Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Khaira Wardi
Abstrak :
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami anak akibat asupan makanan maupun penyakit infeksi yang berulang ditandai dengan tinggi/panjang badan anak terhadap usia <-2 SD kurva pertumbuhan WHO. Prevalensi Stunting di Indonesia pada tahun 2022 adalah 21,6%. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang mengalami kenaikan prevalensi stunting dari 29,5% pada tahun 2021 menjadi 34,6% pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu faktor risiko penyebab stunting pada anak usia 12-23 bulan di Provinsi Papua. Desain dalam penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data SSGI 2022. Sampel dalam penelitian ini anak anak usia 12-23 bulan di Provinsi Papua yang terpilih menjadi responden SSGI 2022. Analisis data dilakukan menggunakan chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin, BBLR, panjang badan lahir, imunisasi, penimbangan berat badan, keragaman makanan, sumber air minum, akses sanitasi, ketahanan pangan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan jumlah balita dalam keluarga berhubungan dengan kejadian stunting (p<0,05). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-23 bulan di Provinsi Papua adalah BBLR yang dipengaruhi jenis kelamin anak setelah dikontrol oleh variabel panjang badan lahir, imunisasi, sumber air minum, ketahanan pangan, pendidikan ibu, jumlah balita dalam keluarga, dan ISPA (OR: 3,589; 95%CI : 1,311-9,825). ......Stunting is a growth disorder experienced by children due to food intake or recurring infectious diseases, characterized by the height/length of the child's body for age <-2 SD on the WHO growth curve. The prevalence of stunting in Indonesia in 2022 is 21.6%. Papua Province is one of the provinces that has experienced an increase in the prevalence of stunting from 29.5% in 2021 to 34.6% in 2022. This research aims to determine the risk factors that cause stunting in children aged 12-23 months in Papua Province. The design of this study was cross-sectional using SSGI 2022 data. The sample in this study was children aged 12-23 months in Papua Province who were selected as respondents to the SSGI 2022. Data analysis was carried out using chi-square and multiple logistic regression. The results of the study showed that gender, low birth weight, birth length, immunization, body weight measurement, food diversity, drinking water sources, access to sanitation, food security, maternal education, maternal employment, and the number of children under five in the family were related to the incidence of stunting (p<0.05). The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 12-23 months in Papua Province is low birth weight which is influences by the sex of the child after being controlled by the variables birth length, immunization, source of drinking water, food security, maternal education, number of toddlers in the family. and ARI (OR: 3.589; 95%CI: 1.311-9.825
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessi Marantika Nilam Sari
Abstrak :
Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan menjadi faktor risiko munculnya jenis HIV yang resisten terhadap obat, yang dapat ditularkan kepada orang lain. Kepatuhan terhadap pengobatan yang buruk tidak hanya membahayakan kesehatan individu tetapi juga meningkatkan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketidakpatuhan minum obat ARV pada ODHIV yang mendapatkan terapi ARV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di poli HIV Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2023 menggunakan data sekunder. Populasi penelitian berjumlah 1.337 ODHIV yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dengan menggunakan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga sampel penelitian berjumlah 1.286 ODHIV. