Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Sulistyowati
Abstrak :
[ABSTRAK
Studi ini adalah penelitian deskriptif analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, bertujuan menganalisis hubungan aspek fisik danaspek psikososial dengan status hipertensi lansia di Poli Lansia Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Jatinegara Tahun 2014. Rata-rata tekanan sistolik adalah 149,47 mmHg,terendah 130 mmHg dan tertinggi 210 mmHg. Ujibivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antaraaspek fisik, usia, komplikasi dan lama hipertensi dengan status hipertensi pada lansia.Uji multivariat secara bermakna menunjukkan bahwa faktor penentu menurun atau meningkatnya tekanan darah sistolik pada lansia adalah komplikasi penyakit. Secara bersama-sama, aspek fisik dan aspek psikososial ternyata tidak berperan dalam menentukan tekanan darah sistolik lansia.
ABSTRACT
This study is a quantitative descriptive analytic cross-sectional approach, aimed at analyzing the physical aspects of the relationship and the psychosocial aspects of the status of elderly hypertension in The Poly Elderly Community Health Center Jatinegara 2014. Average systolic pressure was 149.47 mmHg, 130 mmHg lows and highs of 210 mmHg.Bivariate test showed significant relationship between the physical aspect, age, complications and duration of hypertension in the elderly with hypertension status.Significant multivariate test showed that the deciding factor decreases or increases in systolic blood pressure in the elderly is a complication of the disease. Taken together, the physical aspects and psychosocial aspects did not play a role in determining systolic blood pressure of elderly.;This study is a quantitative descriptive analytic cross-sectional approach, aimed at analyzing the physical aspects of the relationship and the psychosocial aspects of the status of elderly hypertension in The Poly Elderly Community Health Center Jatinegara 2014. Average systolic pressure was 149.47 mmHg, 130 mmHg lows and highs of 210 mmHg.Bivariate test showed significant relationship between the physical aspect, age, complications and duration of hypertension in the elderly with hypertension status.Significant multivariate test showed that the deciding factor decreases or increases in systolic blood pressure in the elderly is a complication of the disease. Taken together, the physical aspects and psychosocial aspects did not play a role in determining systolic blood pressure of elderly., This study is a quantitative descriptive analytic cross-sectional approach, aimed at analyzing the physical aspects of the relationship and the psychosocial aspects of the status of elderly hypertension in The Poly Elderly Community Health Center Jatinegara 2014. Average systolic pressure was 149.47 mmHg, 130 mmHg lows and highs of 210 mmHg.Bivariate test showed significant relationship between the physical aspect, age, complications and duration of hypertension in the elderly with hypertension status.Significant multivariate test showed that the deciding factor decreases or increases in systolic blood pressure in the elderly is a complication of the disease. Taken together, the physical aspects and psychosocial aspects did not play a role in determining systolic blood pressure of elderly.]
