Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suharyanto
"ABSTRAK
Protease asam yang dihasilkan oleh kapang memiliki peranan penting dalam industri pangan dan farmasi. Rhizopus spp. merupakan salah satu jenis kapang yang memiliki aktivitas proteolitik dan tidak menghasilkan toksin. Kemampuan Rhizopus dalam menghasilkan enzim proteolitik bervariasi baik antar spesies maupun antar galur dalam spesies yang sama. Untuk memperoleh enzim dengan aktivitas proteolitik yang tinggi, perlu diperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitasnya. Tingkat keasaman (pH) dan suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan aktivitas enzim proteolitik. Setiap enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH lingkungan yang menyebabkan aktivitasnya maksimum. Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme juga mempunyai suhu optimum tertentu untuk mengkatalisis suatu reaksi enzimatis.
Indonesia dikenal kaya akan keanekaragaman hayati kapang. Untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati kapang indigenous Indonesia, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi produksi protease asam ekstra selular dari Rh. microsporus v. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers dan Rh. microsporus v. Tiegh. var. chinensis (Saito) Schipper & Stalpers koleksi University of Indonesia Culture Collection (UICC). Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi biakan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519, 520, dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam menghasilkan enzim proteolitik, dan penentuan waktu fermentasi, pH, dan suhu optimum aktivitas proteolitik pada kapang terpilih.
Aktivitas proteolitik semi kuantitatif dari ketiga biakan dipelajari berdasarkan kemampuannya membentuk zona bening pada medium 4% (b/v) Skim Milk Agar (SMA) dengan cara pencawanan (plating) spora tunggal pada suhu ruang selama 28-29 jam. Filtrat kultur fermentasi Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang diekstraksi dari medium dedak padi digunakan untuk uji aktivitas proteolitik. Uji aktivitas proteolitik kuantitatif dari filtrat kultur dilakukan dengan mengukur jumlah tirosin yang dihasilkan dari hidrolisis substrat kasein pada suhu suhu 37°C ± 2°C selama 30 menit. Setiap labu yang berisi medium fermentasi steril diinokulasi dengan 1 ml suspensi spora Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang berisi 3,9-4,6 x(10 pangkat 5)koloni/ml. Medium fermentasi selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang (26--30°C) tanpa pengocokan. Protease kasar diekstraksi dari medium fermentasi pada 0, 24, 48, 72, 96, dan 120 jam untuk mengetahui waktu fermentasi optimum. Untuk menentukan pH optimum aktivitas proteolitik, kasein sebagai substrat enzim dilarutkan dalam larutan dapar hingga diperoleh pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; dan 8,0. Untuk menentukan suhu optimum aktivitas proteolitik, sampel direaksikan dengan substrat kasein 0,7% (b/v) dalam dapar glisin-HCI pH 3,0 dan dinkubasikan pada suhu 35, 40, 45, 50, dan 55°C.
Berdasarkan diameter zona bening yang terbentuk dari pertumbuhan spora tunggal pada medium SMA dapat disimpulkan bahwa Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 memiliki kemampuan menghasilkan protease lebih cepat dibandingkan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519 dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam waktu yang sama (28-29 jam). Aktivitas proteolitik Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 dengan medium fermentasi dedak padi mencapai maksimum, yaitu sebesar 0,0944 U/ml pada inkubasi selama 72 jam. Peningkatan aktivitas proteolitik yang cepat diikuti dengan penurunan pH filtrat kultur.
Enzim proteolitik dalam filtrat kultur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran pH substrat 2,0-6,0 dan memiliki dua puncak aktivitas, yaitu puncak tertinggi pada substrat kasein dengan pH 2,0-3,0 (0,0772--0,0912 U/ml) dan puncak aktivitas kedua yang lebih rendah dari puncak pertama, yaitu pada pH substrat 5,0-6,0 (0,0603-0,0649 U/ml). Enzim proteolitik dari filtrat kuitur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran suhu 35--50°C. Aktivitas proteolitik tertinggi diperoleh pada suhu 45° C.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuria Yenie Artha S.
"ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan limbah cair tahu sebagai substrat fermentasi biomassa. Pada substrat masing-masing ditambahkan konsentrasi pati 0%, 1%, 2%, atau 3%. Tujuan dari penelitian ini adalah: meneliti pengaruh penambahan konsentrasi tepung tapioka terhadap produksi biomassa Rhizopus oligosporus UICC 116 dan Rh. oryzae UICC 128, menentukan konsentrasi tepung tapioka yang paling baik, dan membandingkan hasil produksi biomassa antara kedua Rhizopus yang digunakan pada tiap konsentrasi tepung tapioka. Hasil biomassa tertinggi dari kedua jenis Rhizopus tersebut adalah pada konsentrasi pati 3%, sedangkan biomassa terendah diperoleh dari konsentrasi pati 0%. Pada konsentrasi pati 3%, rata-rata berat kering biomassa Rh. oligosporus (756,96 mg/100 ml) lebih banyak dibandingkan rata-rata berat kering biomassa Rh. oryzae (401,4 mg/100 ml). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh penambahan 4 konsentrasi tepung tapioka (pati) terhadap produksi biomassa, serta adanya perbedaan jumlah biomassa kedua jenis Rhizopus yang digunakan pada beberapa konsentrasi pati yang ditambahkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Lina Iswaraningsih
"ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat yang dihuni oleh pasien yang umumnya memiliki daya tahan tubuh yang rentan. Oleh karena itu, rumah sakit, terutama kamar operasi haruslah berada dalam keadaan relatif steril. Adanya mikroorganisme dalam kamar operasi dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Telah dilakukan isolasi dan identifikasi untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang terdapat dalam ruang Instalasi Bedah Pusat-Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (IBP-RSCM), Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka cawan petri yang berisi medium Tauge Extract Agar (TEA) selama 15 menit. Pengambilan sampel dilakukan sebelum dan sesudah ruangan dibersihkan. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu kamar dan pengamatan dilakukan selama lima hari berturut-turut. Kapang dipelihara pada medium Potato Dextrose Agar (FDA). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan medium Czapek's Dox Agar (CDA), Malt Extract Agar (MEA), dan FDA. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 18 jenis kapang yang dapat diisoiasi dan diidentifikasi dari IBP-RSCM. Kapang yang ditemukan merupakan kapang dari marga Aspergillus, Chaetomium, Cladosporium, Curvularia, Fusarium, Humicola, Mortierella, Penicillium, dan Wallemia. Kapang yang memiliki persentase keberadaan terbesar sebelum ruangan dibersihkan adalah Aspergillus sedangkan sesudah ruangan dibersihkan
adalah Penicillium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua Devita Sari
"ABSTRAK
Ikan kering tawar merupakan bahan pangan, sumber protein hewani yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan pangan tersebut mudah mengalami kerusakan khususnya oleh mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi kapang-kapang pada 30 sampel ikan kering tawar. Isolasi dilakukan dengan teknik direct plating menggunakan medium Dichioran Agar + Chioramphenicol. Koloni kapang representatif yang tumbuh langsung pada tubuh ikan, diisolasi berdasarkan warna dan tekstur koloni. Isolat kapang ditumbuhkan pada medium identifikasi yaitu, Czapek's Dox Agar (CDA) dan Malt Extract Agar (MEA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Identifikasi dilakukan melalui pengamatan makroskopik dan mikroskopik dari kapang-kapang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan ada 33 spesies dari 16 genera kapang yang dapat diisolasi dan diidentifikasi dari 30 sampel ikan kering tawar. Isolat kapang yang ditemukan termasuk ke dalam genera Absidia, Aspergillus, Chaetomium,. Cladosporium, Eurotium, Fusarium, Mucor, Moniliella, Neurospora, Nigrospora, Penicillium, Rhizopus, Scopulariopsis, Sordaria, Syncephalastrum, dan Trichoderma. Genus Aspergillus merupakan kapang terbanyak yang diisolasi yaitu ada pada 25 sampel dari 30 sampel ikan kering tawar. Aspergillus carbonarius (Bainer) Thom merupakan isolat terbanyak yaitu ada 14 isolat dan 99 isolat yang diperoleh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rostiati N.
