Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anang Prayudi
"Kerja gilir memberikan keuntungan dalam mendukung produktivitas perusahaan. Namun disisi lain, kerja gilir juga dapat mengakibatkan kelelahan dan gangguan tingkat kewaspadaan sopir truk hauling yang bekerja gilir. Resiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat bila terjadi gangguan pada tingkat kewaspadaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kewaspadaan sopir truk hauling kerja gilir dan faktor yang mempengaruhinya, serta hubungan pola kerja gilir dengan gangguan tingkat kewaspadaan.
Metode penelitian adalah studi "comparative cross sectional' dengan mengambil seluruh sopir truk hauiing di perusahaan sebanyak 145 orang sebagai responden. Data penelitian didapatkan nielalui kuesioner, serta pengukuran tes Kraepelin yang dilakukan setelah shift kerja pada kelompok sopir shift Siang dan malam.
Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS 11.5. Didapatkan prevalensi tingkat kewaspadaan buruk pada 56.6% sopir truk hauling. Faktor yang paling kuat herhubungan dengan tingkat kewaspadaan buruk adalah lama kerja (p=0.45), dengan OR 2.9. Sedangkan faktor lain yang mempunyai hubungan tidak bermakna tetapi mendekati secara berurutan adalah training (p=0.06 dan OR=0.47), berat badan (p=0.10 dan OR=1.9), jumlah anak (p=0.14 dan OR=1.9 ) dan umur anak terkecil (p=0.19 dan OR=0.53).
Dalam hubungan dengan faktor lama kerja, maka tingkat kewas )adaan berkaitan dengan "general performance" dimana proses adaptasi memegang peranan penting. Semakin lama bekerja maka sopir semakin beradapatasi sehingga tingkat kewaspadaan semakin baik.
Faktor training dengan nilai OR= 0.47 dengan IK < 1 menunjukkan bahwa training yang jarang menjadi faktor yang protektif untuk terjadinya tingkat kewaspadaan buruk. Hal ini menjadi kontradiktif dan perlu evaluasi lebih lanjut terutania berkaitan dengan materi, cara 1 metode pemberian training dan waktu training serta kompetensi trainernya.
Faktor berat berlebih dan kegemukan menjadikan pekerja mengeluarkan tenaga berlebih untuk melakukan aktilhas sehingga mudah terjadi kelelahan yang pada akhimya menyebabkan kantuk dan penurunan kewaspadaan.
Jumlah anak dan umur anak terkecil mempengaruhi tingkat kewaspadaan karena faktor pengasuhan yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua sehingga mengganggu jadwal istirahat pekerja.
Dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan adanya pengadaan berrnakna dari tingkat kewaspadaan sopir truk hauling terhadap pola kerja shift (shift siang dan shift malam).

Shift work provides benefit in supporting a company's productivity. However. shift work also might cause fatigue and alertness disturbance of hauling truck drivers who work on shift. The risk of work accident would be significantly increased in line with decreasing level of alertness. The aims of this study are to know the alertness level of the hauling truck drivers who work on shift and the influencing factors, also to identify the relationship of shift work with alertness level.
The research method is comparative cross sectional study by taking 145 hauling truck drivers as the study respondents. The data of this study was obtained from questionnaire and measurement of Kraepelin test which was done after the completion of shift work of day and night drivers.
The result of this study was analyzed with SPSS 11.5. It was found that the prevalence of "bad" alertness of the hauling truck drivers was 56.6%. The strongest, related factor with bad alertness was length of work period (p=0.05) with OR=2.9. Other factors that showed no significant ration but have close relation were training (1=0.06 and OR=0.47), body weight (p=0.10 and OR=1.9), number of children (p=-0.14 and OR=1.9) and the age of the youngest child (p=0.19 and OR=0.53).
In relation with the length of work period, alertness is related with "general performance" of which the adaptation process takes significant role. Drivers adapt well with longer period of assignment in year so that the alertness level is much better.
Training factor with OR=0.47 and IK
Excessive body weight and obesity affect drivers to work with extra energy for doing the work activities. It leads to fatigue and at the end it causes sleepiness and decrease of alertness.
Number of children and the age of the youngest child influenced the alertness. It can be explained that parental care and attention is much needed for the children and it would affect resting time of the workers.
From this study, significant difference of the alertness level amongst hauling truck drivers (day shift and night shift) could not be proven.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fitria Arfiana
"Nama Nurul Fitria ArfianaProgram Studi Magister Kedokteran KerjaJudul Prevalensi Insomnia pada Pekerja Industri Kecil Menengah di Pedesaan yang Lembur dan Faktor Faktor yang Berhubungan Studi pada pekerja industri tas di desa Kadu Genep kecamatan Petir Serang Insomnia di kalangan pekerja lembur pada beberapa penelitian sebelumnya diketahui mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dari masyarakat umum namun pada pekerja industri kecil menengah yang lembur belum ada data yang ditemukan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi insomnia pada pekerja industri kecil menengah yang lembur beserta sebaran risiko menurut faktor sosiodemografi umur gender tingkat pendidikan status perkawinan dan penghasilan faktor okupasi masa kerja jumlah jam kerja faktor lingkungan rumah tinggal faktor medik depresi status gizi dan kebiasaan merokok minum kopi atau energy drink aktivitas fisik Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 di desa Kadu Genep Kecamatan Petir Kabupaten Serang dengan jumlah responden 99 orang Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan menggunakan desain penelitian potong lintang Insomnia diukur menggunakan instrumen Insomnia Rating Scale IRS yang dikembangkan oleh Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta KSPBJ Hasil penelitian menunjukkan 57 6 responden mengalami insomnia terdiri dari 51 5 insomnia ringan dan 6 1 insomnia sedang tidak ada yang mengalami insomnia berat Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel aktivitas fisik berat dan merokok mempunyai hubungan signifikan dengan insomnia OR 3 16 95 CI 1 32 7 57 dan OR 0 32 95 CI 0 13 0 77 Perbedaan jumlah jam kerja lembur per minggu yang dilakukan responden tidak berhubungan signifikan dengan insomnia Dalam penelitian ini juga ditemukan prevalensi depresi yang tinggi 60 6 dengan menggunakan instrumen Beck Depression Inventory II BDI II Kesimpulan Aktivitas fisik berat merupakan faktor risiko paling dominan yang berperan dalam terjadinya insomnia sedangkan merokok berperan dalam menurunkan risiko insomnia Kata kunci Insomnia industri kecil menengah pekerja lembur.