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikensari Koesrindartia
Abstrak :
Penelitian ini adalah Studi Kasus dilakukan dengan pendekatan kualitatif eksploratif yang secara umum bertujuan mengevaluasi Kebijakan Sistem Antrian Pendaftaran Online Terjadwal Waktu Layanan yang selanjutnya disebut sebagai SIALI JADUL pada pasien rujukan BPJS di Poliklinik Rawat Jalan RSUD Budhi Asih Jakarta Timur. Penelitian dilakukan selama Bulan April-Mei 2017. Data kualitatif primer berupa FGD dan wawancara mendalam, dilengkapi data kuantitatif sekunder berupa dokumen data sampel penelitian Bulan September 2016 - April 2017 serta observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan SI ALI JADUL selama 8 bulan implementasi sebesar 70,14. Distribusi pendaftaran pasien berasal dari poliklinik sebesar 59,07, loket penjadwalan sebesar 15,10, kontrol rawat inap sebesar 9,32, pre-operasi sebesar 4,57, Sistem Penjadwalan Rujukan Online SPRO dari Puskesmas sebesar 9,32 dan Web/Android sebesar 3,69. Pada evaluasi kinerja, capaian efektifitas SI ALI JADUL, yaitu ketepatan waktu kehadiran pasien. Jumlah pasien terbanyak pada Kategori Hadir Tepat Waktu sebesar 73,08, yaitu hadir di masa cetak SEP 30 menit sebelum slot penjadwalan jam layanan, Dan jumlah pasien paling sedikit pada Kategori Hadir Mendahului Waktu 240 menit atau lebih sebesar 0,06 sebelum slot penjadwalan jam layanan. Capaian efisiensi SI ALI JADUL yaitu ketepatan waktu tunggu mendapatkan layanan. Peringkat pertama jumlah pasien terbanyak pada Kategori Waktu Tunggu Layanan 60-120 menit sebesar 28,78. Sedangkan Kategori Waktu Tunggu Layanan Tepat Waktu, sesuai SPM Rawat Jalan 60 menit berada di peringkat keempat sebesar 16,13. Identifikasi Critical Factor Succes SI ALI JADUL, didapatkan kategori High Priority sebesar 75, kategori Medium Priority sebesar 20 dan kategori LowPriorty sebsar 5. Kemudian dilakukan Analisa Fit/Gap SI ALI JADUL didapatkan Kategori Fit sebesar 45, kategori Partial Fit sebesar 25 dan kategori Gap sebesar 25. ......This research is a studied case that conducted with qualitative and explorative approachs with main objective is to evaluate a policy implementation of Online Appointment Registration System with Scheduled Servicing Time SI ALI JADUL for BPJS patients in outpatient Clinics at RSUD Budhi Asih East Jakarta for 2016 ndash 2017. This research has been conducted in 2 months April May 2017 and sampled data taken from RSUD Budhi Asih East Jakarta. Qualitative data taken from Focus Group Discussion and exhaustive interviewed. Equipped with Quantitative secondary data such as reviewed internal documentation and site observation. Result of this research is found that average utilization of SI ALI JADUL online system during 8 months implementation is 70,14. Distribution of patients registration from polyclinic registration is 59,07, Scheduled on site registration is 15,10, inpatient controlling registration is 9,32, pre operation registration is 4,57. Online appointment source from government primary health care Puskesmas through Online Scheduled Appointment Patient System SPRO is 9,32 and data from web internet and android application is 3,69. From performance evaluation of effectivity of SI ALI JADUL shown that patients who visit to hospital have 3 visiting time category i.e. Advanced time, accurate time, and delayed time category. The most patients is accurate time category 73,08, this category for patients.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Hana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesintasan IDU yang melaknkan konseling dan detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat metadon di puskesmas kecamatan Jatinegara. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar pengaruh konseling dan detoksifikasi terbadap kepatuhan berobat metadon. Studi kohort retrospektif dilakuken dengan menggunakan data yang terdapat dalarn catatan medis, register pasien dan catatan harian minum metadon. Digunakan pendekatan analisis Cox Regression untuk melihat kesintasan IDU yang melakuken konseling dan detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat metadon. HR (hazard ratio) digunakan sebagai estimasi RR (risiko relative) [ untuk pengaruh konseling dan detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat metadon, Analisis multivariat digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel perancu.Sebanyak 259 data IDU di puskesmas Kecamatan Jatinegara dianalisis dalam penelitian ini, Probabilitas kesintasan secara keseluruhan pada IDU yang berobat metadon di puskesmas Kecarmatan Jatinegara berkisar antara 64,86 %, sampai dengan 0,04%. Sedangkan Median kesintasan IDU adalah 219 hari. Artinya setengah dari IDU bertahan dalam program selama 219 hari. Terdapat !DU yang melaknkan konseling 10 x sebanyak 68 orang dan IDU yang melaknkan konseling >I 0 x sebanyak 191 orang. Sedangkan IDU yang melakuken Detoksifikasi <2 x sebanyak 149 orang dan IDU yang melakuksn detoksifikasi 2:: 2x sebanyak 110 orang, Universitas Indonesia Dari analisis multivariate-cox Regresi, didapatkan nilai HR untuk IDU yang melakukan konseling sehesar 1. 3(95% nilai p=\),00 I. Sedangkan untuk IDU yang melakukan detoksifikasi didapat nilai HR sebesar 1,80 (95% CI: 1,29-2,52) dengan !>"' 0,001 setelah dikendaliksn dengan variabel umur,pendidikan den riwayat rehabilitasi. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengaruh konseling terhadap kepatuhan berobat setelah dikontrol dengan variabel riwayat rehabilitasi, ditemukan hahwa IDU yang tidak melakukan konseling beresiko 7,93 kali untuk tidak patuh daripada IDU yang melakukan konseling. Sedangkan pengaruh detoksifikasi terhadap kepatuhan berobat setelah dilakukan interaksi dan dikontrol dengan variable umur, pendidikan dan riwayat rehabilitasi, ditemukan bahwa IDU yang tidak melakukan detoksifikasi baresiko 1,80 kali lebih tinggi untuk tidak patuh daripada IDU yang melakukan detoksifikasi. ......This study was aimed to observe IDU survival rates that had counseling and detoxification to methadone treatment obedience in health center at Jatinegara sub-district As for that. influences of counseling and detoxification to methadone treatment obedience with be known. Retrospective cohort study was done by using data obtained from medical record, patient's registry and methadone consumption dally notes. Cox Regression approaches was used to assess IDU that had counseling survival and detoxification to methadone treatment obedience. HR (Hazard ratio) was used as estimation value of RR (Relative risk) for counseling influences and detoxification to methadone treatment obedience. Multivariate analysis was used to minimize confounding variables. In this study there were 259 IDU's data analyzed in health center a:t Jatinegara sub--district. Survival probability of whole IDU that had methadone treatment in health center at Jatinegara sub-district was ranged at 64.86%0.04%. In the other hand survival IDU median is 219 days. It means that half of iDUs were survived in this program for 219 days. There were 68 IDUs that had eounseling S 10 times and 191 IDUs had counseling> 10 time(s), Moreover, there were 149 IDUs who had detoxification <2 time(s) and 110 1DUs had detoxification::?; 2 times. from multivariate analysis - interaction Cox proportional Hazard. HR score obtain for 1DU who had counseling and was 8.5 I (95% Confidence inteJVal - CI: 5.98 - 12.13) with p value= 0.001. Whereas IDUs that had detoxification, HR scores obtained was L80 (95% Cl:1.29 - 2.52) with p value 0.00! after controlled by acces, education and rehabilitation variables. Universitas Indonesia The study's result suggested that counseling influences of treatment obedience after controlled by rehabilitation histories variables, it could concluded that risks of not being obedience of IDUs who had not counseling were 7,93 times fold compared to IDUs had counseling. Whereas that detoxification influences of treatment obedience after interaction was done and controlled by age, education and rehabilitation histories variables, whereas risks of not being obedience of lDUs who had not detoxification were 1,8 tunes fold compared to IDUs had detoxification.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32436
