Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Chairul Anwar
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1994
D1787
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maswadi Rauf
"ABSTRACT
The study of the effects of, communication on political participation in Bali is based on studies of a research team formed by LEKNASLIPI (the National Institute for Social and Economic Research, the Indonesian Science Institute) on the social effects of television on rural Indonesia. In the present study, political participation is regarded as a dependent variable that is studied in relationship with an independent variable of mass media. Closely related to the mass media variable is the role of opinion leaders. All these are studied in the early period of the television era in Bali. The study will investigate how mass media development influences the level of political participation. In order to explain the dependent variable more fully, some other variables that are regarded as playing important roles are also included in the study.. These variables are level of education, literacy, occupation, and economic capability.
Political participation and political communication, as they are conceived of by the present study, are two terms that are closely related. The two terms have seemingly two rather different meanings, but conceptually their meanings are overlapping. The differences of the two terms lie in their emphasis. The emphasis of political participation is on the act of participation vis-à-vis the government, whereas the emphasis of political communication is on the flow of political messages. Political communication is inherent in political participation, and there is no political participation without political communication because political participation always contains the flow of messages directed to the government in order to influence the decision-making process. Since the terms political participation and political communication play dominant roles throughout this study, they deserve some more explication, which can be found in sections 1 and 2 of this chapter, respectively.
Besides these two terms, two other subjects are dealt with in this chapter: one is the discussion on the channels of communication and the other concerns the data-collecting and data analysis of this study. Like the discussion on political participation and political communication, the analysis of the channels of communication is intended to ex-plain some communication terms used in this study. This part also deals with mass media and the opinion leadership. The last section of this chapter discusses the research methodology of this study and the way the data are analyzed.
1. Political Participation
The study of political participation has been closely related to the study of democracy in general. The basic assumption is that participation in politics is indispensable in creating a democratic political system. Even though the term has been widely used, it does not mean that scholars dealing with the term include the same set of political activities in their analysis of political participation. Some scholars include certain political activities in their analysis of the term, some do not."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1981
D279
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishadi SK
"Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisis kritis terhadap proses produksi teks berita di ruang berita tiga stasiun televisi: RCTI, SCTV dan Indosiar dalam konteks menjelang berakhirnya pemerintahan Soeharto bulan Mei 1998. Pada periode tersebut terdapat suatu perubahan di dalam proses produksi berita yang tampak jelas pada perubahan teks berita di tiga stasiun televisi tersebut. Dari yang semula menjaga jarak dengan mahasiswa dan gerakan reformasi menjadi mendukung gerakan reformasi dan mahasiswa, khususnya setelah tragedi Trisakti, 12 Mei 1998.
News room tidak lagi sebuah"black box" yang steril, karena ada kepentingan bisnis dan politik, yang menentukan berita yang diungkap oleh sebuah ruang pemberitaan stasiun televisi (Murdock and Golding: 1974, Graham: 1990, MC.Chesney: 1992, Gandy Jr: 1992, serta Fuller: 1996). Kegiatan membuat berita menurut Tuchman (1978) telah menjadi kegiatan mengkonstruksi realitas ketimbang menggambarkan sebuah realitas. Ketika melakukan kegiatan mengkonstruksi realitas itu terjadi banyak konflik kepentingan khususnya dengan kalangan industri di luar media. Paling besar adalah dari "Publisher" (Warren Breed:1955) dan pemilik modal (Mc Quail: 2002).
Dengan gambaran seperti itu, pada akhirnya jurnalis sekarang ini harus bekerja dalam dua tekanan yang saling bertentangan antara idealisme dan bisnis. Pada konteks media di Indonesia, berbagai literatur menunjukkan situasinya lebih sulit karena terdapat praktek-praktek hegemoni yang sejak awal didesain oleh penguasa yang dalam beberapa situasi mengalahkan kepentingan-kepentingan pasar. Diantaranya monopoli kertas koran, monopoli pemberian izin televisi swasta untuk kepentingan politik dan ekonomi sepihak. (Dhakidae: 1991, Romano:1999, Hill:2000, Kitley: 2000)
Penghapusan iklan di TVRI tahun 1981 adalah contoh lain yang jelas mengedepankan kontrol terhadap televisi daripada kepentingan pasar. Langkah pemerintahan Presiden Soeharto untuk memperkuat hegemoni di media khususnya televisi menimbulkan gerakan-gerakan kontra hegemoni yang terasa didalam ruang berita tiga stasiun televisi swasta yang diteliti.
Berdasarkan pemaparan hal tersebut diatas, penelitian ini selanjutnya akan menitik beratkan pada upaya penggarnbaran bagaimana sesungguhnya bentuk wacana media menjelang Presiden Soeharto mengundurkan diri terutama dikaitkan dengan proses produksi berita dan tarik menarik kepentingan dari berbagai pihak yang mempengaruhi sistim kerja di pemberitaan.
