Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagas Wahyu Andika
"Penelitian ini mengkaji konsep koherensi dan kompleksitas dalam penempatan billboard sebagai elemen pembentuk estetika kota. Keberagaman pada penempatan billboard menciptakan ruang estetika kompleks dalam perkotaan, mempengaruhi pengalaman visual manusia terhadap lingkungan kota. Penelitian ini juga mengeksplorasi bagaimana pola pada tata letak billboard berperan dalam membentuk visual estetika kota, dengan fokus pada koherensi dan kompleksitas yang tercipta dari penempatan elemen-elemen kota tersebut. Keseluruhan penataan billboard di Las Vegas Strip menunjukkan keseimbangan antara keteraturan dan kompleksitas, menciptakan daya tarik visual yang kuat dan pengalaman estetika yang mendalam bagi pengunjung. Penelitian ini menekankan pentingnya keseimbangan dalam penataan elemen kota untuk mencapai estetika visual kota yang baik dan pengalaman perkotaan yang menarik bagi manusia.

This study examines the concept of coherence and complexity in billboard placement as an element of urban aesthetics. The diversity in billboard placement creates a complex aesthetic space within urban environments, influencing human visual experiences of the cityscape. The research also explores how patterns in billboard layout contribute to the formation of urban visual aesthetics, focusing on the coherence and complexity generated by the placement of urban elements. The overall arrangement of billboards on the Las Vegas Strip demonstrates a balance between order and complexity, creating a strong visual appeal and a profound aesthetic experience for visitors. This study emphasizes the importance of balance in the arrangement of urban elements to achieve good visual aesthetics and an engaging urban experience for people."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Aisha Zahra
"Seni telah memegang peranan penting dalam kehidupan dan peradaban manusia. Penempatan dan eksistensinya di lingkup publik memengaruhi penciptaan serta interpretasinya. Public art atau seni publik juga tentu memengaruhi citra dari sebuah ruang tempat ia berada. Kehadiran estetika dari seni berkontribusi dalam menimbulkan kesan tertentu pada ruang serta penggunanya. Skripsi ini membahas bagaimana karya seni publik yang diletakkan di Taman Suropati memengaruhi citra ruang serta kegiatan pengguna. Di Taman Suropati, terdapat beberapa bentuk praktek seni publik. Dikenal sebagai lokasi bersejarah, Taman Suropati merupakan tempat diletakkannya Monumen Perdamaian ASEAN dan rumah bagi kelompok seniman serta komunitas seni. Hubungan dan dampak dari objek serta aktivitas seni ini menjadi penting dan berpengaruh bagi kegiatan pengguna taman serta pengukuhan citranya sebagai ruang publik.

Art has been holding a great significance in humans life and civilization. Its placement and existence in public realm occurred a difference in its making and interpretation. Public art has undoubtedly also affected the image of space. Aesthetic presence of art is contributing a certain impact to the space and its users. This thesis analyzes how public arts located in Taman Suropati affects its users perception of space and gives a certain image to the space. In Taman Suropati, there are several kind of public art practices. Known as a historical place, Taman Suropati is a place of ASEANs Monument of Peace and now widely renowned as a home for groups of artists and art community. The connection and impact between these artistic objects and activities is substantial to influence parks users and affirming its image as a public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shenly Riatna Erliza
"Masa remaja yang dimulai dari umur 12 tahun hingga 18 tahun biasanya adalah mereka yang sedang menempuh pendidikan SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Remaja yang sedang duduk dibangku sekolah ini, selain melakukan kegiatan belajar di sekolah, mereka juga melakukan kegiatan tersebut di ruang lainnya. Remaja mempunyai karakter khusus yang menjadi transisi antara karakter anak-anak menuju karakter dewasa seperti, kecenderungannya untuk menghabiskan waktu luang bersama dengan kelompoknya di ruang publik. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan perpustakaan publik sebagai salah satu ruang belajar bagi remaja dipilih untuk menjadi topik yang akan dibahas pada penulisan ini. Dengan metode penulisan deksriptif analitis, penulis mencoba memaparkan bagaimana elemen ruang yang ada di dalam perpustakaan publik sebagai third place dapat memenuhi kebutuhan remaja saat mereka menggunakan suatu ruang dan dapat mendukung kegiatan belajarnya. Studi kasus dilakukan pada salah satu perpustakaan publik yang ada di Jakarta yaitu, Perpustakaan Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).

