Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donny Gahral Adian
"Disertasi ini membahas kemungkinan kerjasama dalam situasi konflik seperti dimodelkan dalam dilema narapidana. Dilema narapidana memuat asumsi rasionalitas yang membuat absennya komitmen etis yang memungkinkan sebuah kerjasama. Asumsi kognitif dilema narapidana adalah rasionalitas instrumental. Rasionalitas instrumental membuat agen tertutup dari dua hal: pertama, skrutinisasi rasional tujuan, orientasi nilai atau prinsip tindakan; kedua, identitas orang lain sebagai yang konkret dan menyejarah. Rasionalitas instrumental, bertumpu pada prinsip maksimalisasi keuntungan, prinsip yang merupakan bentukan dilema narapidana dan bukan basil deliberasi rasional agen selaku subyek retlektif. Syarat kemungkinan kerjasama terletak pada kerja rasionalitas yang terbuka. Syarat kemungkinan tersebut adalah rasionalitas kerjasama yang merefleksikan prinsip, orientasi nilai dan tujuan di hadapan orang lain selaku identitas naratif. Narativitas identitas orang lain membuat agen merefleksikan kernbali prinsip maksimalisasi keuntungan yang berakibat pada perilaku nonkerjasama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D1594
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Dewa Barata
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas penempatan kapital simbolik pengendara Harley Davidson di Indonesia dalam mencari dan menggunakan kapital simbolik tersebut secara efektif dalam konteks kebebasan dan persaudaraan dalam komunitas Harley Davidson. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa kapital simbolik dibutuhkan oleh suatu komunitas sebagai bagian dari identitas dan digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan posisi sosial anggotanya baik di dalam komunitas maupun di masyarakat.

ABSTRACT
This study focus on the placement of the symbolic capital of Harley Davidson riders in Indonesia. The purpose of this study is to understand how rider acquire, evaluate and use symbolic capital as their identity and use it to increase their social position. This research is qualitative descriptive. The data were collected by means of deep interview and observation. The results found that the symbolic capital needed by a community as part of its identity and used as a strategy to improve the social position of its members both within communities and in society."
Depok: 2011
D1290
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Muhammad Romly
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D1575
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rieke Diah Pitaloka
"Disertasi ini merupakan deskripsi, analisis dan interpretasi atas data dan pendataan perdesaan pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Penulis mengusulkan tujuh tujuan penelitian saat ini. Pertama mengungkap kualitas data perdesaan, berupa data birokrat dan data warga yang menjadi basis data kebijakan publik. Kedua, mengungkap kekerasan simbolik pada pendataan perdesaan top down yang berpedoman pada norma yuridis melalui rekonstruksi genesis data birokrat. Ketiga, mendeskripsikan afirmasi simbolik pada pendataan perdesaan bottom up yang berpedoman pada norma sosiologis melalui rekonstruksi genesis data warga. Keempat, memetakan arena dan aktor pada pendataan perdesaan top down dan bottom up, serta relasinya dengan meta kapital perdesaan. Kelima, mengungkap kekerasan simbolik pada pendataan perdesaan top down yang mereproduksi kebijakan rekolonialisasi Keenam, mendeskripsikan dan menganalisis afirmasi simbolik pada pendataan perdesaan bottom up memproduksi kebijakan afirmatif. Ketujuh, menginterpretasikan kebijakan afirmatif sebagai implementasi amanat konstitusi untuk mencapai lima aspek kesejahteraan rakyat. Area studi: Desa Sibandang, Desa Pantai Bakti dan Desa Tegalallang. Penelitian menggunakan Mixed Methods Research (MMR) dengan Nesting Quantitative Data in Qualitative Designs. Data kualitatif diperoleh melalui in-depth interview dan Focus Group Discussion (FGD, diskusi terpumpun). Data kuantitatif dari Kementerian Dalam Negeri dan dari Badan Pusat Statistik, serta data mandiri dari praktik pendataan perdesaan bottom up. Pisau analisisnya menggunakan konsepkonsep Pierre Bourdieu dan Nick Couldry. