Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Auliyya
"ABSTRACT
Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) memiliki kandungan ursolic acid dan 3,3’-bisdemethylpinoresinol yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya kerutan pada kulit. Masker wajah hidrogel merupakan alternatif produk perawatan kulit untuk mengatasi kerutan. Ekstrak etanol buah mengkudu 0,1% diformulasikan menjadi produk masker wajah hidrogel dengan menggunakan basis natrium alginat 4% dan xanthan gum 0,5%. Masker wajah hidrogel dievaluasi stabilitas secara fisik melalui pengamatan organoleptis, pengujian konsistensi, daya mengembang, dan kekuatan peregangan. Hasil evaluasi menunjukkan masker wajah hidrogel memiliki kemampuan menahan air yang baik, kekuatan peregangan 35,6524 ± 0,8842 kgf/cm2, elongasi 272,00 ± 4,47%, dan tidak mengalami perubahan organoleptis selama 12 minggu penyimpanan. Pada penelitian ini dihasilkan masker wajah hidrogel yang mengandung ekstrak buah mengkudu dengan karakteristik yang baik dan stabil secara fisik dalam penyimpanan sehingga dapat digunakan sebagai produk perawatan kulit nutrakosmesetika.

ABSTRACT
Noni (Morinda citrifolia L) fruit contains ursolic acid dan 3,3’ bisdemethylpinoresinol has function as an anti-wrinkle agent. Hydrogel face mask is an alternative for skin care product. In this study, 0.1 % ethanol extract of noni fruit was formulated with concentration of 4% sodium alginate and 0.5% xanthan gum to form hydrogel face mask. Physical stability of hydrogel face mask evaluated by organoleptic observation, consistency, swelling index, and mechanical strength. The results showed that hydrogel face mask has good water holding capacity, tensile strength of 35.6524 ± 0.8842 kgf/cm2, elongation rate of 272.00 ± 4.47%, and stable in colour and odour for 12 weeks. This study revealed that hydrogel face mask which contains ethanol extract of noni fruit has good physical characteristic and stability, and thus good enough to be used as nutracosmeceutical product."
2014
S56581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Danastri
"ABSTRACT
Biji markisa ungu (Passiflora edulis) diketahui mengandung polifenol yang dapat mengatasi tanda penuaan. Kandungan polifenol biji markisa ungu diekstraksi menggunakan etanol 80%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula masker mata hidrogel dengan kestabilan dan karakteristik fisik yang baik. Masker mata hidrogel yang mengandung ekstrak biji markisa ungu 0,1% diformulasikan dengan alginat 3% dan xanthan gum 0,5%, selanjutnya dibiarkan dalam larutan kalsium klorida 0,5% selama 60 menit. Kestabilan dan karakteristik fisik masker mata hidrogel dievaluasi melalui pengamatan organoleptis, daya mengembang, konsistensi, kekuatan peregangan, dan persen elongasi. Hasil evaluasi menunjukkan masker mata hidrogel tidak mengalami perubahan organoleptis selama 12 minggu dan memiliki kemampuan menahan air yang baik. Selain itu, masker mata hidrogel memiliki kekuatan peregangan sebesar 4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 dan persen elongasi sebesar 200%. Masker mata hidrogel yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakteristik dan stabilitas fisik yang baik sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai sediaan perawatan kulit nutrakosmesetika.

