Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Oktaviani
Abstrak :
Bentonit asal Tapanuli telah dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunakan surfaktan kationik ODTMABr sebagai agen penginterkalasi. Kemudian produk hasil modifikasi dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, SEM¬EDS, dan TGA. Sebelum preparasi, dilakukan fraksinasi bentonit sehingga didapat Fraksi 2 yang kaya montmorillonite (MMT) yang kemudian diseragamkan kation bebasnya dengan Na+ (menjadi Na-MMT). Selanjutnya menggunakan tembaga amin, nilai KTK Na diperoleh sebesar 65,5mek/100gram Na-MMT. Variasi jumlah ODTMABr yang digunakan untuk preparasi organoclay adalah 1,0; 2,0; dan 2,5 KTK. Pengaruh penambahan ODTMABr terhadap basal spacing, diamati dengan XRD low angel, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan basal spacing dari 17.36 Å untuk Na-MMT menjadi 21.03 Å, 20.72 Å, dan 18.39 Å untuk 1,0; 2,0; dan 2,5 KTK. Kemampuan adsorpsi organoclay 1.0 KTK yang telah diprerparasi digunakan sebagai adsorben untuk fenol dan dibandingkan dengan Fraksi 2 dan Na-MMT. Data yang diperoleh pada kurva isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa organoclay lebih efektif dalam menyerap fenol dan proses penyerapannya mengikuti kurva isotherm adsorpsi Freundlich. Bentonite from Tapanuli has been modified into organoclay using cationic surfactant as an agent ODTMABr as intercalation agent. Then the products were characterized by XRD, FTIR, SEM-EDS, and TGA. Before perparation, bentonite fractionation was performed in order to get Fraction 2 which is rich with montmorillonite (MMT) phase, and then is cation-exchanged with Na+ (called Na-MMT). Furthermore, using a copper amine methode, its cation exchange capacity (CEC) value was determined as 65.5 mek/100gram Na-MMT. Variation of ODTMABr concentration used for the preparation of organoclay is 1.0; 2.0 and 2.5 CEC. The effect of the addition of ODTMABr to Na-MMT?s basal spacing, observed by low angel XRD, shows an increase in basal spacing of initially 17.36 Å for Na-MMT to 20.85 Å, 21.03 Å, and 18.02 Å for 1.0; 2.0; and 2.5 CEC. 1.0 CEC organoclay adsorption capacity was observed by using it as adsorbent for phenol and compared with the capacity of Fraction 2 and Na-MMT. Data obtained on the adsorption isotherm curve shows that the organoclay is more effective in adsorbing phenols and the adsorption process follows Freundlich adsorption isotherm curve.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S687
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson Rahmat MPP
Abstrak :
ABSTRAK


Senyawa triorganotimah seperti trifeniltimah hidroksida merupakan senyawa yang biasa digunakan sebagai insektisida baik pada bidang kehutanan maupun bidang pertanian. Modifikasi kimia kayu diperkirakan menjadi perlakuan altematif dalam bidang pengawetan kayu di masa yang akan datang karena kemampuannya dalam meningkatkan ketahanan kayu. Penelitian ini bertujuan mensintesis senyawa trifeniltimah hidroksida kemudian mensintesis bentuk oksida. Sintesis senyawa trifeniltimah hidroksida dapat melalui trifeniltimah klorida dengan penambahan larutan alkali kemudian dari bentuk hidroksida dapat menjadi oksidanya, untuk mensintesis bis-trifeniltimah oksida dapat melalui pemanasan trifeniltimah hidroksida pada suhu tertentu atau melalui refluks .. Has if sintesis kedua senyawa ini diaplikasikan pada kayu untuk mencegah serangan rayap kayu kering {Cryptotermes cynocephalus). Hasil yang didapatkan kristal putih trifeniltimah hidroksida 4,8796 gram atau sekitar 88,56% sedangkan bis- trifeniltimah oksida 1,2194 gram atau sekitar 51,26%. Untuk menguji kemurnian senyawa tersebut metoda yang digunakan antara lain: uji titik leleh, FTIR dan GCMS. Pengaruh senyawa hasil sintesis terhadap ketahanan kayu dari serangan rayap memberikan hasil yang positif. