Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Enrita Dian Rahmadini
"Temporomandibular Disfunction (TMD) atau Temporomandibular Joint Disfunction atau Craniomandibular disorder atau Temporomandibular disorder atau Disfungsi sendi temporomandibula merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menunjukkan adanya beberapa gejala klinis kelainan sistem stomatognatik, yang dapat disebabkan oleh adanya maloklusi dan kebiasaan buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keparahan TMD pada anak dengan maloklusi kelas I Angle yang disertai kebiasaan buruk seperti pola pengunyahan satu sisi, bruxism dan clenching dan tanpa kebiasaan buruk. Subjek penelitian terdiri dari 96 siswa SMP anak usia 12 sampai 14 tahun. Frekwensi dan tingkat keparahan TMD diukur dengan menggunakan indeks diagnostik Helkimo. Analisa statistik menggunakan chi-square dengan derajat kemaknaan p=0,05. Tingkat keparahan anak maloklusi kelas I Angle dengan kebiasaan buruk lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa kebiasaan buruk. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan yang tidak bermakna pada frekwensi TMD dan tingkat keparahan antara anak laki-laki dan perempuan dengan maloklusi kelas I Angle dengan p>0,05. Sedangkan frekwensi TMD dan tingkat keparahan pada anak dengan maloklusi kelas I Angle yang disertai dan tanpa kebiasaan buruk ditemukan ada perbedaan bermakna dengan p<0,05.
Temporomandibular Disfunction (TMD) or Temporomandibular Joint Disfunction or Craniomandibular disorder or Temporomandibular disorder is a generic term for a number of clinical signs and symptoms involving the stomatognatic system that can be caused by malocclusion and oral habit such as bruxism, clenching and unilateral mastication. The aim of this study was to see the differences of TMD severity between 12 to 14 years of age Angle class I malocclusion children with or without oral habit. Helkimo’s dysfunction index was used to diagnosed the severity of TMD. chisquare test was used for the statistic analysis and the level of significance was determined at p= 0,05. The severity of TMD was higher in Angle class I malocclusion children with oral habit The result showed there was no significant difference of frequencies and severity of TMD between male and female 12 to 14 years of age children with Angle class I malocclusion with p>0,05. There is a significant difference of frequencies and severity of TMD between 12 to 14 years of age Angle class I malocclusion children with and without oral habit with p<0,05."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Tira Hamdillah Skripsa
"Periode gigi bercampur adalah suatu periode yang kritis karena terjadi perubahan-perubahan pada lengkung gigi anak. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh perubahan lebar intermolar dan interkaninus yang mempengaruhi perubahan lebar intergonion. Pengetahuan mengenai hubungan antara lebar intermolar dan interkaninus terhadap lebar intergonion dapat dipergunakan untuk memperkirakan lebar lengkung rahang sehingga dapat ditentukan rencana perawatan yang tepat.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara lebar intermolar dan interkaninus terhadap lebar intergonion pada anak usia 6-9 tahun.
Metode: Analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 30 model studi dan foto radiograf panoramik pasien anak RSGMP FKG UI.
Hasil: Intermolar dan intergonion memiliki korelasi yang lemah dan tidak signifikan (r=0,277). Interkaninus dan Intergonion memiliki korelasi yang sangat lemah dan tidak signifikan (r=0,032). Sedangkan intermolar dan interkaninus memiliki hubungan yang kuat dan signifikan (r=0,580).
Mixed dentition is a critical period because the changes occur in children's dental arch. The changes can be caused by changes in intermolar and intercaninus width that can affect intergonion width. Theory of relationship between intermolar and intercaninus width against intergonion can be used to estimate the arch width, so the best treatment plan can be determined. Objective: This study aimed to determine the relationship between intermolar and intercaninus against intergonion in children aged 6-9 years old. Methods: Crosssectional analytic design. The subject of research were 30 study models and orthopantomograms of pediatric patients in RSGMP FKG UI. Results: intermolar and intergonion had weak and not significant correlation (r=0,277). Intercaninus and intergonion had very weak and not significant correlation (r=0,032). Intermolar and intercaninus had strong and significant correlation (r=0,580)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Merdiana Dwi Trasti
"Sebelum adanya penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI, gigi berlubang pada bayi jarang ditemukan.2,19 Dilaporkan pada anak riwayat ASI Eksklusif, karies jarang ditemukan karena mendapat komponen imunitas khususnyaIgA yang dapat memperlambat pertumbuhan bakteri S.mutans.2,11 Pada anak riwayat susu formula komponen imunitas belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva anak ECC riwayat ASI eksklusif dan susu formula. Penelitian ini dilakukan pada 34 anak ECC usia 18-48 bulan yang memiliki skor deft >1, dengan 17 subjek riwayat ASI eksklusif dan 17 subjek riwayat susu formula. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan skor deft, dan dilakukan pengukuran sampel saliva dengan ELISA. Rerata skor deft anak ECC kelompok riwayat ASI eksklusif lebih rendah dibanding susu formula. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar sIgA saliva anak ECC antara riwayat ASI eksklusif dan susu formula (p=0,004).
Time before formula feeding has been found, baby tooth decay is definitely rare.2,19 Studies reported, children with exclusive breastfeeding have low caries as they have immunity component, specifically IgA, which may exhibits colony of S.mutans.2,11Meanwhile, immunity component of children with formula feeding is barely unknown. This study aimed to analyze the difference of quantity salivary sIgA Early Childhood Caries (ECC) children between exclusive breastfeeding and formula feeding history. Saliva samples were collected from 34 ECC children aged 18-48 months who have deft score >1, both exclusive brestfeeding and formula feeding history group are 17 subjects each. Deft score were examined, and quantity of salivary sIgA were assesed by ELISA. Deft score mean of exclusive breastfeeding history group is lower than formula feeding history group. There is a significant difference quantity salivary sIgA ECC children between exclusive breastfeeding and formula feeding history (p=0,004)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library