ABSTRACT
Purple passion fruit (Passiflora edulis) seed had known containing polyphenol which could prevent aging. Polyphenol content were extracted using 80% ethanol. The aim of this research was to obtain a hydrogel eye patch formula with good physical characteristic and stability. Hydrogel eye mask which contains 0.1% purple pasion fruit seeds extract was formulated with 3% alginate, 0.5% xanthan gum, and immersed at 0.5% calcium chloride solution for 60 minutes. Hydrogel eye mask physical characteristic and stability was evaluated by organoleptic observation, swelling index, consistency, tensile stregth, and elongation rate. The results showed that hydrogel eye mask was stable in colour and odour for 12 weeks and showed a good water holding capacity. In addition, hydrogel eye mask had tensile strength at 4.0823 ± 0.6879 kgf/cm2 and elongation rate at 200%. This research demonstrated that hydrogel eye mask formula has good physical characteristic and stability. Thus, it had potential to be used as nutracosmeceutical skin care product."
2014
S55278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Stevani Dian Rofista
"ABSTRAK
Kepatuhan yang rendah dalam menjalani terapi masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan. Salah satu keadaan yang seringkali tidak disertai
kepatuhan yang tinggi dalam terapinya adalah hiperkolesterolemia. Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimental dengan metode one group pretest and
posttest. Penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh leaflet sebagai media
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan pasien dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien. Penelitian dilakukan dengan mengukur
kepatuhan pasien dalam pengobatan dan pola makan, serta mengukur aktivitas fisik pasien sebagai komponen penting dalam penatalaksanaan keadaan
hiperkolesterolemia. Sampel adalah pasien hiperkolesterolemia di dua puskesmas
kecamatan Kota Depok yang berusia ≥40 tahun, yaitu Pancoran Mas dan
Sukmajaya. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Kepatuhan dalam pengobatan diukur dengan menggunakan kuesioner Morisky, sedangkan kepatuhan dalam pola makan dan aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner
yang dibuat sendiri. Total sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 39 orang. Hasil analisis yang diperoleh antara lain p-value = 0,000 untuk kepatuhan pola makan, p-value = 0,000 untuk aktivitas fisik dan p-value = 0,001 untuk
kepatuhan minum obat. Berdasarkan hasil yang diperoleh, leaflet sebagai media pendidikan kesehatan memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan pasien hiperkolesterolemia. Pada analisis bivariat, diperoleh p-value = 0,031,
sehingga dapat disimpulkan bahwa umur dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan.

Abstract
Low therapy adherence was still being a problem in the health sector. One situation that often is not accompanied by a high therapy adherence is hypercholesterolemia. This research is one method pre-experimental with pretest
and posttest group design. The study was conducted to analyze the influence of the leaflet as the health education media on therapy adherence in hypercholesterolemic patients and factors of patient that may affect adherence
therapy. The study was conducted to measure patient adherence in medication and diet, as well as measuring the patient's physical activity as an important component in the management of hypercholesterolemia. Samples were hypercholesterolemic patients at two subdistrict public health centers in Depok
city, namely Pancoran Mas and Sukmajaya. Samples were taken with a
consecutive sampling technique. Adherence to treatment was measured using the Morisky questionnaire, whereas adherence to diet and physical activity were measured using self-made questionnaire. Total samples obtained in this study is 39 people. Analytical results obtained include p-value = 0.000 for diet adherence,
p-value = 0.000 for physical activity and p-value = 0.001 for medication
adherence. Based on the results obtained, as a medium for health education leaflet as the health education media gives a significant influence on patient adherence hypercholesterolemia. In the bivariate analysis, obtained p-value = 0.031, so that it can be concluded that age may affect patient compliance in treatment."
Universitas Indonesia, 2012
S43557
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Astriyani
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik, sehingga kitosan dapat berinteraksi dengan gugus anionik membentuk ikatan taut silang ionik. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang yang berinteraksi secara ionik dengan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah preparasi kitosan-tripolifosfat yang akan digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik. Larutan kitosan 3% (v/v) dan natrium tripolifosfat 0,145% (b/v) direaksikan dengan perbandingan 5:1. Selanjutnya kitosan-tripolifosfat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa kitosantripolifosfat dengan derajat substitusi 0,587% P kurang mampu menunda pelepasan natrium diklofenak selama dua jam dalam suasana asam, namun kitosan-tripolifosfat menunjukkan kemampuan yang baik dalam melepaskan zat aktif selama 45 menit dalam suasana basa. Tablet yang mengandung kitosantripolifosfat sebanyak 25%, 37,5%, dan 50% berturut-turut melepaskan obat sebesar 64,29%, 50,40%, dan 36,97% selama dua jam dalam suasana asam, sedangkan tablet dengan kombinasi kitosan-tripolifosfat dan hidroksipropil metilselulosa ftalat (HPMCP) dengan perbandingan 20% : 5% dan 16,65% : 8,35% melepaskan obat sebesar 19,54% dan 8,9% selama dua jam dalam suasana asam. Kombinasi kitosan-tripolifosfat dengan HPMCP dapat membantu menahan pelepasan natrium diklofenak dalam medium asam sehingga memenuhi persyaratan sebagai tablet enterik.

