Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fiona Verisqa
"Penelitian ini membahas pengaruh kimia dari xylitol terhadap remineralisasi enamel yang sebelumnya mengalami demineralisasi. Sampel email yang berasal dari gigi yang telah diekstraksi untuk kepentingan perawatan orthodonti didemineralisasi terlebih dahulu dan selanjutnya direndam dalam larutan remineralisasi yang mengandung 20% dan 50% xylitol pada suhu 37⁰C selama dua minggu. Sampel lalu dianalisis menggunakan metode Energy Dispersive Xray (EDX) dan X-ray Diffraction (XRD). Hasil berdasarkan EDX mengindikasikan terdapat peningkatan jumlah kalsium dan fosfor pada sampel yang direndam dalam larutan remineralisasi dengan xylitol 50% dibandingkan dengan sampel yang mengalami demineralisasi tanpa direndam dalam larutan remineralisasi dengan xylitol 50% (p < 0.05). Tidak terdapat peningkatan bermakna dari kalsium dan fosfor pada sampel yang direndam dalam larutan remineralisasi dengan xylitol 20% dibandingkan dengan sampel yang mengalami demineralisasi tanpa direndam dalam larutan remineralisasi dengan xylitol 20% (p > 0.05).
Identifikasi komposisi senyawa kristal dengan metode XRD menunjukkan berbagai macam kristal apatit pada sampel yang berbeda. Hidroksiapatit dan fluorapatit ditemukan ada sampel kontrol yang tidak didemineralisasi. Material amorphous ditemukan pada sampel yang didemineralisasi untuk kontrol perlakuan xylitol 50%. Fluorapatit ditemukan pada sampel yang didemineralisasi untuk kontrol perlakuan xylitol 20%. Fluorapatit juga ditemukan pada sampel yang direndam pada larutan remineralisasi dengan xylitol 20% dan 50%. Hasil ini mengindikasikan bahwa xylitol dapat meningkatkan jumlah kalsium dan fosfor dengan menghambat presipitasi kalsium dan fosfat serta bertindak sebagai calcium carrier. Sifat xylitol tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia dari kalsium dan fosfor pada plak, saliva, dan lesi karies. Oleh karena itu, substansi amor phous dari email dapat berubah menjadi kristal apatit seperti fluorapatite. Dengan demikian, xylitol menunjukkan kemampuan untuk mencegah karies dan merestorasi lesi dini karies.

This study aimed to determine the effects of xylitol exposure on the remineralization of artificially demineralized enamel. Samples that were obtained from teeth extracted due to orthodontic treatment were demineralized and then immersed in a remineralizing solution with 20% or 50% xylitol at 37°C for 2 weeks. The samples were analyzed using Energy Dispersive X-Ray (EDX) and Xray Diffraction (XRD) methods. The EDX results indicated that calcium and phosphorus contents were significantly higher in samples that had been immersed in 50% xylitol solution, compared to demineralized samples without such immersion treatment (p < 0.05). There was no significant increase in calcium and phosphorus content for samples that had been immersed in 20% xylitol solution compared to demineralized samples without this immerson treatment (p > 0.05).