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan rekolonialisasi dan 'the vicious circle' kebijakan rekolonialisasi yang mengonfirmasi terbuktinya hipotesis, yaitu: semakin kuat doxa kekerasan simbolik pada norma yuridis pendataan, semakin kuat pseudo data, semakin kuat pseudo kebijakan publik; semakin kuat pseudo kebijakan publik, semakin kuat pseudo otoritas, semakin buruk perencanaan, pemrograman, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kebijakan publik, semakin buruk pencapaian lima aspek kesejahteraan rakyat; semakin buruk pencapaian lima aspek kesejahteraan rakyat, perdesaan semakin termarginalkan; semakin kuat doxa kekerasan simbolik norma yuridis mereproduksi pseudo data, semakin berkesinambungan kekerasan simbolik; dan semakin berkesinambungan kekerasan simbolik, semakin dibutuhkan heteredoxa afirmasi simbolik, yang digambarkan dengan antitesa 'the truth circle' kebijakan afirmatif. Sintesa yang diusulkan dari disertasi ini adalah bagaimana membangun sistemik kebijakan publik berdasarkan pendataan desa berbasis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga memungkinkan lebih banyak ruang untuk komunikasi dan partisipasi penduduk desa.

This dissertation describes, analyzes, and interprets big data within village data collection, following the ratification of Law of the Republic of Indonesia, Number 6 of 2014, concerning Village. The author proposes seven aims of current research. First, to unveil the quality of village data collection composed of bureaucratic data and villagers' data, which serves as the foundation of current public policy. Second, to reveal the symbolic violence found in the top-down model of village data collection, which refers dominantly to the juridical norms, by performing a bureaucratic data genesis reconstruction process. Third, to describe the symbolic affirmation of the bottom-up model of village data collection, which refers to sociological norms, by performing villagers' data genesis reconstruction process. Fourth, to design a map of the arena and actors involved in both models of village data collection, top-down and bottom-up, by relating them with a metacapital of the Village. Fifth, to expose the symbolic violence found in the top-down model of village data collection, which reproduces recolonization policy. Sixth, to describe and analyze the symbolic affirmation of the bottom-up model of village data collection, which produces affirmative policy. Seventh, to interpret the affirmative policy perceived as the implementation of the Constitutional mandate to finally achieve five dimensions of people's welfare. The research area comprises three distinct villages: Sibandang village in North Sumatera, Pantai Bakti village in West Java, and Tegallalang village in Bali. The author employs Mixed Methods Research (MMR) with Nesting Quantitative Data in Qualitative Designs. Qualitative data was obtained through in-depth interviews and Focus Group Discussions. Quantitative data was obtained from The Ministry of Internal Affairs and the Central Bureau of Statistics (BPS), supporting data from the researcher's independent enterprise and the bottom-up village data collection practices. The data was analyzed using conceptual tools from Pierre Bourdieu and Nick Couldry. The research findings show that recolonization policy and the vicious circle of derivative rules confirm the following hypotheses: the stronger symbolic violence doxa on the juridical norms of village data collection, the stronger pseudo data becomes and the stronger grips of pseudo-public policy; the stronger pseudo-public policy exists, the stronger pseudo authority exercises power, the worse planning, programming, budgeting, implementation, monitoring and surveillance of public policy becomes, and the further to achieve the five dimensions of people's welfare; the worse achievement of the five dimensions of people's welfare, the more marginalized villages become; the stronger symbolic violence doxa on the juridical norms reproduces pseudo data, the more sustainable symbolic violence becomes; and the more sustainable of symbolic violence, the more heteredoxa of symbolic affirmation needed—portrayed as the antithesis of 'the truth circle' of affirmative policy. The synthesis proposed from this dissertation would be how to build the systemic public policies based on the constructed version of science and technology's village data collection, allowing more space for villagers' communication and participation. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camelia Catharina L.S.