Name Nurul Fitria ArfianaStudy Program Magister of Occupational MedicineTitle The Prevalence of Insomnia among overtime workers of rural small medium scale industry and the related factors Study in the bag industry workers in the village of Kadu Genep Petir Serang In previous studies insomnia among overtime workers is known to have a higher prevalence than that of the general population but in small medium scale industry workers there are no data found This study aims to determine the prevalence of insomnia among overtime workers in the small medium scale industry as well as its association with sociodemographic risk e g age gender education marital status and income occupational factors e g employment period number of hours worked environmental factors the medical factors e g depression obesity and poor habits e g smoking drinking coffee or energy drink physical activity This research was conducted in October 2015 in the village of Kadu Genep Petir Serang with 99 respondents This is a descriptive research using cross sectional study design Insomnia was measured using instruments of Insomnia Rating Scale IRS which was developed by the Jakarta Biological Psychiatry Study Group KSPBJ The results shows that 57 6 of respondents has insomnia consisted of 51 5 mild insomnia and 6 1 moderate insomnia and none of them has severe insomnia Multivariate analysis shows that heavy physical activity variable and smoking have a significant relationship with insomnia OR 3 16 95 CI 1 32 to 7 57 and OR 0 32 95 CI 0 13 to 0 77 The difference of the number of overtime hours per week done by the respondents has no significant relationship with insomnia It is also found that there is high prevalence of depression 60 6 by using Beck Depression Inventory II BDI II instrument Conclusion Heavy physical activity indicates dominant risk factor for the occurrence of insomnia while smoking reduces the risk of insomnia Keywords insomnia small medium scale industry overtime worker."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yunia Fitriani
"ABSTRAK
Pendahuluan. Gangguan mental emosional adalah keadaan distress psikologik yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan gangguan jiwa berat dan disabilitas. Prevalensi gangguan mental emosional yang dialami oleh perawat perempuan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo, rumah sakit rujukan tersier di Indonesia, pada tahun 1998 adalah sebesar 17,7%. Salah satu bahaya potensial psikososial yang diduga berhubungan dengan gangguan kesehatan mental adalah konflik pekerjaan-keluarga.
Metode. Disain penelitian menggunakan studi potong lintang dengan mencari hubungan antara variabel bebas konflik pekerjaan-keluarga dan faktor individu serta faktor pekerjaan lainnya dengan variabel terikatnya yaitu gangguan mental emosional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner konflik pekerjaan-keluarga, SRQ 20 dengan populasi penelitian perawat perempuan yang bekerja di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Prevalensi gangguan mental emosional pada perawat perempuan di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 23,5%. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada perawat perempuan di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo adalah konflik pekerjaan-keluarga (OR 2,59, CI 95% 1,44-4,65, p<0,001) dan tingkat pendidikan (OR 0,07, CI 95% 0,01-0,62, p:0,010).
Kesimpulan. Didapatkan hubungan yang bermakna antara konflik pekerjaan-keluarga dengan gangguan mental emosional pada perawat perempuan di Indonesia.

ABSTRACT
Introduction: Emotional mental disorder is a state of psychological distress that, if not handled properly, can lead to severe mental disorders and disabilities. The prevalence of emotional mental disorder experienced by female nurses at the National General Hospital (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo, tertiary referral hospital in Indonesia, in 1998 was 17.7%. One potential psychosocial hazard that is thought to be related to mental health disorders is the work-family conflict.
Methods: This was a cross-sectional study by looking for relationship between the independent variable work-family conflict, individual factors and work factors with dependent variable emotional mental disorder. The instruments used in this study are work-family conflict questionnaire and SRQ 20 with study population is female nurses whom are working at RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
Results: The prevalence of emotional mental disorder in female nurses at Dr.Cipto Mangunkusumo RSUPN is 23.5%. The most dominant factor associated with emotional mental disorder in female nurses at RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo is work-family conflict (OR 2,59, CI 95% 1,44-4,65, p<0,001) and level of education (OR 0,07, CI 95% 0,01-0,62, p:0,010).
Conclusion: There is a significant relationship between work-family conflicts and emotional mental disorders in female nurses in Indonesia."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library