Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Handy Winata Hon
"Pendahuluan. Pada saat berdiri dengan dua kaki, beban berat badan di titik tumpu telapak kaki akan dibagi rata pada bagian depan oleh tulang sesamoid pada capitulum ossi metatarsal I serta capituli osseum metatarsal II-IV dan bagian belakang telapak kaki oleh processus medialis tuberis calcanei. Hal ini akan berbeda apabila memakai hak tinggi, pada keadaan seperti ini tekanan akan lebih besar pada kaki bagian depan. Perbedaan atau adanya masalah IMT pada seseorang juga dapat mengakibatkan perubahan-perubahan anatomik yang akan mempengaruhi tekanan telapak kaki, ketika berdiri normal ataupun ketika memakai hak tinggi, yang akan memberi beban lebih besar pada kaki bagian depan.
Tujuan. Menilai tekanan telapak kaki bagian depan pada pemakaian hak tinggi dan menilai tekanan telapak kaki bagian depan pada perbedaan IMT subjek penelitian.
Metode. Survei deskriptif analitik pendekatan potong lintang.
Hasil. Pengaruh tekanan telapak kaki bagian depan terhadap perbedaan IMT didapat hasil uji analisis dengan P = 0,000. Dan pengaruh tekanan telapak kaki bagian depan terhadap hak tinggi, tanpa hak dengan hak 5 cm, tanpa hak dengan hak 12 cm, dan hak 5 cm dengan hak 12 cm didapat hasil uji analisis kesemuanya dengan P = 0,000.
Kesimpulan. Terdapat pengaruh tekanan telapak kaki bagian depan terhadap pemakaian hak tinggi dan IMT.

Introduction. While standing on two legs, weight load on the pivot foot will be shared equally at the front by a sesamoid bone on the metatarsal capitulum ossi osseum capituli metatarsal I and II-V and the back foot by a medial processus tuberis calcanei. It would be different if wearing high heel, at this position plantar pressure will be greater on the forefoot. Difference or a problem on someone BMI can result in anatomic changes that will affect the pressure supported by the pivot foot, when standing normal or when wearing high heel, such as the use of high heels which will give greater load on feet the front.
Purpose. Valuating effect of forefoot plantar pressure when wearing high heel and valuating effect of forefoot plantar pressure at different body mass index on research subject.
Method. Descriptive analytic survey with a cross-sectional approach.
Results. Effect of forefoot plantar pressure at different BMI acquired from analysis results with P =0.000. and effect of forefoot plantar pressure when wearing high heel, no wearing with high heel 5 cm, no wearing with high heel 12 cm, and high heel 5 cm with high heel 12 cm, acquired from analysis results with P = 0.000.
Conclusion. Have a effect of forefoot plantar pressure at different BMI and when wearing high heel.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Rohim
"Tesis ini menganalisa hubungan antara penggunaan suatu perangkat lunak terhadap kepatuhan pekerja untuk melakukan jeda kerja saat bekerja dengan komputer dalam rangka mencegah repetitive strain injury. Penelitian menggunakan desain cohort pada dua kelompok subyek dengan masing-masing sebanyak 26 subyek penelitian dengan menggunakan data primer dari log-timer dan pengamatan visual. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna penggunaan perangkat lunak terhadap kepatuhan melakukan jeda kerja dengan kemungkinan kepatuhan 10 kali lebih baik dibandingkan dengan tidak menggunakan perangkat lunak (RR=10 p<0,001 dan 95%CI=2,967-38,500). Serta tidak adanya hubungan bermakna antara faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, indeks massa tubuh serta masa kerja dengan kepatuhan melakukan jeda kerja saat bekerja menggunakan komputer. Pada penelitian ini diperoleh informasi bahwa ada sembilan orang subyek yang patuh melakukan jeda kerja akan tetapi tetap melakukan aktivitas pengetikan menggunakan perangkat lain selain komputernya seperti telepon genggam atau komputer jinjing saat jeda kerja, serta ada 16 orang subyek yang tidak patuh melakukan jeda kerja tetapi melakukan aktivitas peregangan atau diam saat jeda kerja. Hasil penelitian menyarankan agar perusahaan melakukan suatu upaya untuk dapat mengingatkan pekerja agar dapat patuh melakukan jeda kerja saat bekerja menggunakan komputer.