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian trifeniltimah hidroksida dan bis-trifeniltimah oksida berpengaruh sangat nyata pada beberapa taraf signifikasi, mortalitas rayap kayu kering meningkat dengan meningkatnya konsentrasi senyawa trifeniltimah hidroksida dan bis-trifeniltimah oksida. Sebaliknya kehilangan berat kayu menurun dengan peningkatan konsentrasi kedua senyawa tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrul Helmi
Abstrak :
ABSTRAK
Asam humat merupakan fraksi terbesar didalam senyawaan humat. Asam humat barwarna coklat galap, hasil degradasi sisa-sisa tanaman dan hewan secara kimia dan biologi maupun hasil sintesa mikroorganisme. Asam humat banyak terdapat dl tanah maupun perairan. Asam humat mempunyai banyak gugus fungsl yang mengandung okslgen dan diduga berperan dalam pembentukan senyawaan kompleks logam humat. Dalam penelitian Ini diselldiki kemampuan ion-ion logam Cu^^ Pb^"^ dan membentuk senyawaan kompleks logam humat. Asam humat diambil dari endapan tanah di mata air Jambu Luwuk Ciawi. Metode yang digunakan adalah metode quenching (pemadaman) fluoresensi. Dengan metode ini dapat dihitung konstansta kondisiohal kompleks tersebut. Dari hasil log K' yang diperoleh terdapat kecenderungan bahwa konstanta kondisional kompleks asam humat dengan ion Fe^S Cu^"'> Pb^""
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sari Chusnul Khatimah
Abstrak :
ABSTRAK
Penentuan Ra-226 dalam sampel air dilakukan dengan metode spektrometri alfa. Preparasi sampel meliputi pemurnian dan penempelan Ra pada piringan slainiess steel. Pemurnian radioisotop Ra dilakukan secara pengendapan dan dilanjutkan dengan penukar ion. Penempeian Ra C: dilakukan secara elektrodeposisi menggunakan larutan HCI+ CH3COONH4. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi kondisi elektrodeposisi yang meliputi parameter arus, jarak antara anoda- katoda, pH larutan dan waktu elektrodeposisi. Hasil optimasi digunakan untuk penentuan sampel airlingkungan. Sampel berupa air dari mata air panas di daerah pegunungan kapur dan air sumur di sekitarnya. Dalam penelitian diperoleh kondisi optimum elektrodeposisi pada arus 1,1 A, jarak antara anoda dan katoda 0,3 em, pH larutan 5, dan waktu 3 jam dengan nilai kedapat-ulangan (recovery) sebesar (74±4) %. Sedangkan nilai kedapat-ulangan untuk pemurnian sabesar (8±2) %, sehingga kedapat-ulangan metode analisis Ra dalam sampel air sebesar (6±2)%. Nilai batas deteksi terendah (BOT) sebesar 1 x 1 0-4 Bq/ml, yang dihitung berdasarkan nilai 6cr untuk waktu pencacahan 86400 detik dan volume samp~l 50 ml. Kandungan Ra--226 dalam sampel air dari sumber mata air panas sebesar ( 48±1 O)x10-48q/ml. Sampel air sumur yang berjarak 50 m secara fisik terlihat keruh dengan endapan kapur (putih) mengandung Ra-226 sebesar ( 19±6)x 1 o-4sqtml. Nilai tersebut berada di atas batas am bang yang ditetagkan oleh SK Ka. BAPETEN No. 02/Ka-BAPETENN-99 tentang Baku'Tingkat Radioaktivitas di Lingkunga~ yaitu sebesar 4 x 1 0-4 Bq/ml untuk Ra-226 terlarut dalam air. Sam pel air sumur lain yang berjarak 50 m secara fisik terlihat ken.Jh dan berwarna merah mengandung Ra-226 sebesar (1,0±0, 4) x 10-4 Bq/ml dan untuk sampel air sumur yang berjarak 100m sebesar (3,4±1,0)x 1 0-4Bq/ml dan berada di bawah batas ambang.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Dwi Pudji MR
Abstrak :
ABSTRAK


Dalam beberapa tahun terakhir ini, zeolit sudah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang kegiatan yang luas. Hal Ini dikarenakan sifat zeolit yang dapat dimodlfikasi sesuai dengan keperluan pemakai.