Identification of crystal compounds by XRD showed the presence of hydroxyapatite and fluorapatite in untreated samples. Amorphous materials were found in demineralized control samples for 50% xylitol solution. Fluorapatite was identified in demineralized control samples for 20% xylitol solution. Fluorapatite was also identified in samples that had been immersed in 20% and 50% xylitol solution. The results indicate that exposure to xylitol c an increase calcium and phosphorus contents in enamel, probably by inhibiting Ca2+ and PO43- precipitation and acting as calcium carrier. Xylitol exposure may influence the chemical reactions of calcium and phosphorus in plaque, saliva and caries lesions. Through the influenced reactions, amorphous substance of enamel could change into apatite crystal such as fluorapatite. Thereby, xylitol demonstrate caries prevention and possible restoration of initial enamel caries lesions."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Megantoro
"Karies gigi merupakan salah satu penyakit infeksi jaringan keras gigi yang sangat banyak menyerang penduduk Indonesia, dengan tingkat prevalensi lebih dari 90%. Karies terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan proses demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada permukaan gigi, yaitu pada saat tingkat demineralisasi terjadi lebih tinggi daripada remineralisasi. Untuk menanggulangi masalah karies, diperlukan usaha preventif yang terjangkau oleh masyarakat. Salah satu agen yang dipercaya dapat mencegah terjadinya karies adalah xylitol. Penelitian-penelitian terdahulu telah menyatakan bahwa xylitol dapat meningkatkan remineralisasi. Pada penelitian ini, diteliti pengaruh penambahan xylitol pada larutan remineralisasi pada permukaan email yang didemineralisasi ditinjau dari struktur permukaan email gigi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 22 potong spesimen gigi yang dikelompokkan menjadi kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan. Seluruh spesimen gigi, kecuali kelompok kontrol positif, direndam ke dalam larutan asam asetat dengan pH 4 selama 2x24 jam pada suhu 500C. Setelah itu, kelompok perlakuan dibagi ke dalam dua kelompok dan direndam kembali ke dalam larutan reminerlisasi, yang mengandung 20% dan 50% xylitol pada suhu 370C selama 2x7 hari. Seluruh sampel difoto dengan menggunakan SEM (Scaning Electron Micrograf) pada laboratorium CMPFA FTUI dan dilakukan analisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa xylitol dapat memicu terjadinya proses remineralisasi pada permukaan gigi yang telah mengalami demineralisasi.

Dental caries is one of the infection diseases on the tooth. Its prevalence in Indonesia is more than 90%. Caries happened when there is unbalance condition between demineralization and remineralization process, which is higher in demineralization. To prevent the dental caries, there should be preventive programs that can be reached by all people. One agent believed to control and reduced dental caries is xylitol. This research observed the enamel surface?s structure related remineralization effects of xylitol on artificially demineralized enamel. The samples were demineralized in an acid solution with 4.0 pH level for two days. After that, they`re immersed in a remineralized solution containing 20% or 50% xylitol at 37oC for two weeks. Samples were analyzed using SEM to see the quality difference between the control samples and the other one on the enamel?s surface. SEM analyzing indicated that remineralization happened in enamel?s surfaces. The enamel?s surfaces remineralized with solution containing 50% xylitol had a better change after remineralization than the 20% did. These results mean that xylitol can avoid caries by inducing remineralization and inhibit demineralization."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriafnida
"Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemaparan xylitol pada email yang telah terdemineralisasi terhadap remineralisasi ditinjau dari kekerasan email. Demineralisasi dilakukan dengan larutan asam asetat 0.01 Μ (pH 4.0) pada suhu 50°C selama 2 hari. Untuk remineralisasi, sampel kemudian direndam dalam larutan remineralisasi dengan konsentrasi xylitol 20% atau 50% pada suhu 37°C selama 2 minggu. Kekerasan email dari sampel dengan dan tanpa xylitol diuji menggunakan alat uji kekerasan Vickers. Hasil menunjukkan adanya perbedaan kekerasan email antara kelompok yang diberi aplikasi larutan remineralisasi berxylitol dengan kelompok kontrolnya (p<0.05). Kelompok yang direndam dalam larutan remineralisasi ber-xylitol menunjukkan nilai kekerasan yang lebih besar daripada kelompok kontrolnya. Kekerasan email berkisar antara 423 ± 45 VHN pada kelompok larutan remineralisasi ber-xylitol 20%, sedangkan kelompok kontrolnya menunjukkan nilai 302 ± 60 VHN. Kelompok yang direndam dalam larutan remineralisasi ber-xylitol 50% menunjukkan nilai kekerasan 367 ± 70 VHN, sedangkan kelompok kontrolnya menunjukkan nilai 252 ± 100 VHN. Ini dikarenakan kemampuan xylitol untuk membentuk kompleks dengan ion-ion kalsium, hal ini membantu remineralisasi, sehingga lebih lanjut meningkatkan kekerasan dari email yang terdemineralisasi. Fungsi utama kalsium adalah untuk kekerasan tulang dan gigi.