The research is to analyze the effect of using a software to worker’s compliance in computer work break to prevent repetitive strain injury. It was cohort design on two groups with 26 respondens each by using primary data from log-timer and visual assesment. The results showed significant relation between the using of software and worker’s compliance to computer work break with 10 times compliance compared with group without software (RR=10 p<0,001 and 95%CI=2,967-38,500). And there was a non-significant relation between age, sex, education, body mass index and years of service towards worker’s compliance for computer work break. This research showed that nine respondens that is comply to have workbreak but still have typing activities using other gadgets such as handphone or laptop during workbreak, and there was 16 respondens that is not comply to have workbreak but doing stretching during workbreak. This Research suggests that company had something to remind workers to have a regular computer work break."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Wicaksono
"Latar Belakang. Data mengenai segmen plantar pada populasi belum banyak diteliti. Data ini penting sebagai penunjang epidemiologi dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut atau terapi jika terdapat kelainan segmen plantar.Tujuan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui profil plantar berupa lengkung kaki, perbedaan tekanan plantar kanan dan kiri dan tempat tekanan tertinggi di kaki.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan instrumen penelitian berupa alat pemindai plantar yaitu MatScan.
Hasil. Sebanyak 100 subjek sehat(50 laki-laki, 50 perempuan)ikut serta dalam penelitian ini dan didapatkan hasil: (1) proporsi lengkung kaki normal 89%, lengkung tinggi 7% dan lengkung rendah 4%;(2) uji Mann-Whitney dengan asumsi adanya perbedaan tekanan plantar kanan dan kiri memperlihatkan hasil p=0,954 (3) terdapat 5 tempat tekanan tertinggi pada plantar yang berpotensi menjadi ulkus.
Kesimpulan. (1) proporsi lengkung kaki normal 89%, lengkung tinggi 7% dan lengkung rendah 4%;(2) tidak terdapat perbedaan tekanan yang bermakna pada kaki kanan da kaki kiri; dan (3) tempat titik tekanan tertinggi pada plantar terdapat di tumit, metatarsal II, metatarsal I, hallux dan basis os metatarsal V.

Background. There was not many research concerning plantar segment in the population an. This data is important to be epidemiological and data base for further reserach and therapy.
Aims. This thesis was aimed to describe plantar profile : the foot arch, plantar difference of right and left foot and the peak of plantar ressure.
Method. This research was used observational analytic method and Matscan plantar scanner as main instrument.
Results. A hundred healthy subjects (50 males, 50 females) were participated in this study and the results were as follows: (1) the proportion of normal foot arch is 89% followed by high arch 7% and low arch 4%; (2) Mann-Whitney test was used in assumption that there is a difference between right and left plantar pressure shows p=0.954; (3) there is five peak area of plantar pressure that can lead to ulceration.
Conclusion.(1) the proportion of normal foot arch in this research is 89% followed by high arch 7% and low arch 4%; (2) there is no plantar pressure difference between right and left foot; (3)the peak pressure area can be found in heel, bone of metatarsal II, bone of metatarsal I, thumb dan the base of metatarsal V."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviera Minelly Noor
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan keseimbangan dan mobilitas merupakan penyebab terbesar disabilitas pada usia lanjut 60 tahun atau lebih. Keseimbangan dan mobilitas merupakan faktor penting dalam melakukan aktivitas fungsional. Masalah paling serius dari gangguan mobilitas adalah kecenderungan usia lanjut untuk jatuh dan menjadi cedera akibat jatuh. Faktor lainnya yang mempengaruhi jatuh adalah rasa takut jatuh. Latihan keseimbangan dapat menurunkan insiden jatuh pada usia lanjut, namun usia lanjut yang berisiko jatuh sering menolak untuk mengikuti program latihan di rumah sakit. Program latihan di rumah memungkinkan individu untuk latihan secara mandiri, dengan biaya yang murah, dan sesuai untuk usia lanjut dengan keterbatasan akses ke fasilitas latihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan keseimbangan yang dilakukan di rumah selama 8 minggu terhadap mobilitas fungsional dan rasa takut jatuh pada usia lanjut.
Metode: Disain penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial. Populasi terjangkau adalah usia lanjut ≥ 60 tahun yang ada di Poliklinik Geriatri Terpadu dan Poliklinik Rehabilitasi Medik rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dan dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi permutasi blok. Kelompok keseimbangan diberi latihan keseimbangan dan kelompok kontrol diberi latihan penguatan ekstremitas atas selama 8 minggu. Untuk menilai mobilitas fungsional digunakan uji Time Up and Go (TUG), sedangkan rasa takut jatuh dinilai dengan instrumen Falls Efficacy Scale – International (FES-I).
