Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emma Indirawati
"Penyusunan modul pelatihan pembentukan identitas diri remaja ini dilakukan berawal dari Igeprihatinan penulis dengan keadaan remaja kita yang banyak melakukan perilaku yang kurang baik. Padahal jika disadari, berbagai perilaku negatif tersebut dilakukan rernaja karena mereka masih bingung dengan siapa dirinya dan bagaimana peran yang harus dilakukannya dalam masyarakat. Jadi pemtasalahan seputar pembentukan identitas diri adalah sejauhmana remaja bisa menentukan peranan sosial yang akan dipilihnya dalam kehidupan selanjutnya (Atkinson, Atkinson, dan Hilgrad, 1996). Oleh karena ilu, penulis melihat diperlukannya sebuah pelatihan unttlk rnembekali remaja dalam membentuk identitas dirinya melalui berbagai materi yang berkait erat dengan identitas diri. Pelatihan yang diranoang untuk dilakukan selama 2 hari ini akan diawali dengan pretest Q-sort yang mengukur sejauhmana konsep diri pada remaja telah terbentuk. Keniudian materi -materi yang akan disampaikan IVsecara berturutan adalah remaja seputar karalcteristik dan permasalahannya, teori psikososial Eriksonb yang akan membahas krisis identitas pada remaja, kecenderungan konformitas pada remaja yang berada dalam krisis identitas, kaimu amara idenmas diri dengan konseg din dan bagaimana membenwk konsep diri menjadi ideal. Setelah itu, sebulan kemudian para peserta diminta berkumpul kembali untuk mengikuti postes Q sort, untuk dilihat sejauhmana perkembangan konsep dirinya. Sebelumnya, penyusunan modul ini telah diujikan pada 3 orang sampel siswa yang berasal dari 3 sekolah yang berbeda, seorang siswa putri berasal dari SMU Labschool, seorang siswa putri lain bersekolah di SMU Diponegoro, Rawamangun serta seorang siswa putra berasal dari SMUN 12 Utan Kayu. Dua orang peserta telah duduk dibangku kelas 3 SMU sedangkan seorang lagi duduk di kelas 2 SMU. Uji coba dilakukan selama 2 hari, disesuaikan dengan jadwal yang ada pada rancangan modul pelatihan, meskipun walctunya lebih dipersingkat karena pesertanya yang hanya 3 orang. Hasilnya secara umum para peserta memiliki sikap positif dan rnerasa perlu diadakannya pelatihan ini bagi remaja seusia mereka, karena dapat rnenambah wawasan berpikir mereka dan pengenalan mereka terhadap diri sendiri. Selanjutnya saran untuk perbaikan program pelatihan ini dimasa mendatang adalah mencari metode permainan yang lebih bervariasi, memasukkan juga teori rogers sebagai landasan teori Q sort yang digunakan pada pretest dan postst, mengenalkan adanya heterogenitas dalam kehidupan nyata pada remaja, menyusun lémbar evaluasi yang dapat mengevaluasi isi materi yang disampaikan dengan lebih mendalam, menyajikan satu atau dua materi saja agar dapat efektif. Selain ilu, peran observer dan instruktur juga diperlukan dalam pelaksanaan pelatihan Akhimya penyusunan modul ini dihafapkan dapat bermanfaat bagi para remaja dalam membentuk identitas diri yang efektif demi memperbaiki kualitas perilaku dan kehidupan mereka di masa depan. Karena ditangan pemudalah, kepemimpinanan masayarakat bangsa ini akan diletakkan. Semoga hasil penelitian ini dapat mendorong munculnya berbagai gagasan lain yang lebih baik dalam membantu remaja menjalani kehidupannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviani Indrasari Ranakusuma
"Peta dapat membantu seseorang dalam mengenali lingkungan sekitarnya dengan lebih cepat karena peta mampu menggambar suatu konfigurasi lingkungan hingga kita dapat mengetahui lingkungan tersebut dengan satu titik pandang. Anak kecil yang kemampuan kognitifnya terbatas kurang dapat memahami obyek dan hubungan-hubungan antar obyek dalam suatu ruang. Hal tersebut menyulitkan anak dalam menemukan jalan yang dapat membawanya kembali ke tempat semula (jalan pulang). Oleh karena itu, peta yang menggambarkan suatu lingkungan dengan hubungan-hubungan yang ada di dalamnya tentu akan sangat membantu anak dalam meningkatkan pengetahuan lingkungan sehingga ia akan lebih mudah menemukan jalan pulang. Peta untuk anak tidak dapat disamakan dengan peta orang dewasa. Anak yang kemampuan kognitif dan kemampuan membacanya terbatas akan sulit memahami peta yang sarat dengan simbol-simbol abstrak. Peta untuk anak kecil sebaiknya peta yang meminimalkan perbedaan antara obyek di lingkungan sebenarnya dengan yang tergambar pada peta (Presson, 