"ABSTRAK
Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang cukup potensial, dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam industri Protein Sel Tunggal (PST). Mikroorganisme yang banyak digunakan dalam industri tersebut adalah khamir, antara lain Candida tropocalis yang memiliki enzim amilase. Dalam penelitian ini, khamir Candida tropicalis ditumbuhkan pada medium sagu (0,5 %, b/v), ditambah yeast extract sebagai sumber vitamin serta mineral yang terdiri atas (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4.7H2O, dan CaCl2.2H2O. Medium diinokulasi dengan suspensi Candida tropicalis (2 %, v/v). Fermentasi berlangsung dengan pengocokan secara resiprokal (125 rpm), pada suhu 30 derajat Celsius, selama 48 jam. Pertumbuhan khamir diukur dengan Spektrofotometer ?Spectronic 20 Bausch & Lomb? pada panjang gelombang 640 nm. Hasil yang diperoleh ialah , Candida tropicalis tumbuh lebih baik pada medium sagu yang telah diperkaya dengan yeast extract dan mineral, pada suhu 30 derajat Celsius."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.Tatiani Hartanti Adriantini
"Sejak awal tahun 1960, masalah kontaminasi minyak bumi oleh mikroorganisme telah menarik perhatian para peneliti. Jenis kapang yang paling sering dijumpai pada bahan tersebut adalah Cladosporium resinae (Lindau) de Vries. Kapang ini dikenal sebagai perusak bahan bakar, dan menyebabkan korosi pada tangki-tangki penyimpanan serta menyumbat filter pada saluran bahan bakar pesawat terbang. Sampai saat ini belum ditemukan cara ynag paling efektif untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh kapang tersebut. Penelitian mengenai aspek-aspek biologis dari C. resinae seringkali menemui hambatan, karena kapang ini biasanya kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia setelah dibiakkan beberapa kali. Karena itu perlu dicari medium yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kapang ini. Dalam penelitian ini, C. resinae ditumbuhkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) dan MEA (Malt Extract Agar) dengan sembilan variasi pH, yaitu: pH 3,0 - pH 7,0 dengan rentang 0,5. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang (kurang lebih 30 derajat Celsius) selama 6 hari. Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan cara mengukur diameter koloni menggunakan jangka sorong. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa C. resinae tumbuh baik pada medium PDA dengan pH 3,5 atau medium MEA dengan pH 3,5."
1987
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darlina
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) terbesar di dunia. Tapioka merupakan salah satu produk ubi kayu yang sangat penting. Tapioka yang kaya akan karbohidrat dapat dimanfaatkan sebagai substrat PST. Dengan enzim amilase yang dimilikinya, Chlamydomucor oryzae dapat memanfaatkan tapioka untuk pertumbuhannya. Tapioka kaya akan karbohidrat, tetapi miskin akan unsur nutrisi lainnya. Penambahan ekstrak taoge pada tapioka memberikan pertumbuhan Chlamydomucor oryzae yang baik. Pertumbuhan suatu mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungannya. pH merupakan salah satu faktor lingkungan yang berperan. Dalam penelitian ini, diuji 6 pengaruh variasi pH terhadap pertumbuhan Chlamydomucor oryzae pada medium tapioka yang diperkaya dengan ekstrak taoge pada suhu 35 derajat celsius. Pengukuran dilakukan melalui berat kering biomasa Chlamydomucor oryzae. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pH 4,5 dan pH 5 merupakan pH yang terbaik bagi pertumbuhan Chlamydomucor oryzae pada medium tapioka yang diperkaya dengan ekstrak taoge, pada suhu 35 derajat celsius."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaitun Alatas
"ABSTRAK