This study aimed to determine the effects of xylitol exposure of demineralized enamel on remineralization in terms of enamel microhardness. The demineralizing treatment was done with a 0.01 Μ acetate buffer solution (pH 4.0) at 50°C for 2 days. For remineralization, the enamel samples were then immersed in a solution with 20% or 50% xylitol at 37°C for 2 weeks. Hardness of the enamel samples with and without xylitol treatment was measured as Vickers microhardness. Results showed differences of enamel microhardness between the group that is immersed in remineralizing solutions with xylitol and the control group (p < 0.05). Groups that is immersed in remineralizing solutions with xylitol showed higher microhardness values than its control groups. The enamel microhardness ranged between 423 ± 45 VHN on samples that are immersed in remineralizing solution with 20% xylitol, while its control group showed 302 ± 60 VHN in microhardness test. Samples that were immersed in remineralizing solution with 50% xylitol showed 367 ± 70 VHN in microhardness test, while its control group result in 252 ± 100 VHN. This is caused by the xylitol?s capability to form complexes with calcium ions, which helps the remineralization process and further increase the microhardness of the demineralized enamel. The major function of calcium is to provide rigidity and strength to bones and teeth."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Mardlianah
"Latar belakang: Tidak terdapat informasi mengenai konsentrasi ion fluoride yang terkandung dalam pasta gigi anak yang terjual di Indonesia dan tidak terdapat peraturan di Indonesia yang merekomendasikan penggunaan pasta gigi berfluoride dengan konsentrasi yang bergantung pada usia. Tujuan: Menganalisa konsentrasi ion fluoride pada pasta gigi anak yang terjual di Indonesia. Metode: Delapan merek pasta gigi dengan masing-masing tiga sampel dianalisa menggunakan alat Ion Selective Elcetrode untuk menentukan konsentrasi ion fluoride terukur. Hasil: Konsentrasi ion fluoride terukur sesuai dengan konsentrasi tertulis pada label kemasan berjumlah satu produk. Tujuh produk lainnya menunjukkan konsentrasi ion fluoride terukur lebih tinggi dari konsentrasi tertulis pada label kemasan. Pasta gigi yang dipasarkan sebagai pasta gigi rendah fluoride 600 ppm menunjukkan konsentrasi fluoride terukur menjadi lebih tinggi dari 1000 ppm. Kesimpulan: Sebagian besar pasta gigi memiliki konsentrasi ion fluoride terukur yang tidak sesuai dengan konsentrasi ion fluoride yang tertulis pada label kemasan. Terdapat beberapa pasta gigi yang yang melebihi ketentuan Evidence Based Dentistry (EBD) dan BPOM RI.
Background: There is no information about the concentration of fluoride ions contained in childrens toothpaste that is commersialized in Indonesia and there is no regulation in Indonesia that recommends the use of age-dependent fluoride toothpastes. Objective: To analyze the concentration of fluoride ions in children's toothpaste that is commersialized in Indonesia. Methods: Eight brands of toothpaste, three samples each, are analyzed using the Ion Selective Eletrode device to determine the measured fluoride ion concentration. Result: The concentration of fluoride ion is measured matching the written concentration on the packaging label of one product sample only. The rest 7 products sample showed the result of higher measured fluoride ions concentration than the written description on the packaging label. In one of the toothpaste sample which is marketed as a low fluoride toothpaste 600 ppm the result is showing that the concentration of the fluoride is higher than 1000 ppm. Conclusion: Most toothpastes are having the measured fluoride ion concentration that is not matching the fluoride ion concentration written on the packaging label. There are several toothpastes that even exceed the provisions of Evidence Based Dentistry (EBD) and BPOM RI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Chaerunnisa
"Latar Belakang: Prevalensi Early Childhood Caries (ECC) anak usia 3-5 tahun masih tinggi. Lidah merupakan sumber bakteri terbesar pada rongga mulut. Oral Veillonella merupakan bakteri yang berhubungan dengan karies.