1987). Anak akan dapat mudah mengenali obyek di lingkungan apabila obyek-obyek tersebut digambar dengan nama dan bentuk yang serupa (Dale, Blades dan Spencer dalam Matthews, 1992), Penelitian ini bertujuan untuk melibat pengaruh pengganaan peta terhadap pengetahuan lingkungan pada anak usia 5 hingga 6 tahun. Penggunaan peta diharapkan akan meningkatkan pengetahuan lingkungan anak yang diukur melalui skor keberhasilannya menemukan arah yang benar di setiap persimpangan dalam perjalanan kembali ke tempat semula (jalan pulang). Peta yang digunakan berukuran 46x48 cm dengan warna dan bentak diusahakan serupa dengan sebenarnya. Pengecilan ukuran tidak terlalu besar (kurang lebih 1:125). Pengujian bipotesa dilakukan dengan menggunakan disain penelitian one group prefest-posttest (Robinson, 1981) Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa penggunaan peta meningkatkan pengetahuan lingkungan pada anak usia 5 hingga 6 tahun. Rata-rata skor keberhasilan anak menemukan jalan pulang sebelum diberikan peta hanya 6,17 dan setelah diberikan peta meningkat menjadi 6,77. Selain peningkatan pengetahuan lingkungan, sebagai hasil tambahan terlihat bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kemampuan anak menemukan jalan pulang baik sebelum diberikan peta maupun setelah diberikan peta. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memaksimalkan kontrol dengan menggunakan kelompok kontrol dan pengkontrolan yang kuat terhadap tingkat intelegensi dan pengetahuan spasial yang telah dimiliki anak. Selain itu penelitian berikutnya dapat menggunakan rute yang lebih panjang dan peta yang lebih diperkecil skalanya. Untuk pengembangan penelitian mengenai pengetahuan lingkungan pada anak kecil, khususnya anak prasekolah, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan subyek anak usia 4 tahun sebagai tahap awal dati masa transisi praoperasional. Pada para pengelola diharapkan menyediakan petal petunjuk untuk pengunjung kecilnya sehingga peristiwa anak tersesat dapat dikurangi. Sedangkan bagi para orangtua sebaiknya mengenalkan anak kepada bentuk dan simbol-simbol peta sejak dini sehingga anak akan trampil dalam menggunakan peta pada masa dewasanya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurprihatin
"Skripsi ini mengenai harga diri dan masalah- masalah yang dihadapi istri tanpa anak. Pada para istri tanpa anak akan dijumpai berbagai masalah sehubungan dengan ketiadaan anak. Diasumsikan hal ini juga berpengaruh terhadap harga dirinya. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran harga diri istri tanpa anak, gambaran permaaalahan yang dihadapi istri tanpa anak, dan apakah masalah yang dihadapi istri tanpa anak yang barharga diri tinggi berbeda dengan masalah yang dihadapi istri tanpa anak yang berharga diri rendah.
Subyek penelitian adalah istri tanpa anak yang tergolong usia dewaea muda sejumlah 32 orang. Alat yang digunakan adalah kuesioner inventori harga diri yang merupakan adpatasi dari Self-esteem Inventory (Coopersmith, 1967) dan daftar masalah yang dihadapi istri tanpa anak. Metode analisanya adalah prosentase dan chi- square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subyek skor harga dirinya berada pada interval atas, namun masih dijumpai skor harga diri subyek yang sangat rendah. Lima masalah yang paling banyak dirasakan oleh subyek adalah cemas akan keadaan hari tua, kesepian, takut ditinggalkan suami, merasa bersalah karena belum juga hamil, dan hidup kurang tenteram. Berdasarkan urutan seringnya suatu masalah dirasakan, merasa bersalah karena belum hamil menduduki peringkat pertama. Juga ditemukan tidak ada perbedaan masalah antara istri tanpa anak yang berharga diri tinggi dengan istri tanpa anak yang berharga diri rendah, kecuali dalam masalah mengalami kemarahan kepada orang yang menanyakan tentang anak kepadanya. Untuk selanjutnya, disarankan mengadakan penelitian serupa dengan memperhatikan faktor- faktor yang mungkin berpengaruh, misalnya nilai anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Carolina Maria Juniati Murtiasari
"Penelitian ini mengenai kesejahteraan psikologis dari tahap dewasa muda ke tahap
dewasa madya pada individu tengah baya Penelitian ini menggunakan landasan teoritis
kesejahteraan psikologis Ryff (1989) dan menggunakan teknik critical incidents yang
didasarkan metode refleksi kritis.