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa usia ≥ 35 tahun (56,45), laki-laki (61,20%), pendidikan rendah (87,10%), belum kawin atau cerai (51,92%), domisili dalam kabupaten Tangerang (55,88%), mendapatkan konseling kepatuhan (63,73%), memiliki jaminan kesehatan (51,92%), ≥5km akses layanan kesehatan (54,07%), IO non TB (40,90%), stadium lanjut (63,69%), viral load ≥40 mL (46,73%), tidak ada efek samping obat (53,34%), lamanya pengobatan >5 tahun (72,01%), masuk kedalam populasi kunci (88,01%) dan tidak mendapat dukungan (61,12%). Hasil analisis kai kuadrat secara statistik ada hubungan antara umur, jenis kelamin, status pendidikan, status perkawinan, domisili, pelayanan konseling kepatuhan, stadium klinis WHO, viral load, lamanya pengobatan ARV, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya (P-Value<0,05) dengan ketidakpatuhan minum obat ARV. Hasil analisis cox regression dengan faktor yang secara statistik berhubungan terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral pada ODHIV adalah umur (P-Value=0,01) nilai PR 1,20 dengan 95% CI (1,05-1,38), status perkawinan (P-Value=0,02) nilai PR 1,18 dengan 95% CI (1,03-1,36), domisili (P-Value=0,01) nilai PR 1,19 dengan 95% CI (1,04-1,36), viral load (P-Value=0,001) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,10-1,43), lamanya pengobatan ARV (P-Value=0,005) nilai PR 1,25 dengan 95% CI (1,07-1,47), kelompok populasi kunci (P-Value=0,02) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,04-1,56), dukungan teman sebaya (P-Value=0,04) nilai PR 1,15 dengan 95% CI (1,00-1,32). Faktor umur, status perkawinan, domisili, viral load, lamanya pengobatan, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya  memiliki pengaruh terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral (ARV) pada ODHIV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. ......Lack of treatment adherence becomes a risk factor for the emergence of drug-resistant strains of HIV, which can be transmitted to others. Poor adherence to treatment harms the individual’s health and increases the risk of transmission. This study aims to observe the factors associated with the occurrence of non-adherence to taking ARV drugs in PLHIV who receive ARV therapy at the Regional General Hospital of Tangerang Regency. This type of study uses observational research with a cross-sectional design. The study was conducted at the HIV Specialist of the Regional Govern Hospital of Tangerang Regency and the time of the study was carried out in November 2023 using secondary data. The study population amounted to 1,337 PLHIV who were actively undergoing antiretroviral treatment at the Regional General Hospital of Tangerang Regency using total sampling by inclusion and exclusion criteria so that the study sample amounted to 1,286 PLHIV. The results of the univariate analysis showed that the age of ≥ 35 years (56.45), male (61.20%), low education (87.10%), unmarried or divorced (51.92%), domiciled in Tangerang district (55.88%), received compliance counselling (63.73%), had health insurance (51.92%), ≥5km of health service access area (54.07%), non-TB IO (40.90%), advanced stage (63.69%), viral load ≥40 mL (46.73%), no drug side effects (53.34%), duration of treatment ≥5 years (72.01%), entered into key populations (88.01%) and received no support (61.12%). The results of the kai squared analysis statistically showed there was an association between age, sex, educational status, marital status, domicile, adherence to counselling services, WHO clinical stage, viral load, duration of ARV treatment, key population groups and peer support (P-Value<0.05) with non-adherence to taking ARV drugs. The results of Cox Regression analysis with factors statistically related to non-adherence to taking antiretroviral drugs in ODHIV were age (P-Value = 0.01), PR value 1.20 with 95% CI (1.05-1.38), marital status (P-Value = 0.02), PR value 1.18 with 95% CI (1.03-1.36), domicile (P-Value = 0.01), PR value 1.19 with 95% CI (1.04-1.36), viral load (P-Value = 0.001), PR value 1.27 with 95% CI (1.10-1.43),  duration of ARV treatment (P-Value = 0.005), PR value 1.25 with 95% CI (1.07-1.47), key population group (P-Value = 0.02), PR value 1.27 with 95% CI (1.04-1.56), peer support (P-Value = 0.04), PR value 1.15 with 95% CI (1.00-1.32). Factors such as age, marital status, domicile, viral load, duration of treatment, key population groups and peer support have an influence on non-adherence to taking antiretroviral drugs (ARV) in PLHIV at the Regional General Hospital of Tangerang Regency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessi Marantika Nilam Sari