ABSTRACT
Chitosan is a natural cationic polymer, so that it can interact with anionic site in order to form ionic crosslink reaction. In this research, sodium tripolyphosphate was used as crosslinker that interact ionically with chitosan. The aim of this research was to synthesize chitosan-tripolyphosphate which would be used as excipient in enteric tablet dosage form. Solutions of chitosan 3% (v/v) and sodium tripolyphosphate 0.145% (w/v) were mixed in ratio 5:1. Chitosantripolyphosphate was then used as excipient in enteric tablet with diclofenac sodium as drug model. Results of dissolution study showed that chitosantripoliphosphate with degree of substitution 0.587% P could not retard the release of sodium diclofenac for two hours in acid medium, but chitosan-tripolyphosphate showed good capability in release sodium diclofenac for 45 minutes in base medium. Tablet that only contains chitosan-tripolyphosphate 25%, 37.5%, 50% released the drug 64.29%, 50.40%, and 36.97% for two hours in acid medium, while tablet that contain combination of chitosan-tripolyphosphate and HPMCP with ratio 5% : 20% and 16.7% : 33.3% release the drug 19.54% and 8.9% for two hours in acid medium. Chitosan-tripolyphosphate in combination with HPMCP could help retard the released of diclofenac sodium in acid medium, so it completed the requirement as enteric tablet."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Yuliastuti
"Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat resistensi insulin, insufisiensi sekresi insulin, atau keduanya. Salah satu jenis DM adalah Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (DM tipe 2) dan salah satu cara pengobatannya yaitu dengan penghambatan kerja enzim α-glukosidase. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari ekstrak etanol 80% beberapa simplisia dari famili Apocynaceae dan Rubiaceae, untuk mengetahui jenis mekanisme penghambatan dari ekstrak yang memiliki aktivitas paling baik, dan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung pada ekstrakekstrak tersebut. Pengujian aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dilakukan secara in vitro menggunakan metode spektrofotometri. Nilai IC50 ekstrak-ekstrak dalam penelitian ini berkisar antara 3,64 µg/mL sampai dengan 181,90 µg/mL. Ekstrak daun Amaracarpus pubescens Blume. memiliki aktivitas penghambatan paling baik. Jenis mekanisme penghambatan kerja enzim α-glukosidasenya adalah penghambat campuran (mixed inhibitor). Kandungan golongan senyawa kimia yang banyak ditemukan pada ekstrak etanol 80% dari lima simplisia famili Apocynaceae dalam penelitian ini adalah tanin, glikosida, saponin, dan antrakuinon. Sedangkan, pada ekstrak etanol 80% dari sepuluh simplisia famili Rubiaceae dalam penelitian ini adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, glikosida, dan antrakuinon.

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by high blood sugar levels as a result of insulin resistance, insulin secretion insufficiency, or both. One type of DM is Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (type 2 DM) and one way of its treatment is by inhibiting the α-glucosidase. The purpose of this study was to determine the α-glucosidase inhibitory activity of ethanol 80% extracts of several symplicia from the Apocynaceae and Rubiaceae, to determine inhibitory mechanism type of the extract that has the best activity, and to screen the phytochemical compounds contained in these extracts. Inhibitory activity testing of the α-glucosidase was performed in vitro using spectrophotometric methods. IC50 value of extracts in this study ranged from 3.64 µg/mL to 181.90 µg/mL. Amaracarpus pubescens Blume. leaf extract has the best inhibitory activity. Its type of enzyme inhibition mechanism is the mixed inhibitor. The phytochemical compounds which are found in ethanol 80% extracts of five symplicia of Apocynaceae in this study are tannins, glycosides, saponins and anthraquinones. Meanwhile, in ethanol 80% extracts of ten symplicia of Rubiaceae in this study are alkaloids, flavonoids, terpenoids, tannins, glycosides, and anthraquinones."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S744
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Anastasia
"Diabetes melitus (tipe 1 dan 2) merupakan penyakit hiperglikemia yang jumlah penderitanya di dunia terus meningkat setiap tahun. Diabetes tipe 2 lebih umum terjadi pada populasi penderita diabetes. Pada diabetes melitus tipe 2, penghambatan enzim α-glukosidase merupakan terapi yang bermanfaat untuk menunda absorpsi glukosa setelah makan. Namun obat sintetik yang beredar di pasaran menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan sehingga perlu pilihan alternatif yang lebih baik. Salah satu sumber penghambat enzim α-glukosidase berasal dari tanaman. Pada penelitian ini dilakukan skrining berdasarkan pendekatan kemotaksonomi untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan mengetahui golongan kandungan kimia pada beberapa tanaman famili Euphorbiaceae. Serbuk simplisia diekstraksi menggunakan pelarut etanol 80% dengan cara refluks. Pengukuran aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menunjukkan 14 ekstrak memiliki daya hambat terhadap enzim α-glukosidase yang lebih rendah dari akarbose (IC50 117,20 μg/mL) dengan nilai IC50 antara 2,34 μg/mL hingga 64,78 μg/mL. Eksrak daun Antidesma celebicum memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase terbaik dengan nilai IC50 sebesar 2,34 μg/mL. Hasil uji penapisan fitokimia diketahui golongan senyawa kimia pada 15 ekstrak umumnya mengandung golongan senyawa glikosida, terpenoid/sterol, tanin, saponin dan alkaloid.

