Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Adinda Meidisa Akhmad
Abstrak :
Latar Belakang: Kateter vena sentral merupakan alat yang rutin dipasang oleh anestesiologis pada pembedahan jantung terbuka. Namun, kedalaman pemasangan kateter vena sentral yang tidak tepat dapat menyebabkan komplikasi atau penggunaannya suboptimal. Penelitian Yoon, 2006 dilakukan pada anak dengan penyakit jantung bawaan di Asia dan menghasilkan rumus prediksi kedalaman kateter vena sentral. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah rumus Yoon dapat digunakan pada populasi anak dengan PJB di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan uji observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang dan melibatkan 38 pasien yang menjalani pembedahan jantung terbuka di RSCM. Kedalaman kateter vena sentral ditentukan menggunakan rumus Yoon. Konfirmasi ketepatan kedalaman kateter vena sentral dilakukan dengan menggunakan transesophageal echocardiography untuk melihat posisi ujung kateter terhadap pertemuan vena kava superior dan atrium kanan.
Hasil: Rumus Yoon dapat secara tepat memprediksi kedalaman kateter vena sentral pada 63,16% pemasangan. Tidak ada komplikasi dari pemasangan kateter vena sentral yang terlalu dalam.
Simpulan: Rumus Yoon kurang tepat digunakan sebagai pedoman dalam memprediksi kedalaman kateter vena sentral pada pasien anak dengan PJB di Indonesia, namun masih dapat diaplikasikan secara klinis.
......Introduction: Central venous catheter is a routinely-inserted tool by the anesthesiologists in open-heart surgery. However, incorrect depth of central venous catheter placement may lead to complications or suboptimal usage. Yoon’s research in 2006 was done in pediatrics with congenital heart disease in Asia and develop a prediction formula for the depth of central venous catheter. The purpose of this study is to prove if Yoon’s formula can be applied in pediatric patients with congenital heart disease in Indonesia.
Methods: This is an analytic observational study with cross-sectional study design involving 38 patients who underwent open-heart surgery in RSCM. The depth of central venous catheter placement determined by Yoon’s formula. Confirmation of the accuracy of depth of central venous catheter was done by using transesophageal echocardiography to assess the position of the tip of central venous catheter from the cavoatrial junction.
Results: Yoon’s formula is able to predict the optimal depth of the central vein catheter in 63,16% of the time. There was not any complication in too advance of central venous catheter placement.
Conclusion: Yoon’s formula is not appropriately to be used as a guidance to predict the depth of central vein catheter inpediatric patients with congenital heart disease in Indonesia, but it can be still applied clinically.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Gunawan Sukoco
Abstrak :
Latar belakang: Kecemasan prabedah timbul dari aspek pembedahan maupun aspek anestesi. Pencegahan kecemasan prabedah dengan pendekatan non farmakologis misalnya edukasi, dapat mengurangi efek samping dari penggunaan obat-obatan pada intervensi farmakologis. Penelitian ini membandingkan metode audiovisual dan penjelasan secara verbal sebagai medium edukasi untuk menurunkan kecemasan pasien yang akan menjalani operasi dengan anestesia spinal.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal yang mengikutsertakan 74 pasien dewasa di Poli Perioperatif RSCM. Sampel dibagi 2 kelompok dengan metode acak, 37 sampel di tiap kelompok audiovisual dan kelompok verbal. Penilaian kecemasan dilakukan sebelum dan sesudah edukasi menggunakan kuesioner Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS).
Hasil: Sebanyak 74 subjek penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi dibagi dalam dua kelompok, kelompok audiovisual dan kelompok penjelasan verbal. Tingkat kecemasan seluruh pasien sebelum edukasi 11 (4–20). Tingkat kecemasan pascaedukasi di kelompok verbal adalah 8 (4–18), dikelompok audiovisual 8 (4–18). Perubahan tingkat kecemasan pascaedukasi berbeda bermakna pada kelompok audiovisual dibandingkan kelompok verbal, (2 (-3 – 14) vs 1 (-3 – 8); p=0,046).
Simpulan: Metode audiovisual dengan videoedukasi sebagai medium edukasi lebih baik dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani anestesia spinal dibandingkan penjelasan verbal.
......Background: Anesthesia and surgery can induce preoperative anxiety. Non-pharmacological approaches like education have been used to alleviate preoperative anxiety and pharmacological interventions. One form of preoperative education is audiovisual method. This study compares preoperative education methods using audiovisual vs standard verbal explanations in reducing preoperative anxiety prior to surgery under spinal anesthesia.
Methods: This research is a single-blind randomized clinical trial including 74 patients at the Perioperative Clinic of RSCM. Subjects randomly divided into audiovisual and verbal explanation group. Preoperative anxiety was assessed before and after education using Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) questionnaire.
Results: A total of 74 subjects were included in this study. Subjects randomly allocated into two groups: audiovisual (n=37) and verbal explanation (n=37). Median for the level of anxiety for all patients before education was 11 (4–20). Median for post-education anxiety level in the verbal group was 8 (4–18), vs 8 (4–18) in the audiovisual group. Change in anxiety levels was significantly different in audiovisual compared to verbal (2 (-3 – 14) vs 1 (-3 – 8); p=0.046).
Conclusion: Preoperative education using audiovisual method through video is more effective in reducing anxiety level of patients undergoing spinal anesthesia compared to verbal explanations.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library