Kesejahteraan psikologis merupakan kondisi dimana individu dapat mengambil peran dan tanggungjawabnya secara optimal dengan rnemiliki krlteria pokok yang dikemukakan oleh Ryff (1989a), yaitu memiliki penerimaan terhadap diri sendiri, relasi yang positif dengan orang lain, mampu bersikap otonom, mampu menghadapi lingkungannya., mempunyai tujuan hidup dan mempunyai pertumbuhan pribadi yang baik. Kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, status sosial, pengalaman hidup yang khusus dan budaya. Hasil penelitian Ryff (198921) dan Ryff & Singer (1996) menemukan bahwa terdapat perbedaan profil kesejahteraan psikologis pada individu dengan tahap perkembangan yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melihat gambaran kesejahteraan psikologis dari tahap dewasa muda ke dwasa madya pada individu yang sama dalam konteks Indonesia. Rentang waktu dari Inasa clewasa muda ke dewasa madya tentunya mempunyai peristiwa-peristiwa yang sifatnya khusus dalam
mempengaruhi hidup individu, khususnya dalam kesjahteraan psikologis.
Critical incidents merupakan telcnik dimana individu diminta untuk mengungkapkan pengalaman yang signiikan, sifatnya positif (antara lain, menyenangkan, membanggakan) dan negatif (antara lain, menyedihkan, mengecewakan, menimbulkan kemarahan). Teknik critical incidents didasarkan pada metode refleksi kritis yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan, bertujuan untuk mengumpulkan data berdasarkan pemaknaan terhadap peristiwa yang telah dialami individu. Penggunaan critical incidents didasarkan pada pendekatan fenomenologi yang secara khusus bertujuan memahami kerangka berpikir individu berdasarkan penghayatan atas peristiwa signifikan tadi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar rnendapatkan gambaran yang utuh mengenai penghayatan individu terhadap pengalaman yang signifikan. Jumlah subjek empat orang, dua laki-laki, dna perempuan dalam rentang usia tengah baya, berkeluarga, status ekonomi menengah, tingkat pendidikan minimal SLTA. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara rnendalam untuk mendapatkan pengalaman critical incidents subjek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan suatu proses yang terjadi separgiang hidup. Kualitas kesejahteraan psikologis individu merupakan hasil sinergi dari masing-masing dimensi. Kualitas kesejahteraan psikologis secara khusus dapat diinterpretasikan dengan melihat pertumbuhan pribadi seseorang yang dapat dianggap sebagai hasil dari proses terbentuknya kesejahteraan psikologis. Selain itu penguasaan lingkungan dan otonomi merupakan strategi penting bagi individu untuk mengatasi persoalan dalam mencapai tujuan hidup yang ingin dicapai. Sedangkan penerimaan diri dan relasi individu dengan orang lain merupakan aspek yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pribadi individu.
Secara umum kesejahteraan psikologis individu dari masa dewasa muda ke dewasa madya relatif mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi sifatnya bervariasi pada setiap dimensi (aspek) kesejahteraan psikologis. Dimensi yang cenderung meningkat dari masa dewasa muda ke dewasa madya adalah penerimaan diri dan relasi positif dengan orang lain. Dimensi yang cenderung tetap adalah penguasaan lingkungan dan otonomi.
Perubahan yang terjadi dalam dimensi dapat dipengarubi oleh tuntutan peran dan tanggung jawab dalam urusan rumah tangga, pekemjaan maupun sosial masyarakat. Selain itu juga dipengaruhi oleh pengalaman keberhasilan atau kegagalan individu dalam mencapai harapan-harapan tertentu yang terkait dengan hal tersebut. Apabila harapan mereka dapat tercapai maka akan muncul pertumbuhan pribadi yang baik, namun apabila yang terjadi sebaliknya akan menimbulkan kekecewaan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library