Diabetes mellitus (types 1 and 2) is recognized as a serious global health problem that characterized by hyperglycemia. Type 2 diabetes is more common in diabetic populations. In type 2 diabetes mellitus, inhibition of α-glucosidase is a useful treatment to delay the absorption of glucose after meals. Avoiding the adverse effects of current agents, it is still necessary to search alternative for better options. Plants have been a rich source of α-glucosidase inhibitors. In this research, screenings based on chemotaxonomic approach to determine the class of chemical constituents and to know α-glucosidase inhibiting activity of some plants from Euphorbiaceae. The simplisia powder was extracted using ethanol 80% by reflux. Measurement of inhibitory activity of α-glucosidase performed using a spectrophotometer UV-VIS. In vitro assays of α-glucosidase activity showed 14 extracts had IC50 values of between 2.34 μg/mL and 64.78 μg/mL, which were lower than that of acarbose (117.20 μg/mL). Leaves extract from Antidesma celebicum had the highest α-glucosidase inhibiting activity with an IC50 of 2.34 μg/mL. The results of phytochemical screening in 15 extracts generally contain glycosides, terpenoids/sterols, tannins, saponins and alkaloids."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1088
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Apriani T.
"Pragelatinisasi pati singkong fosfat (PPSF) adalah hasil modifikasi fisika dan kimia pati singkong yang diperoleh dengan mereaksikan pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan pereaksi fosfat. PPSF yang dibuat dengan pereaksi natrium fosfat masih memiliki kekurangan yaitu mudah mengalami sineresis. Oleh karena itu, pada penelitian ini PPSF dibuat dengan pereaksi natrium tripolifosfat yang dapat menghasilkan ikatan silang. PPSF yang memiliki ikatan silang diharapkan dapat menghasilkan gel yang tidak mudah mengalami sineresis. PPSF sebagai eksipien sediaan farmasi masih memiliki keterbatasan, yaitu kekuatan gel yang lemah. Campuran kappa dan iota karaginan merupakan jenis karaginan yang dapat membentuk gel yang kuat dan elastis. Oleh karena itu, koproses PPSF dengan kappa dan iota karaginan dilakukan agar dapat memperbaiki kekuatan gel PPSF. Koproses PPSF dengan campuran kappa dan iota karaginan (1:1) dibuat dengan perbandingan 1:1. Berdasarkan evaluasi, kekuatan gel koproses PPSF-karaginan lebih tinggi dibandingkan dengan PPSF. Dengan demikian koproses PPSF-karaginan dapat digunakan sebagai eksipien farmasi yang memerlukan sifat gelasi yang kuat.