Hasil: 94 responden mengikuti program latihan sampai selesai, kelompok keseimbangan (46 orang) dengan rerata umur 69,7 ± 6,03 tahun, dan kelompok kontrol (48 orang) dengan rerata umur 70,35 ± 6,95 tahun. Nilai uji TUG kelompok keseimbangan pada minggu ke-1 adalah 10,11 (7,41-16,52) detik dan menurun menjadi 9,24 (7,11-17,00) detik setelah 8 minggu latihan, (p < 0,001), dibandingkan dengan kelompok kontrol terdapat penurunan yang signifikan pada uji TUG minggu ke-1 dan minggu ke-8, p = 0,001. Nilai FES-I minggu ke-1 adalah 23,0 (16-38), dan setelah 8 minggu latihan terdapat penurunan menjadi 18,5 (16-35), p < 0,001, namun dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, p = 0,166 Kesimpulan: Terdapat peningkatan mobilitas fungsional yang bermakna secara statistik berdasarkan uji TUG pada kelompok keseimbangan dibandingkan dengan kelompok kontrol, setelah 8 minggu latihan. Dan terdapat penurunan rasa takut jatuh yang diukur menggunakan nilai FES-I pada kelompok keseimbangan setelah 8 minggu latihan, namun dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak ada perbedaan bermakna.

ABSTRACT
Background: Impaired balance and mobility are the biggest cause of disability in the elderly 60 years or more. Balance and mobility is an important factor in performing functional activities. The most serious problem is the tendency of the mobility-impaired elderly to fall and be injured by falling. Another factor affecting the fall is fear of falling. Balance training can reduce the incidence of falls in the elderly, however, older adults who are at risk usually refuse to participate in hospital-based exercise programs. Home-based exercises may allow individuals to practice independently, with low cost, and may be appropriate for the elderly with limited access to exercise facilities. The aim of this study is to determine the effect of balance exercises done at home for 8 weeks on functional mobility and the fear of falling in the elderly.
Methods: The design of the study was randomized controlled trial. The population was the elderly ≥ 60 years old at Integrated Geriatric Polyclinic and Physical Medicine and Rehabilitation Polyclinic in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta who fit the criteria. Sampling was done by consecutive sampling, and were divided into two groups by randomized block permutation. The balance group was given balance exercises and the control group was given upper extremity strengthening exercises for 8 weeks. Functional mobility was assessed by Time Up and Go test (TUG), and to assess fear of falling was used the Falls Efficacy Scale - International (FES-I) instrument.
Results: 94 respondents were completed the exercise program, the balance group (46 people) mean age 69.7 ± 6.03 years old, and the control group (48 people) mean age 70.35 ± 6.95 years old. TUG test in balance group was 10.11 (7.41-16.52) seconds at week-1 and improved to 9.24 (7.11-17.00) seconds after 8 weeks training, (p < 0.001). Compared to the control, the balance group had significantly improvement between TUG test week-1 and week-8, p = 0.001. FES-I test in balance group was 23.0 (16-38) at week-1 and after 8 weeks there is a decline to 18.5 (16-35), p < 0.001, but compared to the control group showed no significant difference, p = 0.166 .
Conclusion: There is statistically significant increasing of functional mobility based on the TUG test in the balance group compared to the control group, after 8 weeks of training program, and there is a statistically significant reduction in fear of falling were measured using FES-I instrument in the balance group after 8 weeks of training program, but compared to the control group there is no significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Mardhiyah
"Latar Belakang
Lama mengemudi lebih dari 8 jam per hari, serta berbagai faktor pekerjaan lain, seperti posisi kerja dapat menimbulkan nyeri lutut akul pada pengemudi taksi. Pada taimn 2000, di Taipei telah di lakukan penelitian kesehatan untuk pengemudi taksi, di dapatkan prevalensi nyert lutut pada yang mengemudi lebih dari I 0 jam sebesar 22%,
Mctode penclitian
Desain peneiitian ini adalah potong lintang. Pemilihan subyek dilakukan secara consecutive pada pekerja yang datang ke pool saat studi dilakukan. Terpilih 300 sampel dari populasi beijumlah 1349 orang. Variabel dependen adalah nyeri lutut akut, dan variabel independen adalah umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan
olah raga, riwayat berhenti berolah raga, pekerjaan tambahan, lama rnengemudi, masa kerja, siklus kerja, proporsi macet, pencapaian target penghasiian, shift kerja, besar sudut fleksi lutut sewaktu menglnjak pedal. Pengumpulan data· dHakukan dengan pengisian kuisloner,logsheet dan body map, perneriksaan fisik, pengukuran kedua sudut lutut.