Pendekatan yang dilakukan dalam penefitian ini adalah ekonomi politik kritikal seperti dikembangkan oleh Graham dan Murdock (1992). Pendekatan ekonomi politik kritikal mempunyai beberapa sikap dasar, yakni : (1) holistik, (2) historikal (3) Peduli terhadap perimbangan antara enterprise kapitalis dengan intervensi publik, (4) Terikat pada permasalahan keadilan, kesetaraan dan "public good".
TUJUAN PENELITIAN.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengindentifikasi faktor-faktor "socio cultural" Indonesia yang mempengaruhi proses pendirian televisi di Indonesia, mengindentifikasi proses produksi dan konsumsi wacana media di tiga stasiun televisi swasta: RCT1, SCTV dan Indosiar, membongkar nilai ideologi yang melekat dalam wacana media berita pada proses legitimasi dan de-legitimasi Presiden Soeharto.
KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini menggunakan perspektif teori kritis dengan pertimbangan perspektif ini bisa lebih dalam membongkar permasalahan yang terjadi di "news room" dengan cara: (1) memahami pengalaman langsung dari orang yang terlibat secara langsung dalam masalah yang diteliti; (2) berusaha untuk menyelidiki kondisi-kondisi sosial untuk mengungkap peraturan yang merugikan yang biasanya tidak tampak dan tersembunyi dibalik peristiwa sehari-hari; (3) senantiasa melakukan upaya untuk memadukan teori dan tindakan.
METEDOLOGI PENELITIAN
Sebagai konsekwensi dari penggunaan perspektif kritis, metedologi penelitian yang akan dilakukan juga akan menggunakan paradigma kritis yang terdapat dalam dimensi ontologis, epistimologis, aksiologis dan metedologis. Selanjutnya dengan metode penelitian kualitatif akan diteliti tiga subyek satuan analisis yaitu: (1) struktur ekonomi politik Indonesia; (2) organisasi perusahaan televisi swasta; (3) teks berita televisi.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan penelitian diantaranya: (1) proses hegemoni media televisi di Indonesia telah dimulai sejak didirikannya TVRI tahun 1962 dengan menempatkan TVRI dibawah Yayasan yang langsung dimpimpin oleh Presiden Sukarno. Dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, hegemoni televisi dilakukan dengan memberikan hak pendirian televisi swasta hanya kepada keluarga dan orang-orang terdekatnya.; (2) proses penguatan hegemoni ini menimbulkan gerakan kontra hegemoni yang didalam ruang berita diwakili oleh para jurnalis yang berfikiran idealis; (3) Perlawanan terhadap hegemoni pemerintah yang dilakukan oleh para jurnalis menempatkan mereka pada posisi "spoiler" dan "supporter? pada situasi dan kurun waktu yang berbeda; (4) penelitian ini menemukan paling tidak ada enam belas titik waktu sejarah yang menunjukkan terjadinya tarik menarik antara jurnalis dengan pemilik yang terlihat pada proses produksi maupun konsumsi berita; (5) proses tarik menarik ini yang menunjukkan meningkat dan menurunnya kekuatan agen dan struktur sangat dipengaruhi oleh situasi pada tatanan makro (socio cultural) yang melingkupi media televisi yang bersangkutan; (6) kontestasi antara pemilik dan jurnalis mencapai puncaknya setelah terjadi tragedi Trisakti 12 Mei 1998 yang ditunjukkan dalam berbagai kegiatan yang berlangsung di ruang berita RCTI, SCTV dan Indosiar sampai dengan 21 Mei 1998 ketika saat jatuhnya kekuasan Presiden Soeharto; (7) dalam tataran teks khususnya setelah 12 Mei 1998, pertarungan kepentingan muncul dalam beberapa issue yang dikembangkan antara lain issue demoktratisasi, HAM, KKN, kerusuhan dan demonstrasi mahasiswa.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI TEORITIS
Peluang para jurnalis untuk mempengaruhi proses produksi sehingga terjadi perubahan isi teks terjadi pada suatu konteks historis yang spesifik yang berawal pada krisis moneter tahun 1997 dan mencapai puncaknya pada tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Setelah berakhirnya hegemoni terhadap media oleh penguasa Orde Baru, ancaman hegemoni terhadap media beralih ke tarik menarik kepentingan pasar yang ditimbulkan oleh semangat "neoliberalisme" dan kapitalisme global (dari "state regulation" ke "market regulation") maka itu diperlukan perbaikan "rules and resources" antara lain melalui sebuah lembaga "arbitrase" yang independen. Diperlukan juga suatu perangkat kode etik yang dapat menghidarkan terjadinya ketidakadilan yang diakibatkan oleh tarik menarik kepentingan idealisme dan bisnis. Memperkuat basis para jurnalis dengan peningkatan pengetahuan (knowledge is power) sehingga sadar akan upaya-upaya membangun "false consciousness"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
D515
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library