"Disertasi ini membahas mengenai iklan natif (native advertising) dan melihatnya dalam perspektif kapitalisme baru media. Iklan natif adalah iklan yang dikemas dalam format berita dan telah menjadi sorotan karena desepsi terhadap khalayak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perubahan kerja kapitalisme baru media dalam konteks hipermodern yang terefleksikan melalui proses produksi dan distribusi konten iklan natif pada media daring. Penelitian ini menggunakan kapitalisme baru Sennett sebagai teori utama penelitian ini, dalam kombinasi dengan pemikiran hipermodern Lipovetsky dan Gottschalk. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan wawancara pada informan media dan analisis isi teks kualitatif. Wawancara dilakukan terhadap dua puluh satu orang dari enam media yang diteliti, pengiklan, dan asosiasi. Analisis teks dilakukan terhadap dua ratus konten iklan natif dari enam media yang diteliti. Ada beberapa temuan signifikan dari hasil penelitian. Pertama, analisis teks menunjukkan tingkat kesamaan penuh antara berita dengan konten iklan natif pada beberapa media. Kedua, wawancara menunjukkan bahwa praktik iklan natif tidak hanya berada pada level teks, tapi sifat natif juga ada pada level produksi dan distribusi. Ada divisi baru yang terbentuk yang menjembatani antara redaksi dengan pemasaran. Pada media lain, produksi iklan natif dilakukan dengan keterlibatan penuh redaksi dengan pembentukan tim-tim ad hoc. Ketiga, ada beberapa perubahan dalam budaya kapitalisme baru pada media yang tercermin dalam penelitian ini. Media daring tidak bisa menjual berita sebagai produk utama mereka kepada khalayak. Imitasi terhadap berita dalam bentuk iklan natif dan ruang berita menjadi produk komersial yang dijual kepada iklan. Budaya kapitalisme baru pada media daring yang tercermin dari hasil penelitian adalah fleksibilitas manajemen dan produk, melahirkan norma kolaboratif antara bisnis dan redaksi, melahirkan produk hibrida dan produk baru di luar bisnis utama media. Dari perspektif teoritis, penelitian ini berargumen bahwa komoditas utama dari media daring adalah ruang berita. Khalayak, konten, dan pekerja adalah komoditas sekunder yang dijual secara terintegrasi dengan komoditas utama. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya melihat produk, bahan baku, dan alat produksi yang mendorong berbagai perubahan manajerial dalam budaya kapitalisme baru. Dalam perspektif praktis, penelitian ini menunjukkan bahwa jurnalisme sedang bermetamorfosis menjadi lebih komersial dibandingkan sifat jurnalisme sebelumnya yang politis dan informatif.

This dissertation aims to look into native advertising in the perspective of new media capitalism. Native advertising is the paid ads that match its editorial surrounding. The purpose of this study is to portray the changing works of the new media capitalism in the context of hypermodern society, which is reflected through the production and distribution of native advertising content on online media. Sennett’s theory of new capitalism with its short-term logic in relation with Lipovetsky and Gottschalk hypermodern theory are used to analyzing the data. To get rich data, the researcher uses case study approach. This study gathered the data from twenty-one sources from six online media, advertisers, and associations, and text analysis from the six online media. This research has some findings. First, the text analysis shows the resemblance between news and native advertising. Secondly, the interviews show the concept of native is not only at the level of text, but also at the level of production and distribution. In some media, new divisions were established to bridge the editorial and marketing departments. In other media, native advertising production fully involved the editorial department by building ad hoc teams. Thirdly, in the view of new capitalism, there are some changes found. Online media fail to sell news as their main product. News imitation in the form of native advertising and the news space have become the new commercial products sold to the advertisers. New media capitalism of the online media as reflected by this research works in a flexible manner both of managing the organization and of the product. The results are collaborative norms between the business and editorial sides, hybrid products, and the development of new products aside of media main business. From theoretical perspective, this research argues that the main commodity of the online media is news space. Audience, content, and labors are secondary commodities sold in integration with the main commodity. This research highlights the importance to see the products, raw materials, means of production beside managerial changes in the new capitalism. In the practical perspective, this research shows that journalism has been metamorphosing into a commercial journalism, replacing the old political and informative journalism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Angeliqa
"ABSTRAK
Iklan adalah sebuah produk media yang merepresentasikan realitas dalam berbagai
tanda yang ditentukan oleh para pekerja iklan. Sayangnya sebagaimana produk media
lain yang mengakomodir budaya patriarki, iklan masih menggambarkan ruang lingkup
perempuan dalam ranah privat atau sebagai objek dengan unsur sensualitas semata.