Hasil
Dari 300 responden, didapatkan 95 orang (31,7%) mengalami nyeri lutut akut, diantaranya 14,7% nyeri lutut kanan saja, 27,37% nyeri lutut kiri saja dan 57,89% nyeri lutut kanan dan kiri. Pada analisis bivariat tidak ditemukan adanya hubungan bennakna dari 13 variabel tcrsebut dengan terjadinya nyeri lutut Ada 5 dari 13 variabel, yang diikutsertakan dalam analisis multivariat dan tidak didapatkan faktor dominan terjadinya nyeri lutut akut. Tetapi dari analisis antara besar sudut lutut kiri dengan nyeri lulut akut pada sendi lutut kiri, didapatkan hubungan yang bermakna (OR= 1,904 CI 1,028-3,530).

Backqround
Driving for more than 8 hours and other work factors, such as awkward position can cause acute knee pain among taxi drivers. A research conducted in Taipei (2000) found the prevalence of knee pain among drivers that drove more than 10 hours per day was 22%.
Research method:
This study used a cross sectional design. Subjects were selected consecutively among drivers that arrived in the pooL A sample of 300 drivers were selected from 1349. The dependent variable was acute knee pain, and independent variables were age, education, nutritional status, exercise habits, history of quitting exercising, extra work, period of driving working period, duty cycle, proportion of traffic jam, achievement of target, working shifts, knee flexion angle. Data collection was conducted using questionnaire. log sheet and body map, physical examination, and measurement of both the knee angles .
Result
Of the 300 respondents, 95 people (3l.7%) experienced acute knee pain, 14.7% of had only right knee pain, 27.37% left knee pain only and 57.89"/o right and left knee pain. Bivariate analysis did not reveal any significant relationship of 13 variables with the occurrence of knee pain. There are five of the 13 variables, which is included in multivariate analysis and no dominant factors of acute knee pain were found. But on the analysis of angle of the left knee with acute knee pain in the left knee joint, a significant relationship (OR 1.904 Cl 1.028 to 3.530)."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hindun Saadah
"ABSTRAK
Latar belakang : Aktifitas dengan posisi berdiri lama merupakan salah satu penyebab terjadinya kelainan pada tungkai bawah dan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penyangga lengkung longitudinal medial terhadap distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan, kekuatan otot triceps surae dan tinggi lengkung longitudinal medial setelah berdiri lama.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan desain penelitian sebelum dan setelah dalam satu kelompok, yang masing-masing unit eksperimennya berfungsi sebagai kontrol bagi dirinya sendiri . Subjek penelitian sebanyak 16 orang satuan pengaman yang sebelumnya diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi . Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tekanan plantar dengan variabel yang diukur adalah kontak area dan puncak tekanan dengan menggunakan alat Mat-scan, pengukuran dilakukan pada saat berdiri dan berjalan. Kedua dilakukan pengukuran kekuatan otot triceps surae dengan menggunakan hand held dynamometer, sebelum dan setelah menggunakan penyangga lengkung longitudinal medial, serta pengukuran tinggi lengkung longitudinal medial dengan menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah bekerja dengan posisi berdiri lama dengan waktu berdiri sekitar 7 jam menggunakan penyangga lengkung longitudinal medial yang disisipkan pada sepatu.
Hasil :Hasil penelitian pada puncak tekanan saat berdiri dan berjalan menunjukan adanya perbedaan bermakna dengan p value <0.05 yang ditunjukan dengan penurunan nilai puncak tekanan. Sementara pada kontak area menunjukan adanya perbedaan bermakna saat berdiri dengan p value < 0.05 yang ditunjukan dengan penurunan luas kontak area. Pada tinggi lengkung longitudinal medial menunjukan perbedaan bermakna dengan p value <0.05 ditunjukan dengan peningkatan tinggi lengkung longitudinal medial. Sementara pada kekuatan otot triceps surae tidak didapatkan perbedaan bermakna.
