Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ditta Septikawati
"Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas, petugas pengelola obat diharapkan dapat bekerja secara profesional dalam memberikan pelayanan obat kepada masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan permintaan obat. Hasil evaluasi Bidang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2006, menunjukkan kinerja petugas pengelola obat di Puskesmas selama ini masih rendah. Ada faktor yang dominan yang mempengaruhi kinerja, faktor tersebut adalah motivasi kerja. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan oleh beberapa peneliti kinerja sebelumnya.
Pada penelitian ini penulis menganalisis hubungan antara faktor individu dan faktor kontekstual dengan motivasi kerja petugas pengelola obat di Puskesmas yang dilihat clan 5 dimensi yaitu penghargaan, pengembangan di.ri, tanggung jawab, prestasi kerja dan hubungan interpersonal.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner dan wawancara (indepth interview) untuk menambah informasi pada penelitian.
Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis membuktikan bahwa status perkawinan dan persepsi terhadap kepemimpinan mempunyai hubungan yang bermakna dengan motivasi kerja.Variabel yang paling dominan mempengaruhi motivasi kerja adalah persepsi terhadap kepemimpinan dan pada 5 dhnensi, dimensi pengembangan diri merupakan dimensi yang paling menonjol dibandingkan ke 4 dimensi lainnya. Hasil analisis kualitatif memberikan persepsi tentang kepemimpinan, sistem imbalan dan supervisi yang menyebabkan motivasi rendah, yaitu perilaku kepemimpinan yang kurang efektif, sistem imbalan tidak sesuai dengan harapan karyawan dan supervisi yang tidak efektif dalam memberikan motivasi kerja pada karyawan.
Kesimpulan utama pada penelitian ini adalah faktor yang sangat mempengaruhi motivasi kerja petugas pengelola obat Puskesmas yaitu faktor kepemimpinan. Pada dimensi pengembangan dui, petugas pengelola that perlu lebih diperhatikan lagi, terutama untuk mendapatkan peningkatan sumber daya manusia kesehatan yang berkompeten dan profesional. Oleh karena itu, disarankan perlu diadakan pelatihan, pendidikan/pembinaan kepemimpinan untuk para. pimpinan sehingga diharapkan dapat menjadi manajer yang efektif dan dapat memberikan motivasi kerja secara tepat kepada karyawannya. Untuk Bidang farmasi, diharapkan dapat mengadakan pelatihan khusus tentang pengelolaan obat yang meliputi pelaksanaan dan penyusunan perencanaan obat, penyimpanan obat-obatan (fisik, sarana penyimpanan, tata cars penyimpanan, pencatatan dan pelaporan), pelayanan that dan penyimpanan arsip di Puskesmas bagi petugas pengelola obat Puskesmas untuk pengembangan sumber daya manusianya, mengingat 50,375% petugas pengelola obat di Puskesmas dasar pendidikannya bukan dari farmasi.

The performance of Drug Officer in Public Health Center is still low so fay it is showed from the evaluation result of Pharmacy division of Tasikmalaya Health Departement 2006. The performance is dominant influenced by working motivation. It has been proved by scientific researches which has been done by a Iot of previous researchcers of working performance.
So, this research is analized relationship between factors and contectual factor with working motivation of Drug Officer of Public Health Center, which can be seen from five (5) dimension. They are : respect, self developing, responsibility, working prestation and interpersonal relation.
This research is observasional research by cross sectional method. The method which used in collecting data are questioner and indepth interview to take more information.
The analizing of data is done by univariat, bivariat and multivariat analising. It has been proved by analizing result, that marriage status and perception toward the leadership had the main relationship with working motivation. Working motivation variable is more dominant influenced by the leadership perception and on five (5) dimension, self developing dimension is more apparent dimension than other four (4) dimension. Qualitative analizing result is developed by indefth interview about perception toward the leadership, insentive system and supervision, so it is knew that the low working motivation is influenced by attitude of leadership is not effective, insentive system is not Iike the Drug Officer hoped and supervision is not effect to give working motivation for Drug Officer.