Adolescence starts from the ages of 12 to 18, who usually are studying in junior high school or senior high school. Those teenagers do learning activities at school and also in other rooms. Teenagers have a special character that becomes a transition from childrens characters to adults characters, such as their tendency to spend free time together with their groups in a public space. Based on this, the existence of a public library as one of learning spaces for teenagers was chosen to be the topic to be discussed. With analytical descriptive method, the author tried to explain how the elements of space in the public library as third place can meet the needs of adolescents when using a space and can support their learning activities. Case study was conducted in one of the public library in Jakarta, which is the Ministry of Education and Cultures Library.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knya Dwihany Ruth Oktavia
"Untuk menciptakan pertunjukan tari yang baik, penari melakukan proses latihan yang berulang-ulang. Anggota tari mempelajari gerakan dan formasi dalam tari. Sistem sensori digunakan penari dalam mengumpulkan informasi dan detail untuk setiap gerakan, perpindahan posisi, formasi dan arah. Proses mempelajari elemen pada tari ini, membentuk semua memori spasial yang menyebabkan penari mampu mengingat gerakan berdasarkan formasi maupun music atau lagu. Pada tulisannya ini, penulis mencoba melihat proses kelompok tari (dengan delapan anggota) mempersiapkan sebuah penampilan tari. Penulis melihat bagaimana memori spasial pada masing-masing anggota bekerja pada satu kelompok tari dalam melakukan latihan. Analisis dilakukan dengan mengamati gerak dan formasi pada tari serta perbandingan pada tiga rekaman latihan.

In order to perform a great dance performance, dancer should pass through many practices. Dancers need to learn the movements and formation. Which require sensory systems, to gather the information and detail about each movement, gesture, formation, orientation. As the dancers learning about the elements of dancing, the bodies create spatial memories, that allowed dancers to memorize each gestures with the movements based on the music. On this writing, we tried to see how a group of dancers -consists of 8 individuals- create a performance with 8 different memories. We tried to see, how the spatial memory of each individual works in a group dance, considering the space, choreographies, blockings, dance flows, music and energy. By learning each individual way to move, to dance, and how the group dancing spatial from three practice videos.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwieanita Ayuningtyas
"Perubahan demografis dan meningkatnya biaya transportasi dan perumahan di Perth menguatkan tujuan dijalankannya proyek ini. Hal-hal tersebut menjadi pondasi terbentuknya ide terkait dengan pembangunan perencanaan perumahan, termasuk pembangunan mixed use yang terdiri dari perumahan dengan harga terjangkau, perumahan pribadi, dan tempat komersil. Proyek ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menguji perancangan dan kebijaksanaan pemerintah dalam hal pembangunan mixed use di Midland, Australia bagian barat dengan menggunakan regulasi dari Midland Redevelopment Authority (MRA) sebagai pokok dasar dalam mempertimbangkan perencanaan spasial dan lainnya.
Sebagai tahap awal laporan ini, pendahuluan observasi akan mendiskusikan studi dalam sejarah perumahan di Australia sebagai pemicu kebutuhan akan perumahan di Australia bagian barat. Terfokus pada fenomena naiknya pasar perumahan dan gaya hidup sosio-ekonomi, melihat dari bagaimana permasalahan dalam pembangunan perumahan mempengaruhi populasi yang ada. Dalam hal ini, riset dilakukan berhubungan dengan tapak ruang Midland, mempelajari karakteristik dari kota tersebut untuk mendapatkan skema pembangunan yang berkualitas. Bab berikutnya akan mendeskripsikan langkah-langkah seperti studi preseden yang memiliki pembangunan serupa, dan studi literatur sebagai penunjang dalam prinsip-prinsip perumahan diikuti dengan analisis tapak ruang sebelum memasuki fase perancangan.
Laporan ini akan memperlihatkan pengusulan rencana revitalisasi baru di Midland untuk menyelesaikan masalah pertumbuhan populasi, keterjangkauan harga, efisiensi transportasi dan permasalahan lingkungan. Sebagai hasil akhir dari laporan ini adalah sebuah skema perumahan mixed use terjangkau yang berlokasi di bangunan yang sudah ada, yaitu stasiun kereta api terakhir di jalur kereta Midland, dengan memiliki konsep berorientasi dengan angkutan umum dan juga memiliki tipologi yang serupa dengan bangunan-bangunan disekitarnya.