Kesimpulan :Terdapat pengaruh penyangga lengkung longitudinal medial terhadap distribusi tekanan plantar dengan adanya penurunan puncak tekanan saat berdiri dan berjalan dan penurunan luas kontak area pada saat berdiri serta meningkatkan tinggi lengkung longitudinal medial setelah berdiri lama.

ABSTRACT
Background :Activity of prolonged standing position is one of the cause abnormalities in the lower leg and foot. This study to indicate the influence of the medial longitudinal arch support to the plantar pressure distribution, triceps surae muscle strenght, and height arch when standing and walking activity after prolonged standing.
Methode :The research methode use was a quasi experimental with research design pre and post in one group, participant as many as 16 poeple were selected in inclusion criteria. The first step is to measure plantar pressure distribution in peak pressure and contact area . Measurement were taken while standing and walking. The second step is to measure the strenght of triceps surae muscle using hand held dynamometer before and after using arch support, and the last measure height of medial longitudinal arch. Measurement techniques performed when the participant going to work with prolonged standing and after work as well as using the medial longitudinal arch support in their shoes.
Result :The result of the research showed that can decrease of peak pressure when standing and walking with statistically significant difference with p value<0.05, and decrease of area contact o when s with p value <0.05. Meanwhile height of medial longitudinal medial showed increase and statistically significant difference with p value <0.05. Meanwhile on triceps surae muscle strenght no statistically difference.
Conclusion :Influence of the medial longitudinal arch support to decrease the peak pressure during standing and walking and decrease contact area when standing in distribution of plantar pressure and significant in increase the height medial longitudinal arch."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weeke Budhyanti
"ABSTRAK
Tujuan:Penelitian dilakukan untuk mengetahui kinematika trunkus selama gerak melangkah normal pada kecepatan yang dipilih sendiri oleh subjek. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan pernyataan lolos kaji etik dengan nomor 783/UN2.F1/ETIK/2015.Subjek: Subjek yang digunakan 44 orang, terdiri dari 5 orang batita(11-24 bulan), 6 orang balita (3-5 tahun), 20 orang remaja (9-13 tahun), dan 13 orang dewasa muda (19-24 tahun). Semua subjek sehat, telah memenuhi tahapan tumbuh kembang lengkap hingga kemampuan berjalan, tanpa deformitas maupun riwayat cedera yang berpotensi mengganggu pemeriksaan.Metode: Penelitian dilakukan dengan menganalisis rekaman pada bidang sagital, frontal dan transversal pada setiap fase dalam 1 siklus melangkah dengan menggunakan software Kinovea. Hasil:Didapatkan perbedaan signifikan pada bidang gerak frontal dan fase single leg support bidang transversal. Tidak ada perbedaan pada bidang sagital dan fase double limb support bidang transversal. Sudut gerak trunkus pada batita pada bidang frontal sebesar 1,67o-4,20o, mencapai puncak pada fase foot flat; pada bidang sagital 3,25o-7,75o, mencapai puncak pada fase mid swing; dan pada bidang transversal 11,50o-17,20o, mencapai puncak pada fase foot flat.Sudut gerak trunkus pada balita pada bidang frontal sebesar 1,89o-3,50o, mencapai puncak pada fase deceleration; pada bidang sagital 3,19o-6,75o, mencapai puncak pada fase deceleration; dan pada bidang transversal 8,22o-13,75o, mencapai puncak pada fase midswing.Sudut gerak trunkus pada remaja pada bidang frontal sebesar 1,57o-2,49o, mencapai puncak pada fase deceleration; pada bidang sagital 3,53o-7,95o, mencapai puncak pada fase deceleration; dan pada bidang transversal 6,73o-9,56o, mencapai puncak pada fase heel off.Hasil pengukuran pada orang dewasa dalam penelitian ini sebesar 1,74o-2,77o pada bidang frontal, mencapai puncak pada fase midstance; 2,55o-4,74o pada bidang sagital, mencapai puncak pada fase deceleration; dan 4,23o-6,13o pada bidang transversal, mencapai puncak pada fase deceleration. Besaran sudut menurun seiring pertambahan usia, namun maturasi melangkah masih terjadi pada kelompok usia remaja

ABSTRACT