Keterlibatan perempuan dalam industri iklan ternyata tidak dibarengi dengan produk
teks iklan yang berperspektif gender. Hal ini disebabkan karena setiap arena selalu
dipenuhi dengan kontestasi dan kekerasan simbolik. Penelitian ini bertujuan melihat
logika praktis perempuan dalam menampilkan teks yang mengarusutamakan gender
pada praktek keseharian sebagai bentuk tampilan habitus dan penempatan kapital pada
banyak arena industri iklan. Penelitian ini menggunakan teori Habitus-Arena-Kapital
dari Pierre Bourdieu. Serta didukung pula dengan konsep tentang gender. Paradigma
yang digunakan adalah critical constructionism, dan penelitian ini dikategorikan dalam
kelompok eksploratif dengan pendekatan fenomenologi hermeneutik berdasarkan
pemikiran Paul Ricoeur. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara
mendalam dan observasi non-partisipan kepada CEO perempuan. Hasil yang
diperoleh adalah gambaran berbagai kapital sejak subjek kecil hingga capaian di masa
dewasa. Penelitian juga menggali habitus primer yang diinternalisasi pada perempuan
pemimpin. Habitus ini diwariskan dalam bentuk peniruan (untuk habitus yang
berkenaan dengan kebertubuhan), pengingatan (untuk habitus pemikiran), serta
pengalaman yang dialami sendiri maupun sekedar melihat/mendengar pengalaman
orang-orang terdekat. Habitus menubuh maupun habitus pemikiran banyak tinggal
menetap hingga subjek dewasa. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa di masa
dewasa, habitus bertransformasi dalam berbagai arena dan memperlihatkan
kecenderungan terdominasi oleh doxa kapitalis yang sangat kuat. Sedangkan kekerasan
simbolik yang dialami subjek pada masa kecil berkelindan dengan doxa kapitalis dan
diduplikasi tanpa sadar dalam konteks-konteks yang memiliki kemiripan. Pada
akhirnya, diskusi penelitian juga membahas tentang munculnya implikasi-implikasi
teoritis, metodologis, dan praktis berdasarkan temuan. Implikasi teoritis ditandai oleh
temuan tentang kontestasi habitus subjek dengan aktor yang sama dalam beberapa
arena dengan doxa yang jauh lebih kuat dan resiko yang lebih mengikat. Sementara
implikasi metodologis ditandai oleh kemampuan fenomenologi hermeneutik dalam
mengungkap fakta-fakta lain yang menyertai pengalaman esensial subjek. Penggunaan
fenomenologi hermeneutik dalam penelitian dengan trilogi habitus-arena-kapital
dengan lokus gender adalah salah satu poin utama yang mensahkan Bourdieu sebagai
tokoh post-strukturalis. Sementara implikasi praktis berupa saran memasukan aspek
habitus dan kapital dalam rekrutisasi calon pemimpin perempuan untuk mendapatkan
aktor yang memiliki visi pemberdayaan

ABSTRACT
Advertising is a media product that represents reality in various signs determined by
advertising workers. Unfortunately, as with other media products that accommodate
patriarchal culture, advertising still describes the scope of women in the private sphere
or as objects with mere sensuality. Gender-based advertisement text products did not
accompany with the involvement of women in the advertising industry. It is because of
contestation and symbolic violence that are filling every field. This study aims to look
at the womens logic of practice in presenting texts that mainstream gender into daily
practice as a form of display of Habitus and the placement of capital in many fields of
the advertising industry. This study used the Habitus-Arena-Capital theory of Pierre
Bourdieu, and also supported by the concept of gender. The paradigm applies critical
constructionist, and this study is using an exploratory perspective with a hermeneutic
phenomenology approach based on Paul Ricoeurs thinking. Data collection techniques
used in-depth interviews and non-participant observation to female CEOs. Stages of
hermeneutic phenomenology analysis are used as data analysis techniques. The results
obtained are a description of various capital from a small subject to achievement in
adulthood. Research also explores primary habitus internalized in female leaders in
childhood. This habitus is inherited in the form of imitation (for habitus relating to
physicality), remembrance and experience (for habitus of thoughts), as well as direct
experience by saw or heard of the relatives. The embodied habitus, as well as many
