjut secara komperhensif tentang berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian unmeetneed perlu dilakukan.

ABSTRACT
One of population problems currently faced in Indonesia is high rate of Unmet need for family planning. In General, the percentage of unmet need in urban areas lower than rural, but urban trends actually increased while the countryside has experienced a downturn.
The aims of this research is to identify the factors associated with the incidence of unmet need for family planning in urban and rural areas. The design used is cross sectional by analyzing the SDKI data 2012. The sample of this research is the fertile woman aged 15-49 year who marriage or live together with patner, totalling 24.510 respondents. Multivariate analysis performed with logistic regression.
The results showed that the incidence of unmet need in urban areas 16 % and in rural areas 15.1%. Factors related to the incidence of unmet need in urban areas is the mother's education, age, education, economic level, the husband's residence (togetherness), knowledge and the ideal number of children, and the most dominant touch is age. Whereas the factors associated with the incidence of unmet need in rural areas is the age, education, economic level, the husband's residence (togetherness), knowledge and the ideal number of children, and the most dominant touch is the residence (living being). Providing better information about family planning and more persuasion especially for women 35 years and more are needed. Education more intense for woman living apart from husband should be hold. Further a comprehensive analysis of various factors associated with an occurrence unmet need should been done.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T41931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Izzah Dienillah
"BBLR merupakan salah satu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat. Di Indonesia, prevalensi BBLR mengalami stagnanisasi bahkan meningkat yaitu 6,7% pada 2007 menjadi 7,3% pada 2012. Banyak faktor yang memengaruhi BBLR, salah satunya adalah pelayanan ANC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan frekuensi dan kualitas pelayanan ANC terhadap kejadian BBLR dengan menggunakan data SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner SDKI 2012. Study participant dalam studi ini sebanyak 13.413 Hasil analisis ditemukan prevalensi BBLR sebesar 6,9%. Karateristik BBLR lahir dengan berat badan rata-rata yaitu 2055,11 gr dan berat badan terendah lahir dengan berat 700 gr. Faktor yang secara statitstik berhubungan dengan BBLR adalah frekuensi, kualitas ANC, pekerjaan ibu pendidikan ibu, komplikasi kehamilan, paritas, dan status ekonomi. Dari hasil analisis logistic regression ditemukan ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan serta mendapatkan frekuensi ANC yang buruk, memiliki risiko melahirkan BBLR 2,772 kali dibandingkan ibu yang tidak mengalami riwayat komplikasi kehamilan dan mendapatkan frekuensi ANC yang baik. Serta ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal dengan kualitas buruk berisiko 1,126 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal baik setelah dikontrol variabel frekuensi ANC. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan frekuensi dan kualitas ANC dengan BBLR tidak signifikan dengan mempertimbangkan p value >0,05 dan CI rentangnya melewati angka 1. Terdapat potensi bias seleksi yang besar dimana missing pada studi partisipan sebanyak 19%.

LBW is one of indicators to describe public health. In Indonesia, the prevalence of LBW increased by 6.7% in 2007 to 7.3% in 2012. Many factors affect the LBW, one of which is the ANC. This study aims to see the relationship of frequency and quality of ANC service to the occurrence of LBW by using data of SDKI 2012. This is a cross sectional study using the questionnaire SDKI 2012. Study participant in this study as many as 13,413. The results showed the prevalence of LBW by 6.9% . Characteristics of LBW was born with an average body weight of 2055.11 gr and the lowest is 700 gr. Factors that are statistically associated with LBW are frequency, ANC quality, maternal education, work, pregnancy complications, parity, and economic status. From the results of logistic regression analysis found that women with a history of complications and lack of ANC frequency, has a risk of giving birth to LBW 2,772 times to mothers who had no pregnancy complication and had good ANC. As well as mothers who received quality antenatal service with poor quality 1.126 times larger to give birth to LBW with mothers who have good quality antenatal care after controlled by ANC frequency. However, the results of this analysis show that the relationship of frequency and quality of ANC to BBLR is not significant with p value> 0,05 and CI range exceeds the number 1. There is a large selection potential bias which showed by 19% missing data from eligible population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwika Sari Sasoka
"Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator pembangunan suatu bangsa. Kematian neonatal (0-28 hari) menyumbang lebih dari setengah (59,4%) kematian bayi. Berdasarkan data SDKI 2012 angka kematian neonatal mengalami penurunan sebesar 41% dari 32/1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun pada dua periode terakhir angka kematian neonatal stagnan di angka 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan 2012. Salah satu faktor yag dapat meningkatkan kematian neonatal adalah jarak kelahiran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak kelahiran yang berkontribusi dan hubungannya terhadap kejadian kematian neonatal. Penelitian ini merupakan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol dengan sampel sebanyak 102 kasus dan 306 kontrol. Kasus adalah bayi yang mengalami kematian neonatal dan merupakan anak terakhir pada persalinan tunggal. Dan kontrol adalah bayi yang hidup melewati usia 28 hari.
Hasil analsis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik , didapatkan adanya perbedaan risiko yang signifikan untuk terjadinya kematian neonatal antara ibu dengan jarak kelahiran < 27 bulan dan jarak kelahiran > 78 bulan dibandingkan dengan jarak kelahiran 28-77 bulan. Ibu yang memiliki jarak kelahiran <27 bulan memiliki risiko 2,2 kali (95%CI : 1,274- 3,822) mengalami kematian neonatal dibandingkan ibu dengan jarak kelahiran 28-77 bulan. Risiko juga meningkat bila jarak kelahiran >78 bulan,, ibu dengan jarak kelahiran >78 bulan memiliki risiko untuk mengalami kematian neonatal sebesar 1,95 kali (95% CI : 1,126-3,368) bila dibandingkan dengan jarak kelahiran 28-77 bulan.

Infant Mortality Rate is one of development indicator from a nation. Neonatal mortality (0-28 days) accounts for more than half (59.4%) of infant mortality. Based on the 2012 IDHS data the neonatal mortality rate decreased by 41%, from 32/1000 live births in 1991 to 19/1000 live births in 2007. But in the last two periods, there are stagnant condition of neonatal mortality rate, which is 19/1000 live births in 2007 and 2012. One of the factors that can increase neonatal mortality is birth spacing.
This study aims to know the relationship between birth spacing and the incidence of neonatal death. This research is an analysis of data of Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI) 2012. The research design is using case control study with the number of sample are 102 cases and 306 controls. Cases are infants who have neonatal death and the last child in a single labor. And control is a baby that lives past the age of 28 days.
Multivariate analysis is using logistic regression showed that there was a significant difference of risk for neonatal mortality between mothers with birth spacing <27 months and birth spacing of > 78 months compared with 28-77 month of birth spacing. Mothers with birth spacing <27 month had a 2.2 times (95% CI: 1,274-3,822) risk of neonatal mortality compared to mothers at 28-77 months of birth spacing. The risk also increased when birth spacing is > 78 months, mothers with birth spacing > 78 months had a risk of neonatal deaths of 1.95 times (95% CI: 1,126-3,368) compared with 28-77 months of birth spacing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library