Pada penelitlan ini modifikasi zeolit yang digunakan adalah melakukan dengan aktivasi basa, impregnasi mangan serta dioksidasi dengan KMn04. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh modifikasi tersebut dalam menyerap ion logam Hg (II).

Aktivasi zeolit menggunakan NaOH dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,25; 0,5; 0,7; dan 1.0 M dengan perbandingan massa zeolit (g) dengan volum NaOH (ml) yaitu 1 : 4. Impregnasi zeolit menggunakan MnCl2 2 M, kemudian oksidasi mangan zeolit dengan KMn04 0,5% dalam KOH 1,25 M perbandingan 1 : 1 (v/v).

Masing-masing zeolit dengan berbagai perlakuan diuji untuk menyerap ion logam Hg (II) dengan mengalirkan 5 ml larutan 10 ppm Hg (II) melalui kolom. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan AAS.

Zeolit dengan perlakuan aktivasi basa, impregnasi mangan dan oksidasi (Zaix) memiliici daya serap terhadap ion logam Hg (II) paling baik dibandingkan dengan zeolit yang hanya diaktivasi ataupun hanya diimpregnasi saja.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Hertanto
Abstrak :
ABSTRAK
Senyawa organotimah mempunyai banyak manfaat di berbagai bidang. Salah satunya adalah penggunaan senyawa organotimah dalam bidang wood preservative. Senyawa organotimah yang umum digunakan adalah TBTO (Tributil timah Oksida). Hasil penggunaan senyawa ini sebagai pengawet kayu cukup efektif, walaupun di kemudian hari dilarang penggunaanya di berbagai negara, karena dianggap mencemari lingkungan dan dapat meracuni manusia. Oleh sebab itu, digunakan senyawa organotimah dalam bentuk yang lain, yakni trifeniltimah asetat, yang relatif aman terhadap lingkungan dalam batas-batas tertentu. Walaupun senyawa ini masih mempunyai potensi yang cukup nyata, dapat mencemari lingkungan dan meracuni manusia. Berdasarkan pemikiran tersebut dilakukan sintesis TPTA(trifeniltimah asetat), karena selain banyak digunakan sebagai insektisida, namun juga berfungsi sebagai fungisida. Senyawa TPTA ini disintesis dengan 2 metode yang berbeda. Masing-masing metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, pada % hasil dan kemurnian produk TPTA yang didapatkan. Pada metode I, yakni sintesis TPTA secara langsung menggunakan TPTCl dan garam NaOCOCH3 berlebih didapatkan rata-rata hasil produk yang didapatkan sebesar 79,6 % atau 1,268 gram. Selain itu pada proses karakterisasinya, dengan uji titik leleh,didapatkan bahwa produk refluks 3 jam I, sebagai produk dengan probability TPTA yang besar, sehingga kemudian produk ini dikarakterisasi lebih lanjut dengan spectrometer FTIR dan GCMS. Hasilnya pada FTIR menghasilkan spectra pada bilangan gelombang 1737 cm-1 dan 1355 cm-1, yang merupakan spectra gugus O-C-O serta spectra di bilangan gelombang 576,72, yaitu ikatan antara Sn-O. Hal ini menunjukkan telah terbentuk ikatan atom-atom tersebut pada senyawa TPTA yang dihasilkan. Selanjutnya pada kromatogram GCMS, ada satu peak yang dominan pada waktu retensi 14,94 menit, dan fragmen-fragmen di m/z 351 m/z 274 m/z 197 m/z 120. Pada masing-masing fragmen, dapat dianalisi bahwa terjadi kehilangan gugus fenil. Sedangkan pada metode II, yaitu sintesa TPTA menggunakan metode Bock, didapatkan produk TPTA sebesar 83,33 % hasil atau 0,5 gram. Sintesa dengan metode Bock, dilakukan 