Untuk mengisolasi Chlamydomucor oryzae dari ragi tape, telah digunakan enam macam sampel yaitu: ragi Semar (S), ragi Sumber Madu (SM), ragi Sumber Urip (SU), ragi Puhung Padi (PP), ragi Roda Mae (II), dan ragi NKL (N). C. ory zae berhasil diisolasi .dari dua macam sanipel saja yaitu ragi S dan SM. Dalam penelitian ini oryzae yang telah diisolasi dari ragi tape tersebut, diuji pertumbuhannya pada medium PDA dan TEA dengan metode sebar, diuji aktivitas amilolitik nya pada medium pati singkong 35 % ( b/v) dengan metode "still culture", dan diuji aktivitas proteolitik-. nya pada medium gelatin 15 %. Semua uji aktLvitas tersebut dilakukan pada suhu 30°C dan 35°C. Dari uji pertumbuhan pada medium PDA, diameter koloni C. oryzae berkisar antara 4-16 mm (± 3,385) pada suhu 30°C dan berkisar antara 9-20 mm (2 9 787) pada 35°C. Pada medium TEA, diameter koloninya berkisar antara 9-20 mm ( 2,873) pada 30°C, dan berkisar antara 12-24 mm ( 3,253) pada 35°C. .Aktivitas amilolitik dan proteolitik kapang tersebut lebih tinggi pada suhu 35°C, bila dibandingkan pada suhu 30°C. Dari hasil penelitian mi diketahul bahwa Q. orvzae merupakan kapang yang mempunyai aktivitas arnilolitik dan proteolitik, sehingga dengan demikian dapat dlmanfaatkan pula di industri fermentasi yang menggunakan pati atau suatu sumber protein sebagal substrat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Tri Mayang Mekar
"Khamir merupakan mikroorganisme yang paling banyak digunakan dalam industri Protein Sel Tunggal (PST). Diketahui bahwa substrat merupakan biaya operasi terbesar dalam industri ini. Di Indinesia, hutan sagu yang tersebar luas belum dimanfaatkan secara optimal. Tepung sagu dapat dimafaatkan sebagai substrat PST. Saccharomycopsis fibuligera yang memiliki enzim amilase ekstra selular, termasuk khamir yang dapat mengurai amilum atau pati. Penelitian pendahuluan membuktikan bahwa S. fibuligera mampu tumbuh pada medium sagu 0,5 %. Dalam penelitian ini, pertumbuhan diukur dengan spektrofotometer Spectronic 20 Bausch & Lomb pada panjang gelombang = 640 nm. Pertumbuhan yang lebih baik didapatkan setelah penambahan yeast extract, mengingat sagu miskin vitamin. Selanjutnya, diuji pengaruh 3 variasi pH terhadap pertumbuhan S. fibuligera pada medium sagu yang diperkaya yeast extract. Dari penelitian dapat disimpulakan bahwa S. fibuligera tumbuh lebih baik pada medium sagu sesudah ditambahkan yeast extract, dan pH 5,0 merupahan pH yang terbaik bagi pertumbuhan S. fibuligera pada medium sagu yeast extract, pada suhu kurang lebih 30 derajat celcius."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"ABSTRAK
Kelapa termasuk produk perkebunan Indonesia yang cukup penting. Pada umumnya bagian kelapa yang dimanfaatkan hanyalah daging buahnya (endosperm), sedangkan bagian lainnya, termasuk air kelapa biasanya terbuang begitu saja.
Air kelapa telah terbukti mengandung unsur kimia yang penting bagi pertumbuhan mikroorganisme. Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk produksi protein sel tunggal (PST), sari kelapa (nata de coco), atau asam cuka (vinegar).
Dalam penelitian ini dibandingkan produk asam cuka yang dihasilkan dari fermentasi air kelapa dengan menggunakan Acetobacter aceti dan A. rancens pada proses asetifikasi dan khamir Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus pada proses alkoholisasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa asam cuka yang dihasilkan A. aceti (3,25 %) dan A. rancens (3,48 %) tidak berbeda nyata pada db = 0,05 dengan uji anava l faktor. Hasil uji pengaruh suhu serta uji cita rasa yang dilakukan oleh 2 orang membuktikan bahwa A. rancens lebih tahan suhu tinggi (40 C) serta mempunyai aroma dan rasa asam cuka yang relatif lebih baik dibandingkan asam cuka yang dihasilkan A. aceti. Uji sifat biokimia menyimpulkan bahwa A. aceti dan A. rancens memang berbeda dan harus dipisahkan.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air kelapa untuk fermentsi asam cuka, sebaiknya menggunakan A. rancens sebagai inokulumnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>