Aim: This study was conducted to find trunk kinematics during normal walking with self selected speed. Study held after get ethical approval 783/UN2.F1/ETIK/2015.Subjects: 44 subjects participated, consists of 5 toddlers (11-24 months), 6 preschoolers (3-5 yo), 20 teenagers (9-13 yo), and 13 young adults (19-24 yo). Each subjectwas healthy, with normal stages of development, without deformity or injury that may cause disorders.Method: Study held with analyzing video of sagittal, frontal, and transverse plane of each phase from single gait cycle using Kinoveasoftware. Result:Significant differences were found on frontal plane and single leg supportphase of transversal plane.No differences found on sagital planeanddouble limb supportof transversal plane. Trunk?s angle movement on toddlers 1,67o-4,20ofor frontal plane, peak on foot flat phase; 3,25o-7,75ofor sagital plane, peak onmid swing phase;and 11,50o-17,20ofor transversal plane, peak onfoot flat phase. Trunk?s angle movement on preschoolers 1,89o-3,50o for frontal plane, peak on deceleration; 3,19o-6,75ofor sagital plane, peak on deceleration; and 8,22o-13,75ofor transversal plane, peak on midswing. Trunk?s angle movement on teenagers 1,57o-2,49o for frontal plane, peak on deceleration; 3,53o-7,95ofor sagital plane, peak on deceleration; and 6,73o-9,56ofor transversal plane, peak on heel off. Trunk?s angle movement on young adults 1,74o-2,77ofor frontal plane, peak on midstance; 2,55o-4,74ofor sagital plane, peak on deceleration; and 4,23o-6,13ofor transversal plane, peak on deceleration. Angle of movement decreased with aging, and gait maturation still happens on teenagers."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanto
"Permasalahan. Penelitian tentang efek sepatu hak tinggi masih menuai kontroversi akibat beberapa faktor, salah satunya adalah dalam mempengaruhi kurvatura vertebrae lumbales, sehingga belum diketahui secara pasti mekanisme perubahan kurvatura lordosis vertebrae lumbales.
Tujuan. Mengetahui efek sepatu hak tinggi dalam mengubah parameter lumbosakropelvis, serta diketahuinya korelasi antar parameter lumbosakropelvis pada saat berdiri statis menggunakan sepatu hak tinggi.
Metode. Penelitian ini melibatkan total 35 peserta wanita. Setiap peserta diwawancara, dipisahkan menjadi kelompok tidak terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi Grup NHT dan kelompok terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi Grup HT ; dilakukan penandatanganan formulir informed consent dan pemeriksaan fisik, kemudian dilakukan pemeriksaan radiografi konvensional pada segmen lumbal dan pelvis pada kondisi tanpa alas kaki dan dengan menggunakan sepatu hak tinggi.
Hasil. Grup NHT menunjukan berkurangnya lordosis lumbal, berkurangnya sacral slope dan retroversi pelvis yang signifikan, namun pelvic incidence relatif tidak berubah. Grup HT menunjukan bertambahnya lordosis lumbal dan pelvic incidence yang signifikan, namun sacral slope dan pelvic tilt relatif tidak berubah. Pada grup NHT ditemukan korelasi antara sacral slope dan pelvic incidence, namun grup HT ditemukan korelasi antar parameter lumbosakropelvis, kecuali antara lordosis lumbal dengan pelvic incidence.
Kesimpulan. Sepatu hak tinggi memberikan efek yang berbeda pada parameter lumbosakropelvis dan menghilangkan sebagian korelasinya.

Problem. The research about shoes effects still give controversy results because of several factors, including the effect that influence the vertebrae lumbales curvature, so it hasn rsquo t known for certain about mechanisms that change the vertebrae lumbales lordosis curvature.
Purpose. To find out high heeled shoes effects that can change lumbosacroplevic parameter and also to discover the correlation between lumbosacroplevic parameter.
Method. This research involves a total of 35 women. Each subject must pass an interview session, separated into non high heeled user NHT grup and high heeled user HT grup with informed written consent and physical examination, then performed a conventional radiography examination on lumbal and pelvis while standing barefoot and wearing high heels shoes.
Result. NHT group shows a reducing lumbal lordosis, reducing sacral slope and pelvis retroversion significantly, but pelvic incidence angle insignificantly didn rsquo t chance. HT group shows an increasing lumbal lordosis and pelvic incindence significantly, but sacral and pelvic tilt insignificantly didn rsquo t chance. NHT group shows a correlation between sacral slope and pelvic incidence, but HT gorup has a correlation among the lumbosacropelvic parameters, except between lordosis lumbal and pelvic incidence.
Conclusion. High heels shoes have a diverse effect to change lumbosacropelvic parameters dan dismiss its correlation partially.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library