2 tahap; dimana dihasilkan TPTOH terlebih dahulu. Selanjutnya TPTOH ini kemudian direaksikan dengan asam asetat glasial berlebih menghasilkan senyawa trifeniltimah asetat (TPTA). Uji karakterisasi produk sintesa Bock, memberikan hasil positif, yakni pada kedekatan temperatur titik leleh dengan titik leleh literatur pada uji titik leleh, maupun pada pengukuran FTIR dan GCMS. Pada pengukuran FTIR ini, produk sintesa Bock menghasilkan spektrum pada bilangan gelombang 1738 cm-1 dan 1356 cm-1, yang merupakan spektrum khas ikatan O-C-O maupun spektrum pada bilangan gelombang 559,68 cm-1, yang merupakan spektrum khas ikatan Sn-O. Keberadaan spektrum khas ini merupakan petunjuk adanya senyawa TPTA. Selanjutnya pada karakterisasi dengan GCMS, dihasilkan peak yang dominan pada waktu retensi 14,91 menit dan fragmen di m/z 410 m/z 351 m/z 274 m/z 197 m/z 120. Adanya fragmen di m/z 410, memperkuat dugaan bahwa produk hasil sintesis benar mempunyai TPTA. Selanjutnya produk hasil sintesa Bock kemudian diaplikasikan pada kayu sebagai bahan anti rayap. Dengan dasar pertimbangan bahwa produk sintesa Bock memiliki kemurnian yang tinggi, dikaji dari hasil karakterisasi. Hasilnya terjadi penurunan % kehilangan berat kayu, kenaikan mortalitas rayap dan penurunan derajat serangan rayap secara sigifikan, melalui uji statistik yang dilakukan. Selain itu terjadi peningkatan ketahanan kayu sebesar 2 tingkat, dari kelas V menjadi kelas III. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa TPTA merupakan bahan anti rayap yang cukup efektif.
2007
S30655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarnuzi Gunlazuardi
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian detoksifikasi air secara fotokatalisis dengan menggunakan lapisan tipis titanium dioksida yang dilekatkan pada permukaan logam titanium. Didalam penelitian yang dilaporkan telah dikembangkan cara pembuatan lapisan tipis titanium dioksida dengan teknik sol-gel dan pemanasan. Inovasi dilakukan dengan mengganti perkursor yang umum dipakai (titanium isopropoksida=TIPP) dengan prekursor lain, yaitu titanium diisopropoksi bis asetil asetonate (TAA) dan titanium diisopropoks bis asetil asetoasetat (TEA), yang memberikan kemungkinan diterapkannya suatu prosedur yang memberikan lapisan tipis yang homogen, terikat kuat, dan mempunyai bentuk kristalinitas yang dikehendaki. Keadaan ini dimungkinkan karena (tidak seperti TIPP) TAA dan TEA diudara terbuka cukup stabil sehingga hidrolisis dan pembentukan oksidanya dapat dikontrol. Dengan cara demikian kita mempunyai banyak kesempatan mengarahkan pelekatan titanium dikosida yang masih sangat kecil ukuran partikelnya dan menjamin diperolehnya lapisan-lapisan yang terikat kuat. Kenyataannya, prosedur yang cukup reliable dan mudah dikerjakan berhasil ditetapkan melalui penelitian ini.

Matrik katalis yang dikembangkan dengan cara tersebut diatas kemudian disusun dalam konfigurasi reaktor fotokatalisis. Inovasi konfigurasi reaktor dilakukan dengan pendekatan baru, yakni konfigurasi yang memungkinkan kita memberikan bias potensial pada permukaan lapisan tipis titanium dioksda. Dengan cara demikian tidak hanya proses fotokatalisis saja yang dapat dipelajari dan atau dijalankan, tetapi juga proses fotoelektrokatalisis.