Abstrak :
Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan menjadi faktor risiko munculnya jenis HIV yang resisten terhadap obat, yang dapat ditularkan kepada orang lain. Kepatuhan terhadap pengobatan yang buruk tidak hanya membahayakan kesehatan individu tetapi juga meningkatkan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketidakpatuhan minum obat ARV pada ODHIV yang mendapatkan terapi ARV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di poli HIV Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2023 menggunakan data sekunder. Populasi penelitian berjumlah 1.337 ODHIV yang aktif menjalani pengobatan antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang dengan menggunakan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga sampel penelitian berjumlah 1.286 ODHIV. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa usia ≥ 35 tahun (56,45), laki-laki (61,20%), pendidikan rendah (87,10%), belum kawin atau cerai (51,92%), domisili dalam kabupaten Tangerang (55,88%), mendapatkan konseling kepatuhan (63,73%), memiliki jaminan kesehatan (51,92%), ≥5km akses layanan kesehatan (54,07%), IO non TB (40,90%), stadium lanjut (63,69%), viral load ≥40 mL (46,73%), tidak ada efek samping obat (53,34%), lamanya pengobatan >5 tahun (72,01%), masuk kedalam populasi kunci (88,01%) dan tidak mendapat dukungan (61,12%). Hasil analisis kai kuadrat secara statistik ada hubungan antara umur, jenis kelamin, status pendidikan, status perkawinan, domisili, pelayanan konseling kepatuhan, stadium klinis WHO, viral load, lamanya pengobatan ARV, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya (P-Value<0,05) dengan ketidakpatuhan minum obat ARV. Hasil analisis cox regression dengan faktor yang secara statistik berhubungan terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral pada ODHIV adalah umur (P-Value=0,01) nilai PR 1,20 dengan 95% CI (1,05-1,38), status perkawinan (P-Value=0,02) nilai PR 1,18 dengan 95% CI (1,03-1,36), domisili (P-Value=0,01) nilai PR 1,19 dengan 95% CI (1,04-1,36), viral load (P-Value=0,001) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,10-1,43), lamanya pengobatan ARV (P-Value=0,005) nilai PR 1,25 dengan 95% CI (1,07-1,47), kelompok populasi kunci (P-Value=0,02) nilai PR 1,27 dengan 95% CI (1,04-1,56), dukungan teman sebaya (P-Value=0,04) nilai PR 1,15 dengan 95% CI (1,00-1,32). Faktor umur, status perkawinan, domisili, viral load, lamanya pengobatan, kelompok populasi kunci dan dukungan teman sebaya memiliki pengaruh terhadap ketidakpatuhan minum obat antiretroviral (ARV) pada ODHIV di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. ......Lack of treatment adherence becomes a risk factor for the emergence of drug-resistant strains of HIV, which can be transmitted to others. Poor adherence to treatment harms the individual’s health and increases the risk of transmission. This study aims to observe the factors associated with the occurrence of non-adherence to taking ARV drugs in PLHIV who receive ARV therapy at the Regional General Hospital of Tangerang Regency. This type of study uses observational research with a cross-sectional design. The study was conducted at the HIV Specialist of the Regional Govern Hospital of Tangerang Regency and the time of the study was carried out in November 2023 using secondary data. The study population amounted to 1,337 PLHIV who were actively undergoing antiretroviral treatment at the Regional General Hospital of Tangerang Regency using total sampling by inclusion and exclusion criteria so that the study sample amounted to 1,286 PLHIV. The results of the univariate analysis showed that the age of ≥ 35 years (56.45), male (61.20%), low education (87.10%), unmarried or divorced (51.92%), domiciled in Tangerang district (55.88%), received compliance counselling (63.73%), had health insurance (51.92%), ≥5km of health service access area (54.07%), non-TB IO (40.90%), advanced stage (63.69%), viral load ≥40 mL (46.73%), no drug side effects (53.34%), duration of treatment ≥5 years (72.01%), entered into key populations (88.01%) and