Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuraida Zulkarnain, supervisor
Abstrak :
Latar Belakang: Fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom memegang peran penting dalam proses pembuahan. Namun kriopreservasi menyebabkan perubahan fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom yang akan mempengaruhi kualitas spermatozoa. Untuk itu diperlukan media krioprotektan yang ditambahkan dengan antioksidan untuk melindungi sperma dari efek kriopreservasi sehingga kualitas spermatozoa tetap terjaga. Tjuan: Penelitian ini menguji pengaruh suplementasi glutathione (GSH) pada media kriopreservasi terhadap fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom pada proses pembuahan. Dalam penelitian ini, CPA modifikasi murni dibandingkan dengan CPA yang ditambah GSH dalam tiga konsentrasi berbeda. Bahan dan Cara: Sampel penelitian adalah jantan Deutchland Denken Yoken (DDY) strain Mus musculus albinus. Sperma tikus dikriopreservasi dan kemudian diukur beberapa parameter termasuk fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom. Hasil: Kami menemukan bahwa menambahkan GSH ke CPA yang dimodifikasi meningkatkan fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin, dan reaksi akrosom (menjaga integritas akrosom). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang ditambahkan GSH 1,00 mM mempunyai hasil paling tinggi diantara kelompok lainnya. Peningkatan yang signifikan ditemukan pada fosforilasi tirosin, ekspresi protein akrosin dan reaksi akrosom setelah penambahan 1,00 mM GSH. Kesimpulan: Suplementasi glutathione pada CPA termodifikasi dapat meningkatkan fosforilasi tirosin, ekspresi protein akrosin dan reaksi akrosom spermatozoa beku-cair. Secara umum pengobatan menggunakan GSH dengan dosis 1,00 mM dianggap paling efektif, dan modifikasi CPA dengan penambahan glutathione dapat meningkatkan fosforilasi tirosin, ekspresi akrosin dan reaksi akrosom pada spermatozoa kriopreservasi. ......Background: Tyrosine phosphorylation, acrosin, and acrosome reaction play an important role in fertilisation. However, cryopreservation causes changes in tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction which affect the quality of spermatozoa. Cryoprotectant media added with antioxidants is needed to protect spermatozoa from the effects of cryopreservation so that the quality of spermatozoa can be maintained. Objectives: This research examined the effect of glutathione (GSH) supplementation in Cryoprotectant Modification on tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction. In this research, pure modified Cryoprotectant (CPA) was compared with CPA supplemented with GSH in three different concentrations. Materials and Methods: The research sample was male mus musculus albinus strain Deutchland Denken Yoken (DDY). Mice spermatozoa was cryopreserved and several parameters were measured including tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction. Results: The addition of GSH to the modified CPA increased tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction (maintaining acrosome integrity). The group with 1.00 mM GSH obtained the highest results among the other groups. Significant increases were found in tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction after the addition of 1.00 mM GSH. Conclusion: Glutathione supplementation in modified CPA can increase tyrosine phosphorylation, acrosin expression, and acrosome reaction of frozen-thawed spermatozoa. Treatment using GSH at a dose of 1.00 mM is the most effective and modification of CPA with the addition of glutathione can improve the tyrosine phosphorylation, acrosin expression and acrosome reaction in cryopreserved spermatozoa.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriyeni
Abstrak :
Latar Belakang: TNF-α dan CXCL16 terlibat dalam patofisiologi endometriosis melalui regulasi respon inflamasi dan pengkode nyeri endometriosis. Peningkatan TNF-α berperan dalam jalur pensinyalan P53 untuk apoptosis. Darah menstruasi sebagai pelepasan jaringan endometrium dapat digunakan dalam mengidentifikasi biomarker untuk diagnosis penyakit endometriosis tanpa memerlukan biopsi. Metode: Sampel darah menstruasi subjek dikumpulkan dengan menggunakan pembalut kertas saring dan jaringan endometrium dikumpulkan dengan melakukan biopsi, yang kemudian diekstraksi DNA dan RNA-nya. Tingkat metilasi DNA diukur dengan menggunakan metode pyrosequencing. Tingkat ekspresi mRNA diukur dengan menggunakan metode qPCR dan dianalisis dengan metode Livak Hasil: Ekspresi mRNA gen TNF-α pada darah menstruasi pasien endometriosis meningkat signifikan 3,73 kali lipat dibandingkan ekspresi pada kontrol (p=0,005). Gen TNF-α mengalami hipermetilasi dan berbeda bermakna dalam darah menstruasi pasien endometriosis dibandingkan kontrol (p=0,008). Sedangkan ekspresi mRNA gen CXCL16 pada darah menstruasi pasien endometriosis meningkat 2,42 kali (p=0,030) dibandingkan ekspresi mRNA darah menstruasi pada kontrol. Gen CXCL16 mengalami hipometilasi (p=0,004). Pada P53 terjadi terjadi peningkatan ekspresi gen P53 1,52 kali. Ekspresi mRNA gen TNF-α dan CXCL16 pada subjek nyeri berat lebih tinggi dibandingkan subjek nyeri sedang, dan terdapat korelasi positive. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi mRNA TNF-α dan CXCL16 dalam darah menstruasi pasien endometriosis dapat menjadi penanda langsung untuk mendiagnosis endometriosis. Namun, untuk memvalidasi lebih lanjut temuan ini dan mengeksplorasi potensi sebagai alat diagnostik, penelitian tambahan yang melibatkan kelompok pasien yang lebih besar diperlukan ......Background: TNF-α and CXCL16 are implicated in the pathophysiology of endometriosis through the regulation of inflammatory response and the coding of endometriosis pain. Elevated TNF-α is implicated in the P53 signaling pathway for apoptosis. Menstrual blood, as a discharge of endometrial tissue, presents an opportunity for identifying biomarkers for the diagnosis of endometriosis without resorting to biopsy. Method: Menstrual blood samples were collected using filter paper pads, and endometrial tissues were obtained via biopsy, from which DNA and RNA were extracted. DNA methylation levels were assessed using the pyrosequencing method after bisulfite conversion treatment. Meanwhile, mRNA expression levels were measured using the quantitative polymerase chain reaction (qPCR) method and analyzed using the Livak method. Results: The mRNA expression of the TNF-α gene in menstrual blood of endometriosis patients increased significantly by 3.73 times compared to controls (p=0.005). The TNF-α gene exhibited hypermethylation, significantly differing in menstrual blood of endometriosis patients compared to controls (p=0.008). The mRNA expression of the CXCL16 gene in menstrual blood of endometriosis patients increased by 2.42 times (p=0.030) compared to controls, although there was no significant difference in expression between menstrual blood and endometrial tissue in endometriosis patients (p=0.173). The CXCL16 gene displayed hypomethylation (p=0.004). There was an increase in P53 gene expression, which was 1.52 times higher than in control menstrual blood. The mRNA expression of TNF-α and CXCL16 genes in subjects experiencing severe pain was higher than in those with moderate pain, and there was a positive correlation. Conclusion: This study suggests that increased mRNA expression of TNF-α and CXCL16 in menstrual blood of endometriosis patients may serve as direct markers for diagnosing endometriosis. However, further validation of these findings and exploration of their potential as diagnostic tools requires additional studies involving larger patient cohorts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library