Konfigurasi reaktor yang disusun telah dicobakan untuk mematikan e.Coli dan mendegradasi 2,4-diklorofenol didalam air. Dalam penelitian ini telah berhasil dikonfirmasi keberadaan fenomena fotoelektrokatalisis disamping fenomena fotokatalisis. Lebih jauh, dapat dikenali bahwa fotoelektrokatalisis mempunyai potensi yang lebih baik dalam hal menurunkan kualitas toksisitas air yang terkontaminasi.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jarnuzi Gunlazuardi
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian detoksifikasi air secara foto(elektro)katalisis dengan menggunakan lapisan tipis TiO2 yang dilekatkan pada permukaan logam titanium. Didalam penelitian yang dilaporkan telah dikembangkan cara pembuatan lapisan tipis TiO2 dengan teknik sot-gel dan pemanasan. Inovasi dilakukan dengan mengganti prekursor yang umum dipakai (titanium isopropoksida = TIPP) dengan prekursor lain, yaitu titanium diisopropoksi bis asetil asetonate (TAA), yang memberikan kemungkinan ditetapkannya suatu prosedur yang memberikan lapisan tipis yang homogen. terikat kuat, dan mempunyai bentuk kristalinitas yang dikehendaki. Keadaan ini dimungkinkan karena(tidak seperti TIPP) TAA diudara terbuka cukup stabil sehingga hidrolisis dan pembentukan oksidanya dapat dikontrol. Dengan cara demikian kita mempunyai banyak kesempatan mengarahkan pelekatan titanium dioksida yang masih sanat kecil ukuran partikelnya dan menjamin diperolehnya lapisan-lapisan yang terikat kuat. Kenyataannya, prosedur yang cukup reliable dan mudah dikerjakan berhasil ditetapkan melalui penelitian ini. Matrik katalis yang yang dikembangkan dengan cara tersebut diatas kemudian disusun dalam konfigurasi reaktor fotokatalisis. Inovasi konfigurasi reaktor dilakukan dengan pendekatan baru, yakni konfigurasi yang memungkinkan kita memberikan bias potensial pada permukaan lapisan tipis titanium dioksida. Dengan cara demikian tidak hanya proses fotokatalisis saja yang dapat dipelajari dan atau dijalankan, tetapi juga proses fotoelektrokatalisis. Konfigurasi reaktor yang disusun telah dicobakan untuk mematikan E.coli dan mendegradasi 2,4.6-triklorofenol didalam air. Dalam penelitian ini telah berhasil dikonfirmasi keberadaan fenomena fotoelektrokatalisis disamping fenomena fotokatalisis. Keberadaan efek penguatan karena tegangan listrik (electric field enhancement effect) telah diverilikasi dan nampaknya memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan kemampuan katalitik, terutama pada thermal film. Lebih jauh dapat dikenali bahwa fotoelektrokatalisis mempunyai potensi yang lebih baik dalam hal menurunkan toksisitas air yang terkontaminasi. Evaluasi lebih lanjut pada kedua. jenis lapisan tipis (thermal film versus solgel film) mengindikasikan bahwa keduanya mempunyai perilaku yang berbeda dalam peranannya pada proses fotoelektrokatalisis. Nampaknya thermal film lebih sesuai untuk target kontaminan yang mempunyai konsentrasi relatif tinggi, sementara sol-gel film lebih sesuai untuk target kontaminan dengan konsentrasi sangat rendah.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP 2000 156a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana
Abstrak :
ABSTRAK