Demographic change and the rising cost of transportation and housing in Perth are likely reinforce this project. These issues are shaping plans for design of associated housing developments, including mixed use that consists of affordable housing, private housing and also commercial development. This project here, which was aimed to exploring and testing the government planning and policy for making mixed use development in Midland, Western Australia by using regulations from Midland Redevelopment Authority (MRA) as the basic fundamental of spatial and other design consideration.
As the first stage of this report, the preliminary observation discusses research on history of Australian housing as the trigger of housing demand in Western Australia. In particular, focusing on the phenomenon related to the increased of housing market and the socio-economic lifestyle, how the housing problem affecting broad sectors of the population. While in this case the research is related to the site given, Midland, to study the characteristic of the city in order to provide a qualified development scheme. The next chapter will describes the following steps such as precedent studies on the similar development that can be adapted on the mixed use scheme, literature studies as a support on housing principles followed by site analysis before entering the design stage.
This report shows new proposal on Midland revitalization planning to solve the population growth, affordability, transport efficiency and environmental problems. As the result of this report is an affordable mixed use residential scheme located on the existing built-up area with a transit oriented concept and similar typology as the surrounding building.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nuha Fahira Fahmy
"Skripsi ini membahas Bandara Soekarno-Hatta sebagai gerbang masuk negara dan bagaimana sebuah bandara mengkomunikasikan identitas sebuah negara. Tulisan ini menggunakan teori mengenai place dan Semiotika untuk memahami identitas yang terbaca pada Bandara Soekarno-Hatta. Place dapat didefinisikan sebagai tempat yang menunjukkan signifikansi konteks tempat ia berada serta memiliki signifikansi yang dapat berasal dari budaya, sejarah, dan lain-lain. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol yang dipakai di masyarakat dan perannya dalam mengkomunikasikan suatu ide, termasuk kajian arsitektur di era Pasca Modern. Arsitektur di era ini menunjukkan gaya arsitektur yang ingin membangkitkan kembali arsitektur yang lebih seimbang dari sisi fungsi dengan non-fungsi termasuk ornamen dan simbol identitas. Sebagai gerbang masuk negara, Bandara Soekarno-Hatta memiliki fungsi menyampaikan identitas negara dan memberikan kesan pertama kepada para pengunjung serta menyambut pulang orang-orang Indonesia. Oleh karena itu Bandara Soekarno-Hatta harus menjadi place yang menandakan bahwa pengunjung sedang berada di Indonesia dan identitas lokal seperti melalui penggunaan simbol dan penggunaan arsitektur tradisional dengan teknologi modern. Terminal 1 dan 2 mengangkat identitas Indonesia melalui arsitektur tradisional Jawa menekankan ide tentang place yang lebih spesifik. Sementara Terminal 3 mengangkat identitas Indonesia yang lebih modern dan lebih dominan dengan ide non-place yaitu bandara sebagai ruang transisi. Dari sini bisa dianalisis bahwa arsitektur Bandara Soekarno-Hatta menunjukkan identitas Indonesia yang terus berkembang.

This study explores Soekarno-Hatta Airport as the gateway to Indonesia and how the airport communicates Indonesia’s identity. This study uses theories of place and Semiotics to understand the identity of Soekarno-Hatta airport. Place can be defined as a space with a significant meaning that shows local contexts, coming from local culture, history, and identity. Semiotics is a study about symbols that is used in presenting certain meanings and it has a key role in communicating an identity. Architecture during the Postmodern era can be understood using semiotics such as the modern style that wants to revive architecture that is more balanced in function and non-function including ornaments and identity symbols. As a gateway to a country, Soekarno-Hatta Airport has a function to convey Indonesia’s identity and give first impressions toward visitors and welcome Indonesians home. Because of that, Soekarno-Hatta Airport has to be a place that signifies that visitors are currently in Indonesia, and that can be shown through the use of traditional architecture combined with modern technology or a narration throughout the airport that conveys its identity. Terminal 1 and 2 tell us about Indonesia’s identity from its traditional side and emphasizes the idea of place that is more specific, while Terminal 3 shows Indonesia in a modernized state and is more dominant in the idea of non-place which is the airport as a space of transition. From this study we can conclude that the architecture of Soekarno-Hatta Airport conveys a message about Indonesia’s identity that keeps on growing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Alberta Nareswari
"Kenyamanan termal merupakan aspek yang penting dalam sebuah ruangan. Dengan kenyamanan tersebut, penghuni suatu ruangan dapat merasa nyaman dan memperoleh kepuasan untuk beraktivitas di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut, kelancaran dalam beraktivitas di sebuah ruangan juga perlu didukung oleh pencahayaan yang baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan bukaan jendela. Akan tetapi, bukaan jendela tersebut juga dapat memberi dampak pada kenyamanan termal akibat solar gain. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini bertujuan untuk menginvestigasi bagaimana kondisi kenyamanan termal dan pencahayaan alami dalam ruang studio arsitektur dengan melakukan pengukuran lapangan, simulasi, dan optimasi dengan pendekatan multi-objective optimization (MOO). Optimasi yang dilakukan menggunakan parameter window-to-wall ratio (WWR) ini bertujuan untuk menemukan nilai WWR optimal yang dapat meningkatkan kenyamanan termal sekaligus menjaga ketersediaan pencahayaan alami dalam ruang studio arsitektur. Hasil performa kenyamanan termal dan pencahayaan alami yang diperoleh pada kondisi WWR optimal didapatkan sesuai dengan standar yang ditetapkan, lebih baik dibandingkan dengan hasil analisis pada kondisi WWR eksisting.