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Chandra Puspita
Abstrak :
Industri seks komersial menjadi penting diperhatikan karena bukan saja menyangkut masalah kualitas moral, namun juga karena banyaknya dampak yang ditimbulkan. Salah satunya adalah penyebaran IMS termasuk HIV/AlDS. Salah satu isu yang mendapat perhatian besar akhir-akhir ini adaJah penggunaan kondom pada industri seks komersial sebagai upaya pencegahan IMS terutama infeksi HIV. Selain di lokalisasi prostitusi. industri seks komersial terkadang terselubung dalam industri hiburan seperti bar, diskotik, karaoke, live music (musik hidup), panti pijat, spa, hotel, dan restoran. Program kondom seratus merupakan program yang dilaksanakan sejak tahun 1995 yang terintegrasi dengan program pencegahan dan pengangguangan HIV/AIDS lainnya. Program kondom seratus persen mempunyai tujuan utama mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual pada kelompok resiko tinggi, salah satunya pada penjaja seks komersial. Pada industry seks komersial fackor yang berpengaruh terhadap penggunaan kondom adalah ekonomi, pengetahuan mengenai kondom, IMS dan HIV/AIDS, ketersediaan kondom di tempat prostitusi, dukungan dari mucikari, petugas LSM dan petugas kesehatan, serta dukungan komitmen dari Pemerintah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan jenis desain yang digunakan adalah Rapid Assessment Producers (RAP). Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada enam wanita penjaja seks (WPS), dua mucikari/pemi!ik tempat, dua petugas LSM terkait. dan dua petugas kesehatan di Kelurahan Maphar. Hasil penelitian ini menunjukkan belum ter1aksananya Program Kondom 100% di panti pijat yang menjadi lokasi penelitian. Kurangnya dukungan komitmen dari pemerintah, tidak tersedianya akses kondom di tempat seks komersial, tidak adanya peraturan penggunaan kondom. kurangnya dukungan dari mucikari, dan faktor ekonoml menjadi hambatan pelaksanaan Program Kondom seratus persen di Kelurahan Maphar, Di panti pijat yang menjadi lokasi penelitian tidak terdapat peraturan penggunaan kondom, dan tidak semua panti pijat menyediakan kondom. Terdapat perbedaan karakteristik WPS dan pelanggan WPS yang menggunakan dan yang tidak menggunakan kondom. Dukungan manajer panti pijat hanya sebatas mengingatkan penggunaan kondom. Peran petugas LSM adalah melakukan penyuluhan IMS, pendampingan, dan bantuan pemberian kondom. Peran petugas kesehatan terutama melakukan pemeriksaan kesehatan, selain itu petugas kesehatan juga melakukan penyuluhan IMS dan bantuan pemberian kondom. Dengan demikian untuk meningkatkan pencapaian Program Kondom Seratus Persen perlu adanya kerja sama dari instansi pemerintah terkait dalam membuat undang-undang yang menjadi dasar penanggulangan lMS dan HIV/AlDS, khususnya peraturan mengenai penggunaan kondom di tempat-tempat hiburan. Apabila peraturan penggunaan kondom pada ke!ompok beresiko sudah ditetapkan, diharapkan instansi pemerintah terkait, LSM, petugas kesehatan, dan pemilik tempat hiburan dapat bekerjasama melakukan monitoring Program Kondom Sersatus persen. Selain itu untuk mencegah penularan IMS dan HIV, diperlukan pendidikan kepada masyarakat umum mengenai hubungan seks yang aman, yaitu tidak melakukan hubungan seks sebelum nikah, setia kepada pasangan, dan menggunakan kondom pada hubungan seks yang beresiko menularkan IMS dan HIV.