thought habitus, stay settled until adult. The results of the study also show that in
adulthood, habitus transformed in various fields and showed a tendency to be
dominated by very strong capitalist doxa. While symbolic violence experienced by
subjects in childhood intertwined with capitalist doxa and duplicated unconsciously in
their adulthood in similar contexts. Finally, the research discussion also discussed the
emergence of theoretical, methodological and practical implications based on the
findings. The theoretical implications are describing subject habitus contestation with
the same actors in several fields with doxa that is much stronger and more binding
risks. While the methodological implications are pointing on the ability of hermeneutic
phenomenology to uncover other facts that accompany the essential experience of the
subject. The interwind of hermeneutic phenomenology in research with the habitusarena-
capital trilogy with a gender locus is one of the main points that legitimizes
Bourdieu as a post-structuralist figure, while the practical implications in the form of
suggestions include aspects of habitus and capital in the recruitment of prospective
female leaders to get actors who have a vision of empowerment"
2018
D2606
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camelia Catharina L.S.
"Disertasi ini membahas mengenai iklan natif dan melihatnya dalam perspektif kapitalisme baru. Iklan natif adalah iklan yang dikemas dalam format berita. Tujuan penelitian untuk menggambarkan perubahan kerja kapitalisme baru media dalam konteks hipermodern yang terefleksikan melalui proses produksi dan distribusi konten iklan natif pada media daring. Kapitalisme Baru dari sosiolog Richard Sennett digunakan sebagai teori utama penelitian ini, dikombinasikan dengan pemikiran hipermodern Lipovetsky dan Gottschalk. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data dikumpulkan dari wawancara informan dari enam media, Humas, dan asosiasi, serta analisis teks kualitatif. Ada beberapa temuan signifikan dari hasil penelitian. Pertama, analisis teks menunjukkan tingkat kesamaan penuh antara berita dengan konten iklan natif pada beberapa media. Kedua, wawancara menunjukkan praktik iklan natif tidak hanya berada pada level teks, tetapi sifat natif juga pada level produksi dan distribusi. Ketiga, ada beberapa perubahan institusi terkait kapitalisme baru pada media yang tercermin dalam penelitian ini. Pertama, produk dalam kapitalisme baru media adalah produk yang cair dan beragam. Kedua, kapitalisme baru dalam kaitannya dengan manajemen institusi media ditandai dengan karakter fleksibilitas dan kolaboratif, di mana etika dipandang opsional. Logika jangka pendek mendorong institusi media berfokus pada profit yang cepat didapat. Relasi, baik dengan khalayak maupun pekerja, dibangun dalam logika waktu pendek ini.

This dissertation looks into native advertising in the perspective of new capitalism. Native advertising is an advertisement that looks like editorial content in term of design and content. This research aims to portray the new capitalism of online media reflected through the production and distribution of native advertising. The theory of new capitalism by sociologist Richard Sennett is used as the main theory of this research in combination with hypermodern concept of Lipovetsky and Gottschalk. This research uses case study and gathered the data from interviewing sources from online media, public relations, associations, as well as from qualitative text analysis. There are some findings of this research. First, text analysis shows high similarity between news and native advertising. Secondly, the interviews show that native advertising is not only at the level of text, but also at the level of production and distribution. Third, there are some institutional changes due to this new capitalism. The product of new capitalism is diverse. Secondly, in terms of institutional management, flexibility and collaboration is the keywords and ethics is optional. Short term logic makes media focus on quick profit. Relation, both with the audience and workers, is also built on this short-term logic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library