Thermal comfort is a crucial aspect of a room. With thermal comfort, the occupants of a room can feel at ease and gain satisfaction in carrying out their activities within the room. In relation to this, a proper illumination is needed to maintain an uninterrupted set of activities. One of the efforts that can be made is to utilize window glazings. However, window glazings can also have impact on indoor thermal comfort due to solar gain. Therefore, the main goal of this thesis is to investigate the thermal comfort state and daylighting within the architectural studio room by conducting field measurements, simulations, and optimization with multi-objective optimization (MOO) approach. The optimization performed using the window-to-wall ratio (WWR) parameter aims to identify the optimal WWR value that is able to enhance the thermal comfort state while maintaining sufficient amount of daylighting within the architectural studio room. The results of the thermal comfort and daylighting performance achieved under the optimal WWR configurations resulted in compliance to standards, much better compared to the analyses results under the existing WWR conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa ‘Ul Jannah
"Precariat di industri kreatif merupakan kelompok yang digadang-gadang sebagai penggerak ekonomi namun memiliki ketidakamanan pekerjaan dan rentan menghadapi eksploitasi yang berkedok fleksibilitas. Kerentanan yang mereka alami meluas pada kehidupan mereka, salah satunya keamanan bermukim. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa aspirasi merumah precariat di industri kreatif di Indonesia khususnya pada kelas ekonomi pendapatan rendah hingga menengah atas. Menggunakan etnografi studi kasus yang dilengkapi dengan teknik wawancara mendalam dan observasi langsung, penelitian ini mengeksplorasi delapan informan yang merupakan pekerja di industri kreatif Indonesia yang terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan. Untuk menjelaskan precariat di industri kreatif Indonesia, peneliti menggunakan tiga dimensi precariat menurut oleh Guy Standing, yaitu: dimensi hubungan produksi, dimensi hubungan distribusi, dan dimensi hubungan dengan pemerintah. Selain itu, penelitian ini juga mendalami bagaimana cara merumah precariat di industri kreatif Indonesia dan kondisi mereka di konteks sistem perumahan di Indonesia. Temuan dari penelitian ini adalah aspirasi merumah bagi precariat di industri kreatif di Indonesia ada tiga: tetap tinggal bersama orang tua; memiliki rumah baru; dan aspirasi merumah yang didorong oleh rencana karir dan pendidikan di masa depan. Penelitian ini juga menyoroti kondisi dilematis yang dihadapi precariat di industri kreatif ketika mereka mengikuti program rumah subsidi.

