Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Citra Trisiella
Abstrak :
Munculnya Taman Bacaan Masyarakat diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat terhadap ruang baca. Ruang baca pada pusat perbelanjaan (mal) bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung mal. Taman bacaan di mal harus bisa bersaing dengan ritel-ritel dalam mal. Penataan ruang TBM@Mal harus dirancang dengan baik, sehingga tidak kalah dengan penataan ruang pada ritel lain dalam mal. Penataan ruang selain untuk menambah daya tarik harus memperhatikan kualitas ruang baca agar tercipta kenyamanan pengunjung. Kehadiran TBM@Mal kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Namun TBM@Mal sudah cukup baik dalam menciptakan ruang baca yang baik. Dalam penulisan ini, penulis mencoba menganalisis kaitan antara konteks mal, elemen interior serta kualitas ruang pada taman bacaan di pusat perbelanjaan.
......The emergence of Taman Bacaan Masyarakat are expected to change the public perception of the reading room. Reading room at the shopping center (mall) could be the main attraction for mall visitors. Taman Bacaan at the mall should be able to compete with retailers in the mall. Spatial planning of TBM@Mal should be well designed, so as not to lose the arrangement of space to other retailers in the mall. Spatial planning in addition to add to the appeal must pay attention to the quality of the reading room in order to create the comfort of visitors. The presence of TBM @ Mal less attention from the public. However TBM @ Mal has been good enough in creating a good reading room. In this paper, the authors tried to analyze the link between the context of the mall, the interior and the quality of the reading room at the shopping center.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42882
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Mutia Sekar Hapsari
Abstrak :
Penggunaan tema pada ruang komersil yang semakin marak belakangan ini sering diterjemahkan dalam elemen-elemen ruang yang simbolik dan memiliki kecenderungan untuk menjadi kitsch. Kitsch yang merupakan bentuk palsu dari karya seni pada masa lalu akan dibahas dalam taraf keruangan sebagai simbol dari pengalaman atau tema. Tulisan ini akan memfokuskan pembahasan kepada fungsi dari objek kitsch yang digunakan dalam ruang dan bagaimana kehadirannya dapat membangun pengalaman dalam ruang, khususnya ruang komersil. Sesuai dengan argumen yang dinyatakan pada awal penulisan skripsi, ternyata penggunaan objek kitsch dalam ruang dapat membentuk pengalaman jika menggunakan penyimbolan yang tepat dan memiliki interaksi dengan pengguna.
......The use of themes in commercial spaces that has increased these past few years is often translated into symbolic interior elements and has a tendency to become kitsch. Kitsch which is a low form of art will be analyzed in interior space as a symbol of an experience or a theme. This writing focuses on the analysis of the function of kitsch object that is used as an element of space and how kitsch can be a part of space experience. Corresponding to the previous statements, apparently bringing kitsch elements into interior spaces can create particular experience as long as it uses the right symbol and encourages interaction with the user.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42699
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Levin Yohardi
Abstrak :
Sejarah merupakan tolak ukur berkembangnya sebuah bangsa, termasuk Indonesia. Artefak yang dipajang dalam ruang museum harus mempertimbangkan standar yang berlaku untuk kebutuhan preservasi. Sayangnya, untuk kebutuhan preservasi kenyamanan visual pengunjung menjadi kurang diperhatikan. Di satu sisi, artefak membutuhkan pencahayaan yang spesifik sesuai kebutuhan preservasi, dan di sisi lain, manusia membutuhkan penerangan yang cukup untuk dapat melihat dengan jelas. Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Wayang menjadi studi kasus pada penelitian ini. dengan menyeimbangkan kenyamanan pengunjung dan kebutuhan preservasi diharapkan akan menambah antusiasme masyarakat sekitar untuk lebih belajar tentang budaya Indonesia.
......
Histories mark the making of nations and mankind of a country, nevertheless Indonesia. Artefacts displayed in museum has to follows certain guidelines for preservation purposes. Unfortunately, the visual comfort of visitors is often neglected. On one hand, displayed artefacts require minimal exposure from UV light for preservation and on the other hand human eye need a decent amount of brightness to keep their visual comfort. This paper focuses on maintaining overall brightness for artefacts preservation purposes while at the same time keep the acuity of visitors visual comfort. Museum Keramik; and Museum Wayang in Jakarta were taken as case studies. Lighting intensity towards artefacts will me measured and to be compared with questionnaire with visitors and respondents. Comparisons of both data will be used to determine the effect of perceived brightness towards the use of lighting throughout the artefacts in museums. By presenting visual comfort in museum environment and the same time preserving the artifacts, a substantial increase of visitors satisfaction is to be expected.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library