Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Nur Islami
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler dan dapat dikenal sebagai the serial killer yang sering terjadi pada masyarakat dan menyerang berbagai kalangan usia, salah satunya dewasa. Gaya hidup tidak sehat seperti kurangnya melakukan latihan fisik, pola makan tidak sehat dengan banyak konsumsi makanan asin, dan stress, menjadi penyebab terjadinya masalah hipertensi. Masalah kesehatan hipertensi perlu diatasi bersama, antara individu, keluarga, dan tenaga kesehatan. Latihan fisik senam hipertensi menjadi salah satu alternatif penanganan non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan latihan fisik senam hipertensi untuk menurunkan tekanan darah pada Bapak S. Hasil implementasi dilakukan senam hipertensi selama 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi 20 menit selama dua minggu. Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik 175 mmHg menjadi 129 mmHg dengan rata-rata penutunan 5,75 mmHg dan tekanan darah diastolik dari 95 mmHg menjadi 75 mmHg dengan rata-rata penurunan 2,5 mmHg. Intervensi latihan fisik senam hipertensi dapat direkomendasikan menjadi salah satu intervensi keluarga dengan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan.

Hypertension is a cardiovascular disease and can be know as the serial killer that often occurs in the community and attacks various age groups, especially adult. Unhealthy lifestyles such as lack of physical exercise, unhealthy eating patterns with a lot of salty food consumption, and stress are the causes of hypertension problems. Hypertension health problems need to be addressed, between individu, family, and health workers. Physical exercise: hypertension gymnastics is an alternative non-pharmacological treatment to reduce blood pressure. This scientific work aims to knowing the effectiveness of implementing physical exercise for hypertension gymnastics to reduce Mr. S blood pressure. The results of this implementation carried our hypertension gymnastics for 3-4 times a week with a duration of 20-30 minutes for two weeks. The evaluation results showed a decrease in systolic blood pressure from 175 mmHg to 129 mmHg with avarage decrease 5,75 mmHg and diastolik blood pressure from 95 mmHg to 75 mmHg with avarage decrease 2,5 mmHg. Interventions of hypertension gymnastics can be recommended as a family intervention with hypertension to reduce blood pressure and improve health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hafsah
"Hipertensi merupakan masalah serius dikarenakan prevalensinya yang terus bertambah, dimana 1,28 miliar orang di dunia mengidap penyakit tersebut. Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi sekitar 34,11%, dimana 45,3% dari seluruh pengidap hipertensi di Indonesia merupakan populasi dewasa akhir. Hal tersebut menunjukan usia dewasa akhir menempati peringkat 2 kelompok umur dengan prevalensi terbanyak, sehingga penting untuk ditindaklanjuti agar tidak berlanjut pada komplikasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan foot massage sebagai bagian dari terapi nonfarmakologis. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menjabarkan asuhan keperawatan dengan foot massage sebagai upaya menurunkan tekanan darah pada keluarga dengan dewasa akhir yang mengidap hipertensi. Metode penelitian yang digunakan adalah case study. Intervensi foot massage dilakukan satu kali sehari selama 6 hari, dengan durasi pemijatan setiap kaki selama 10 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah intervensi foot massage untuk memonitoring keefektifan terapi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada ketiga klien yang dibuktikan dengan selisih rata-rata tingkat tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukannya 6 kali foot massage. Selisih tersebut adalah sebagai berikut; pada Ibu A didapatkan selisih 8/2,83 mmHg, Ibu I 11,17/1,17 mmHg, dan Ibu Y 8,33/3,5 mmHg. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Foot massage efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Diharapkan upaya pengendalian hipertensi dengan foot massage dapat dikembangkan dan diimplementasikan kepada masyarakat oleh tenaga kesehatan maupun pihak pendidikan sebagai perawatan mandiri dikarenakan pelaksanaannya yang mudah, efektif, dan efisien.
Hypertension is a serious health problem due to its increasing prevalence, with 1.28 billion people in the world suffering from it. In Indonesia, the prevalence of hypertension is around 34.11%, where 45.3% of the patients are middle-age adults. This shows that middle-age adults are ranked 2nd in the age group with the highest prevalence, thus it is important to treat hypertension in middle-age adults to avoid complications. One of the methods is foot massage as a part of non-pharmacological treatment. The purpose of this paper is to describing nursing care with foot massage as one of the attempts to lower the blood pressure on middle-age adults in families with hypertension. The method used for the research is case study. Foot massage intervention was performed once a day for 6 days, with the duration of 10 minutes for each massage. The result showed that there was a decrease of blood pressure among the three clients, proven by the difference in average blood pressure levels before and after the 6 sessions of foot massage. The differences are as follows; For Mrs. A, the difference was 8/2,83 mmHg, Mrs. I: 11,17/1,17 mmHg, and Mrs. Y: 8,33/3,5 mmHg. Therefore, it can be concluded that foot massage is effective in reducing blood pressure in hypertensive patients. The attempt to control hypertension using foot massage can be developed and implemented by healthcare workers and educational institutions as a self-care treatment due to its ease, effectiveness, and efficiency."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mepsa Putra
"Prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Indonesia telah menerapkan berbagai upaya dalam pencegahan dan penurunan stunting namun belum optimal. Kota Depok merupakan kota yang berhasil menurunkan angka stunting. Salah satu intervensi penanganan stunting adalah pemberian pelayanan gizi berbasis masyarakat dan promosi kesehatan. Kader kesehatan berperan dalam upaya pendampingan balita stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kader kesehatan dalam melakukan pendampingan stunting di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan yang terlibat di dalam penelitian ini yaitu 10 kader kesehatan. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis tematik. Berdasarkan data analisis yang dilakukan diperoleh 7 tema yaitu alasan menjadi kader, pemahaman kader terhadap stunting, tugas kader pendamping balita stunting, hambatan dan kendala kader dalam pendampingan stunting, respon kader dalam pendampingan balita stunting, manfaat pendampingan balita stunting, dan dukungan kader pendamping balita stunting. Kader kesehatan perlu mendapatkan peningkatan kapasitas melalui bimbingan dan pemantauan perawat untuk melakukan pendampingan balita stunting di komunitas.

The prevalence of stunting in Indonesia is still quite high. Indonesia has implemented various efforts to prevent and reduce stunting, but not optimal. Depok city is a city that has succeeded in reducing stunting rates. One intervention to handle stunting is the provision of community-based nutrition services and health promotion. Health cadres play a role in efforts to assist stunting toddlers. This research aims to explore the experiences of health cadres in providing stunting assistance in Depok City. This research is qualitative research with a phenomenological approach. The participants involved in this research were 10 health cadres. This research's analytical method uses thematic analysis. Based on the data analysis carried out, 7 themes were obtained, namely the reasons for becoming a cadre, the cadre's understanding of assisting stunting toddlers, the duties of cadres accompanying stunting toddlers, obstacles and obstacles for cadres in assisting stunting, cadre responses in assisting stunting toddlers, the benefits of assisting stunting toddlers, and cadre support in companion for stunting toddlers. Health cadres need to increase their capacity through guidance and monitoring of nurses to assist stunting toddlers in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library