2008
T20927
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soitawati
Abstrak :
Penyalahgunaan narkoba merupakan masaiah nasional bahkan mendunia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya studi tentang penyalahgunaan narkoba, Berbagai studi didapatkan adanya peningkatan penyalahgunaan narkoba hiata BNN (2007) sekitar l,5% penduduk Indonesia teijerat narkoba dirnana narkoba suntik merupakan cara penggunaan narkoba kedua terbanyak, sedangkan DKI Jakarta merupakan daerah paling rawan clibandingkan provinsi lainnya. Masalah terkait dengan narkoba suntik adalah masalah kesehatan temmasuk kematian dan keoelakaan, rnasalah sosial dan huklun. Masalah kesehatan pada pengguna narkoba suntik (penasun) yaitu pcnularan penyakit HIV/AIDS yang didapatkan 50-60% positif pada penasun, hepatitis B sckitar 25-35%, sedangkan hepatitis C sekitar 70-95% positif pada penasun. Strategi utama dalam penanggulangan narkoba yaitu Supplcga reduction, Demand Reduction dan Harm Reduction dimana PTRM mcrupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak btuuk akibat penggunaan narkoba suntik. Angka drop out di puskesmas satelit PTRM rata~rata menunjukkan > 45% (indicator < 45%). Hal ini menjadi masalah karena penasun yang putus akan kembali menggunakan narkoba suntik dan meningkatkan kerentanan terhadap HIV/AIDS dan hepatids, selain itu kebErhasiian PTRM akan menurun karena prosedur dan dosis obat dimulai lagi dari awal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi putus berobat pasien penasim di klinik PTRM Puskesmas Kec Jatinegara dan Puskesmas Kee Gambit tahun 2007-2008, dengan tujuan khusus mengetahui dan mendapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan hubungan faktor predisposisi (umur, sex, pendidikan, pekerjaan, marital, sikap dan pengetahuan), faktor pendukung (dukungan keluarga/teman dan aksesibilitas) serta faktor kebutuhan pelayanan kesehatan (gejala putus obat) dengan putus berobat. Ruang Iingkup studi ini adalah studi observasi dengan disain kasus kontrol, data kasus dan kontrol berdasarkan data registrasi pasien sedangkan data pajanan didapatkan dengan wawancara menggimakan kuesioner. Metodologi studi ini merupakan studi retrospektif dengan disain kasus konirol. Popuiasi studi adalah pasien penasun yang berobat di ldinik PTRM Puskesmas Kec Jatinegara dan Puskesmas Kee Gambir tahun 2007-2008, sedangkan sampel adalah populasi studi yang terpilih dengan memperlirnbankan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel kasus 156 dan kontrol 156 (ratio 1:l), pengambilan sampel bcrdasarkan proporsi kasus di kedua lokasi. Kasus adalah pasien yang putus berobat (tidak minum metadon minimal 7 hari berturut-turul) sedangkan kontrol adalah pasien yang teratur berobat, baik kasus maupun kontrol diambil secara acak sederhana. Analisis data dilakukan secara multivariate dengan mulriple Iogislic regression. Hasil penelirjan ini didapatkan variabel jenis kelamin (p 0.003 dan OR 13.184, CI 95% l.491- 6.800), pengetahuan (p 0.027 dan OR l.729, CI 95% 1.064-2.812), dukungan keluarga/teman (p 0.000 OR 2.704, CI 95% 1.664 -4396) dan aksesibilitas (aksesibilitas rendah p 0.007 OR 3.656, CI 95% 1.790-7.468 dan aksesibilitas sedang (p 0.000 OR 2293, CI 95% 1,258 - 4.l77). Studi ini rnemberikan rekomendasi yaitu meningkatkan lcualitas dan kuantitas sarana pclayanan kesehatan yang menyelenggarakan PTRM, memberikan penyuluhan tentang PTRM pada masyarakat dan mengingatkan untuk senantiasa memberi dukungan pada pasien PTRM terutarna pada laki-Iaki, saran penelitian lebih Ianjut adalah meneliti survival time dan faktor lain yang bclum dileliti pada studi. ......Drugs abuse had been a national concerned problem further more it had been global concerned recently. There are many researches about drugs abuse concluded that drug users increased about five times. According to National Narkotics Organization (BNN), in 20071 there are l,5% population in Indonesia was a drug users that intravenous/injecting was the second most ways among dru users. In addition. DKI Jakarta is the highest risk province regard to drug users among provinces in Indonesia. Drugs abuse can lead many problems that consist of health problems including deaths and accidents, socials dan laws. Health problems among IDUs such as spread of HIV/AIDS that about 