Pregelatinized cassava starch phosphate (PPSF) is a product of physical and chemical modification of cassava starch obtained by reacting pregelatinized cassava starch (PPS) with phosphate reagent. PPSF made with sodium phosphate reagent still has a shortcoming that is prone to syneresis. Therefore, in this study PPSF was prepared by reacting sodium tripolyphosphate which can result in cross linking. PPSF having cross linking was expected to produce a gel that is not prone to syneresis. PPSF as a pharmaceutical excipient still have limitations, particularly is the low gel strength. Combination of kappa carrageenan and iota carrageenan can produce elastic and high gel strength material. Therefore the aim of this research was to coprocess PPSF with kappa and iota carrageenan in order to improve gel strength of PPSF. Coprocessed PPSF with combination of kappa and iota carrageenan (1:1) was made on the comparison of 1:1. Based on the evaluation, gel strength of coprocessed PPSF-carrageenan was higher than PPSF. Thus, coprocessed PPSF?carrageenan can be used as pharmaceutical excipient that requires strong gelation property."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Enri Aprigiyonies
"Enzim asparaginase digunakan untuk terapi penyembuhan leukemia pada anak-anak (Acute Lymphoblastic Leukemia). Produksi enzim asparaginase saat ini sebagian besar berasal dari bakteri E. coli dimana penggunaanya menimbulkan reaksi alergi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi gen asparaginase yang berasal dari bakteri Erwinia sp. dan Bacillus circulans, serta melakukan kloning dan sekuensing pada gen asparaginase yang didapat. Isolasi gen dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan menggunakan genom DNA bakteri Erwinia sp. dan Bacillus circulans dengan primer yang telah didesain. Primer yang didisain adalah primer degenerated hasil alignment dari berbagai gen asparaginase yang berasal dari bakteri yang bergenus sama. Dengan menggunakan primer tersebut, berhasil didapat amplikon PCR yang spesifik dari genom bakteri Erwinia raphontici, Erwinia cypripedii, dan Bacillus circulans. Produk PCR diligasikan pada vektor cloning pGEM-T Easy dan dilanjutkan dengan mentransformasikannya ke E. coli. Sekuensing dilakukan pada transforman yang positif. Hasil sekuensing dianalisis dan di dapat gen asparaginase untuk sekuens Erwinia raphontici dan Bacillus circulans yang diprediksi dapat menyandikan enzim aktif.

Asparaginase is to be used for the treatment of acute lymphoblastic leukaemia (ALL) in children. Nowadays, production of asparaginase is mainly from E. coli that can lead to allergic reactions. This research was designed to isolate asparaginase gene from Erwinia sp. and Bacillus circulans, to clone and to sequence asparaginase gene obtained before. Gene isolation was conducted with PCR (Polymerase Chain Reaction) method using Erwinia sp. and Bacillus circulans?s DNA genome with primer that was already designed. Designed primer was degenerated primer as an alignment result from the same genus bacteria genes. By using the mentioned designed primer, specific PCR product was successfully retrieved from Erwinia raphontici, Erwinia cypripedii, and Bacillus circulans?s genome. PCR product was ligated to a cloning vector pGEM-T Easy and was continued to be transformed to E. coli. Sequencing was conducted to positive transformans and the sequences result was analyzed. Erwinia raphontici and Bacillus circulans?s sequence was successfully retrieved and predicted to encode the putative asparaginase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S810
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Pawestrisiwi
"ABSTRAK
Natrium alginat merupakan polimer anionik yang akan membentuk gel yang tidak larut air jika berinteraksi dengan kation divalent seperti kalsium. Untuk menjaga stabilitas secara kimia dan mekanik, mikrokapsul alginat disalut kembali dengan polimer kationik, yaitu kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan double coating natrium alginate dan kitosan dalam menahan pelepasan obat. Model zat aktif yang digunakan adalah propranolol HCl. Mikrokapsul dibuat dengan metode gelasi eksternal dan dikarakterisasi meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran, efisiensi proses, efisiensi penjerapan dan uji pelepasan in vitro. Mikrokapsul yang dihasilkan berpori pada permukaan, distribusi terbesarnya berada pada ukuran lebih besar dari 1180 µm dengan efisiensi proses sebesar 74,28% dan efisiensi penjerapan sebesar 29,65%. Uji pelepasan zat aktif dari mikrokapsul dilakukan pada medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8. Hasil penelitian menunjukan, pelepasan propranolol HCl dari mikrokapsul alginat dan alginat-kitosan tidak berbeda secara signifikan.

Abstract
Sodium alginate is an anionic polymer which will form water-insoluble gel if it interacts with divalent cations such as calcium. To maintain the chemical and mechanical stability, alginate microcapsules coated again with cationic polymers, which is chitosan. This study aims to determine the ability of the double coating of sodium alginate and chitosan in retard drug release. Model of the active substance used is propranolol HCl. Microcapsules were prepared by external gelation method and then characterized include shape and morphology, size distribution, process efficiency, adsorption efficiency and in vitro release test. Microcapsules have porous on the surface, most of particle size distribution is greater than 1180 μ with the process efficiency 74,28% and the adsorption efficiency 29,65%. The release test of active substance from microcapsules performed in pH 1,2 hydrochloric acid and pH 6,8 phosphate buffer. Results showed the release of propranolol HCl from alginate microcapsules and alginate-chitosan microcapsule did not differ significantly."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S883
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>