Precariat in the creative industry is a group that is glorified to drive the economy but has job insecurity and is vulnerable to exploitation under the guise of flexibility. The precariousness that they experienced extend to their lives, one of which is housing security. This research aims to understand what are housing aspirations of  precariat in the creative industry in Indonesia especially in the lower income to upper middle income economic classes. Using ethnographic case studies equipped with in-depth interview techniques and direct observation, this research explores eight informants who are workers in the Indonesian creative industry, consisting of five men and three women. To explain the precariat in Indonesia's creative industries, researchers use three dimensions of the precariat according to Guy Standing, namely: the dimension of production relations, the dimension of distribution relations, and the dimension of relations with the government. Apart from that, this research also explores how to house the precariat in Indonesia's creative industries and their conditions in the context of the housing system in Indonesia. The findings from this research are that there are three aspirations for living at home for the precariat in the creative industries in Indonesia: remaining with their parents; have a new house; and housing aspirations driven by future career and educational plans. This research also highlights the dilemma faced by them when they participate in the subsidized housing program."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ajeng Pramesthi
"Skripsi ini menyelidiki dampak penting pencahayaan jalan dalam mengatasi kekerasan berbasis gender dalam pengembangan berorientasi transit (TOD), dengan fokus khusus pada Blok M, Jakarta. Ketidaksetaraan antara gender diperburuk oleh kekerasan berbasis gender di lingkungan transit perkotaan, dan masalah keamanan, terutama di kalangan perempuan, sangat dipengaruhi oleh pencahayaan yang tidak memadai. Penelitian ini mengkaji pendekatan paling efektif dalam desain pencahayaan untuk meningkatkan keamanan dalam Pengembangan Berorientasi Transit (TOD). Penelitian ini mengevaluasi kondisi pencahayaan saat ini dan lingkungan terbangun, serta menilai dampaknya terhadap keamanan perempuan dan insiden kekerasan berbasis gender. Penilaian dilakukan dengan menggunakan pedoman yang berasal dari Pencegahan Kejahatan Melalui Desain Lingkungan (CPTED). Penelitian ini menekankan pentingnya pencahayaan yang direncanakan secara strategis dalam mengurangi ketakutan dan insiden kekerasan berbasis gender, melalui kombinasi studi literatur, observasi lapangan, dan wawancara semi-terstruktur. Temuan menunjukkan bahwa penggunaan pencahayaan strategis tidak hanya meningkatkan visibilitas tetapi juga memungkinkan perempuan bergerak dengan lebih leluasa, sehingga menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih aman dan inklusif serta meningkatkan kesetaraan gender di ruang publik.

This undergraduate thesis investigates the important impact of street lighting in addressing gender-based violence in transit-oriented developments (TOD), specifically focusing on Blok M, Jakarta. Disparities between genders are made worse by gender-based violence in urban transit environment, and safety concerns, especially among women, are greatly affected by inadequate illumination. This research examines the most effective approaches in lighting design to enhance safety in Transit-Oriented Developments (TODs). It evaluates the current lighting conditions and built environments, and assesses their impact on women's safety and incidents of gender-based violence. The assessment is conducted using guidelines derived from Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED). The research emphasises the significance of strategically planned lighting in lowering fear and incidents of gender-based violence, through the combination of literature study, field observations, and semi-structured interviews. The findings suggest that the use of strategic lighting not only enhances visibility but also enables women to move with greater mobility, hence creating safer and more inclusive urban environments and improving gender equality in public spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakimullah Arif Iskandar
"Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur lokal suatu masyarakat tertentu yang menjadi cerminan dari nilai-nilai budaya masyarakat tersebut. Rumah gadang dan surau merupakan dua bangunan utama arsitektur vernakular dalam masyarakat Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam pandangan adat. Nilai-nilai budaya matrilineal ini sangat terasa dalam bangunan rumah gadang. Rumah gadang dimiliki oleh perempuan, sehingga anak laki-laki dipersiapkan untuk merantau meninggalkan kampung halamannya. Surau inilah yang menjadi pusat dari kegiatan anak laki-laki Minangkabau. Surau tidak hanya di gunakan sebagai tempat ibadah, namun juga digunakan sebagai tempat pendidikan ilmu agama dan adat yang menjadi bekal merantau. Besarnya peranannya dalam masyarakat inilah yang menjadikan surau sebagai salah satu citra arsitektur vernakular masyarakat Minangkabau yang kaya dengan nilai-nilai budaya.

Vernacular architecture is a form of existing architecture for the society group that becomes a reflection of the cultural values of the society. Rumah gadang and surau are the two main buildings of vernacular architecture in Minangkabau society. In the matrilineal system of Minangkabau, women have a greater role in customary views. These matrilineal cultural values are deeply felt in the Rumah Gadang. Rumah Gadang is owned by the women, so the boys are prepared to wander away from his hometown. Surau is the center of the whole activities of the Minangkabau boys. Surau is not only used as a place of worship, but also used as a place of religious and custom education that became the provision in wandering away tradition. Because its role in the society makes the surau as one image of vernacular architecture of Minangkabau society that is rich in custom values of Minangkabau.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>