Energi panas bumi (Geothermal) adalah sumber energi yang penting dimana eksploitasinya tidak mempunyai dampak lingkungan yang signifikan. Penggunaan energi panas bumi terbukti sangat efektif dari segi biaya. Salah satu masalah yang timbul dalam penggunaanenergi panas bumi adalah scaling dari beberapa mineral pada saat dilakukannya eksploitasi. Scaling adalah poses pengendapan yang diikuti pengerasan. Pencegahan atau penguranganpembentukan kerak silika dengan penangananyang tepat memungkinkan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber panas bumi suhu tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar optimal yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi pembentukan kerak silika dari contoh air panas bumi yang berasal dari lapangan panas bumi Dieng, Jawa. Untuk mengetahui kemungkinan terbentuknya kerak silika dilakukan penguapan sampel dari volume 300 ml menjadi ?50 ml pada pH 4; 5,83(pH alami); 7 dan 9 dan menambahkan inhibitor asam borat dengan variasi konsentrasi 0,5 ppm; 1,0 ppm; 1,5 ppm; 2,0 ppm; 3,0 ppm; 5,0 ppm. Dilakukan juga inhibisi pengerakan dengan menggunakan asam maleat dengan variasi konsentrasi 1,0 ppm; 3,0 ppm; 5,0 ppm; 10,0 ppm dan 25,0 ppm. Sedangkan untuk pengaruh logam Fe dan Al, pengaturan pH pada pH 7 dan pH alami (5,83) dengan variasi konsentrasi logam Fe 2,0 ppm; 5,0 ppm; 10 ppm dan logam Al 5,0 ppm; 10,0 ppm; 25,0 ppm. Dari percobaan yang dilakukan ternyata diketahui bahwa konsentrasi optimal asam borat yang dapat digunakan untuk menginhibisi pengerakan sebesar 2 ppm pada pH 7, 1,5 ppm pada pH alami (5,83). Sedangkan untuk asam maleat sebesar 3 ppm pada pH 7. Adanya Fe menambah kelarutan silika hingga konsentrasi Fesebesar 10 ppm. Dan adanya Al menambah kelarutan silika sampai konsentrasi 10 ppm. Konsentrasi Al lebih dari 10 ppm dapat menurunkan kelarutan silika.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Setiawan Parikesit
Abstrak :
Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat dengan beberapa logam alkali dan alkali tanah terikat didalamnya. Struktur zeolit yang khas dengan rongga-rongga didalamnya membuatnya memiliki sifat-sifat yang unik seperti mampu bertindak sebagai katalis, penukar ion, pengayak molekular. Untuk dapat memahami benar-benar apa yang terjadi pada zeolit dibutuhkan data karakterisasi zeolit. Zeolit alam Indonesia belum mempunyai data base karakterisasi spesifik zeoht aiafn, sehingga perlu dilakukan penentuan struktur zeolit alam di Indonesia. Zeolit alam Yogya dan Lampung (-80+100 mesh) dikalsinasi pada suhu 350° C selama 24 jam untuk menghilangkan pengotornya. Kemudian diberi perlakuan dengan asam HCl dan H2SO4 dengan variasi konsentrasi IN; 2N: 4N dan 6N. Kemudian zeolit alam Yogya, Lampung dan tiap variasinya dikarakterisasi dengan XRD dan metode gravimetri. Pada zeolit Yogya didapatkan data kualitatif berupa kandungan mordenit dan klinoptilolit. Sedang zeolit Lampung memiliki kandungan klinoptilolit, mordenit dan kemungkinan chabazite atau zeolit lain. Kandungan mordenit pada zeolit Yogya adalah 53,14% dan klinoptitolit 33,26%. Sedangkan pada zeolit Lampung didapatkan klinoptilolit sebesar 50,93% dan mordenit 34,06%. Zeolit Yogya tidak mengalami perubahan struktur yang signifikan karena kandungan mordenit yang dominan, sedangkan pada zeolit Lampung terlihat pada konsentrasi 4N dan 6N terdapat peningkatan rasio Si/AI yang cukup drastis yang menunjukkan kemungkinan rusaknya struktur kristal pada zeolit, yang diakibatkan oleh kandungan klinoptilolit yang dominan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>