received no support (61.12%). The results of the kai squared analysis statistically showed there was an association between age, sex, educational status, marital status, domicile, adherence to counselling services, WHO clinical stage, viral load, duration of ARV treatment, key population groups and peer support (P-Value<0.05) with non-adherence to taking ARV drugs. The results of Cox Regression analysis with factors statistically related to non-adherence to taking antiretroviral drugs in ODHIV were age (P-Value = 0.01), PR value 1.20 with 95% CI (1.05-1.38), marital status (P-Value = 0.02), PR value 1.18 with 95% CI (1.03-1.36), domicile (P-Value = 0.01), PR value 1.19 with 95% CI (1.04-1.36), viral load (P-Value = 0.001), PR value 1.27 with 95% CI (1.10-1.43), duration of ARV treatment (P-Value = 0.005), PR value 1.25 with 95% CI (1.07-1.47), key population group (P-Value = 0.02), PR value 1.27 with 95% CI (1.04-1.56), peer support (P-Value = 0.04), PR value 1.15 with 95% CI (1.00-1.32). Factors such as age, marital status, domicile, viral load, duration of treatment, key population groups and peer support have an influence on non-adherence to taking antiretroviral drugs (ARV) in PLHIV at the Regional General Hospital of Tangerang Regency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khansa
Abstrak :
Latar Belakang: Indonesia masih menghadapi masalah status gizi. Pertumbuhan gigi sulung dimulai sejak minggu ke lima kandungan. Oleh sebab itu, gizi ibu prenatal dan anak postnatal dapat mempengaruhi kesehatan gigi, termasuk karies gigi sulung. Tujuan: Mengetahui hubungan status gizi ibu periode prenatal dan status gizi balita dengan karies gigi sulung. Metode: Desain potong lintang secara analitik observasional. Data status gizi ibu dan anak diambil melalui Buku KIA dan KMS. Data karies melalui pemeriksaan deft. Hasil: Prevalensi ibu dengan gizi kurang periode prenatal 22,8 , 28,1 balita mengalami stunting, dan prevalensi karies gigi sulung 55,2 . Hubungan status gizi ibu periode prenatal dengan karies gigi sulung bermakna. ......Background: Indonesia still face nutritional problem. Primary teeth growth start in fifth weeks of prenatal period. Thus, the prenatal nutritional status of mothers'and their child's can affect the tooth health, including primary teeth caries. Objective: This study was analyzed the relationship between mother's nutritional status and their child of primary teeth caries. Method: Analytic observational with cross sectional design. The data about mother's nutritional status and their child's were taken from KIA and KMS. The data of caries were using deft assessment. Result: The prevalence of mothers and children with poor nutritional status were 22.8 and 28.1 . Prenatal nutritional status of mother's has a relationship to children's primary teeth caries.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mediani Retno Putri
Abstrak :
Latar Belakang. Indonesia masih memiliki masalah gizi kurang, salah satu faktor yang mempengaruhi erupsi gigi sulung adalah status gizi, baik status gizi ibu prenatal maupun status gizi anak. Tujuan. Mengetahui hubungan antara status gizi ibu prenatal dan anak usia 6 - 37 bulan terhadap pola erupsi gigi sulung di kecamatan Beji, Depok. Metode. Penelitian cross-sectional dilakukan pada ibu dan anaknya yang berusia 6 - 37 bulan di lima posyandu kecamatan Beji, Depok. Informasi status gizi ibu dan anak didapatkan dari buku KIA/KMS subjek. Hasil. Terdapat perbedaan bermakna. ......Background. Indonesia still have poor nutritional status problems, one of the factors that influence the eruption of primary teeth are mothers prenatal nutritional status and child nutritional status. Objective. To identify the relationship between mothers prenatal nutritional status and 6 ndash 37 month children to primary teeth eruption pattern in the district Beji, Depok. Methods. This cross sectional study conducted on mothers and their children in five posyandus in Beji District, Depok. The nutritional status information of mothers and children obtained from books KIA KMS subject. Results. There is significant differences.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library