50-60% positive& hepatitis B about 25-35% positively and hepatitis C that positivebf among IDUs about 70-95%, The main strategies for controlling drugs abuse are Supply reduction, Demand reduction and Harm reduction which Methadone Maintenance Therapy (MJT) Programme was one of ejorts to reduce harm of drugs abuse. There are drop out rate in Satelite Primary Health Centre > 45% that indicators for assessing successfully .MMT Programme such as drop out rate < 45%. Regard to that, susceptible of IDUs was increasing because of back to using drug injecting in addition that caused failure in MMT Programme. susceptible of ID Us was increasing because of back to using drug injecting in addition that caused failure in MMT programme. This study aimed to understand factors related to MMT drop out among IDUs in Jatinegara Primary Health Centre West Jakarta and Gambir Primary Health Centre, Central Jakarta in 2007-2008, particularly predisposing factors (age, gender, education, marital, working status, knowledge, and attitude), enabling factors (familv/companions support and accessibility) as well as needsjllctor (withdrawl symptoms). This study design is case control with 156 cases and 156 controls (l:1). Cases were patients on MMT that dqined not drink methadone for 7 days consecutivelyg controls were patients on MMT that regular drink methadone daily in the same period All of both selected by siniple random sampling. Data were analyzed in multivariate ways by multiple logistic regession. This study result shows that gender (p 0.003 OR 3. 184, CI 95% ].49l- 6. 800). knowledge (p 0. 027 OR l. 729, C1 95% 1.064-2.812), familieshzeers group support Q 0.000 OR 2. 704, CI 95% 1.664 -4.396) and accesibiliqy (low accesibility 0.007 ()R 3. 656, CI 95% 1.790-1468 and moderate accesibility p 0.000 OR 2.293, CI 95% 1.258 - 4.1 77) are related to MMT drop out among ID Us in Jatinegara Primary Health Centre West Jakarta and Gambir Primary Health Centre, Central Jakarta in 2007-2008. This study recommended to government to increase MMT programme in other primary health services including quantity and quality of services, to announce information and education regard to MMT to public, to warn jbr supporting patients in MMT particularly supporting be conducted for males. In addition, other research to be conducted by survival time and other factors that related to MMT.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Roselyne E.H.L.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang biaya pelayanan kesehatan rawat inap dan mengetahui faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya klaim biaya rawat inap kasus Demam Berdarah Dengue pasien JPK Gakin dan SKTM di lima RSUD Provinsi DKI Jakarta tahun 2011. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa total biaya rawat inap untuk kasus DBD JPK Gakin dan SKTM adalah. Rp3,315,061,202, dengan jumlah kasus 1.937, dan rerata biaya rawat inap berkisar dari Rp1,297,887 sampai Rp2,035,296. Dari biaya rawat inap yang diklaim oleh Rumah Sakit komponen obat dan pemeriksaan penunjang merupakan komponen terbesar pertama dan kedua di empat rumah sakit dari lima RSUD yang diteliti. Dan faktor yang mempengaruhi besarnya tagihan biaya rawat inap kasus DBD pasien JPK Gakin dan SKTM adalah lama hari rawat, rumah sakit, adanya diagnosis penyerta/penyulit/komplikasi dan jenis kepesertaan jaminan. ......This study aims to find out information about the inpatient claims cost and determine the factors that might influence the inpatient claims cost of DHF cases of JPK Gakin & SKTM patients in five District General Hospital in the Jakarta province in 2011. The study results obtained information that the total inpatient claims cost for DHF cases of JPK Gakin and SKTM patients is Rp3,315,061,202, with 1.937 cases. The average of the inpatient claim cost ranged from Rp1,297,887 up to Rp2,035,296. Medicine and laboratory examination is the first and the second largest component of hospitalization expenses claimed in four hospitals of five District General Hospital which is investigated area,. And the factors that affect the amount of inpatient claims cost is Length of stay, the hospital, the diagnosis of comorbid/complication and the type of insurance membership.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library