The main conclution of this research is the working motivation variable of Dug Officer in Public Health Center is influenced by leadership factor. On the self developing dimension, Drug Officer need to be more paid attention, more offer to improve the competent and profesionalism of health human resource, there for it is suggested to be held the trainning, leadership educational and contruction for the chi so it is hoped to be effective manager and can be give the right working motivation to Drug Officer. And it is need to be held the special training for the Drug Officer of Public Health Center about planning of drug, saving of drug, services of drug and document saving to develope the human resource. It is because 50,375% of the education of Drug Officer of Pulic Health Center is not from Pharmacy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T19095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Irawan
"Penyakit Tuberkulosis paru mempakan penyakit rnenular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum Tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Pa1da tahun 1993 WHO mencanangkan kcdaruratan Global penyakit Tuberkulosis, Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Tuberkulosis Paru karena angka kcsakitan penyakit tersebut pada balita di Kota Bandung cukup tinggi yaitu 205 penderita dari 2374 penderita kasus di Kota Bandung.
Panelitian ini bertujun untuk mengctahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dan karakterislik balita dcngan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota bandung tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 176 balita yang tcrdiri dari 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rdntgen (+) sebagai kasus dan 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rontgen Negatifsebagai kontrol. Data penelitian terdiri dari data primer yang diperoleh dengan wawancara dan pengukuran dan data sekunder dengan cara observasi dokumen.
Hasil uji Chi-Square mcnunjukan bahwa teldapat beberapa variabei yang berhubungan bcrmakna secara statistik dengan kejadian Tuberkuiosis Paru pada balita yaitu status gizi, kontak penderita, pengetahuan, penghasilan, kebiasaan merokok, ventilasi, kepadatan hunian dan pencahayaan. Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi logisrjk diketahui bahwa variabel ventilasi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota Bandung Tahun 2007 (95CI:26,l26 dan 0R=26,l26). Dari hasil pemodelan variabel penelitian diketahui pula bahwa balita dengan status gizi bl.l.!1.lk, adanya kontak penderita, ventilasi yang tidak mcmenuhi syarat, kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat mcmpunyai probabilitas terkena Tuberkulosis Paru sebesar 94% dibandingkan dengan balita yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah Penyuluhan tcntang rumah sehat clan hygienisl untuk mencegah penularan Tuberkulosis Pam perlu ditingkatkan kepada masyarakat terutama anggota keluarganya yang positif menderita Taberkulosis Paru, dengan melibatkan tokoh masyamkat, serta lintas sektor lainnya.

TB lungs disease is contagious disease that becomes world health problem because Mycobacterium Tuberculosis has infected one-third world population. In 1993 WHO declared Global emergency of TBC disease. Baby is the most susceptible age group toward various infection diseases. One ofthe most suspicious diseases is TBC Lungs because of quite high disease rate on baby in Bandung City that is 205 patients from 2374 cases of patients in Bandung Regency.
This research is aim to recognize relation of house physical environment factor and baby characteristic with TB lungs cases on baby in Bandung Regency year 2007. Research design is using case control design with total sample of 176 babies consist of 88 babies TB lungs with clinical description and x-ray (+) as cases and x-ray (-) as control. Research design consist of primary data that obtained by interview and assessment and secondary data by document observation. Data obtained analyzed with Chi-Square and logistic regression analysis to recognize relation between risk factor and TB lungs cases on babies.
Chi-Square test result shows that there are variables significantly* related statistically with Tuberculosis lungs cases on babies that nutrition status, patient contact, knowledge, eaming, smoking habit, ventilation, residence density and lightning. While based on result of logistic regression analysis obtained that ventilation variable is the most dominant variable related with TB lungs cases on babies in Bandung Regency year 2007 (95 CI:26.l26 and 0R=26.l26). From result of research variable model recognized that babies with bad nutrition status, presented patient contact, disqualified ventilation, disqualified residence density and disqualified lightning has probability of infected TB lungs as much as 94% compared to babies with no factors mentioned above.
Suggestion based on research result is Counseling toward healthy and hygiene housing to prevent TB lungs infection. It need improved to public especially family members that positively infected TB lungs, by involving public figure and other cross sector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library