Tujuan: Menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah anak usia 3-5 tahun kategori risiko karies rendah dan tinggi.
Metode: Sampel plak lidah diekstraksi DNA dan dikuantifikasi dengan Real-Time PCR.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan kuantitas Oral Veillonella yang signifikan pada plak lidah subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi (p>0,05).
Kesimpulan: Kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah kategori risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kategori risiko karies rendah.

Background: The prevalence of Early Childhood Caries (ECC) among 3-5 years old children is still high. Tongue is the biggest bacterial source in mouth. Oral Veillonella is bacteria that associate with dental caries.
Objectives: Analyze the presence and comparison of Oral Veillonella quantity on the tongue plaque among 3-5 years old children with low and high caries risk category.
Methods: The tongue plaque DNA are extracted and quantified by Real-Time PCR.
Results: There was no significant difference of Oral Veillonella quantity between low and high caries risk category (p>0,05).
Conclusion: Quantity of Oral Veillonella on the tongue plaque‟s with high caries risk is more than low caries risk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurrotu `Aini
"Latar belakang: Penanganan Early Childhood Caries (ECC) di Indonesia belum menunjukkan hasil yang baik. Saliva merupakan salah satu habitat bakteri. Oral Veillonella merupakan bakteri yang berhubungan dengan karies.
Tujuan: Menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella pada saliva anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies tinggi dan rendah.
Metode: Kuantitas Oral Veillonella dari sampel saliva dikuantifikasi menggunakan Real-Time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna (P<0,05) antara kuantitas Oral Veillonella pada saliva anak usia 3-5 tahun yang memiliki kategori risiko karies tinggi dan rendah.
Kesimpulan: Kuantitas Oral Veillonella pada saliva anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan risiko karies rendah.

Background: ECC handling in Indonesia not yet gave the good of the result. Saliva is the one of the place that consist a bacteria. Oral Veillonella is the bacteria that corelate with caries.
Aim: Analyzing the existence and comparison of Oral Veillonella quantity in children’s saliva aged 3-5 with high and low caries risk category.
Method: Oral Veillonella quantity from the saliva sample quantified using Real-Time PCR.
Result: There is a main differences between Oral Veillonella quantity in children’s saliva aged 3-5 whom had a high and low caries risk category.
Conclusion: Quantity of Oral Veillonella in children's saliva aged 3-5 whom had high caries risk is higher than low caries risk category
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvia Arowanasari Fionica
"ABSTRAK
Latar Belakang : Interleukin-6 Receptor (IL-6R) adalah reseptor IL-6 yang mempunyai peranan sangat besar terhadap patogenesis periodontitis. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa polimorfime gen IL-6R A/C akan berakibat pada kerentanan seseorang terhadap periodontitis. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran polimorfisme gen IL-6R A/C pada penderita periodontitis dan melihat perbedaan distribusi antara periodontitis dan orang sehat. Metode : Teknik PCR-RFLP digunakan untuk menganalisis polimorfisme pada 50 sampel periodontitis dan 50 sampel kontrol, menggunakan enzim restriksi Hinf I. Hasil : Frekuensi alel C pada sampel kontrol (81%) lebih banyak dibandingkan dengan sampel periodontitis (64%). Mayoritas pada sampel periodontitis (92%) maupun kontrol (94%) mempunyai genotip polimorfisme. Kesimpulan : Pada penelitian ini ditemukan gambaran polimorfisme gen IL-6R A/C pada penderita periodontitis, namun tidak ada perbedaan bermakna antara distribusi polimorfisme gen IL-6R A/C pada periodontitis dan individu normal (p=1,00).

ABSTRACT
Background: Interleukin 6-Receptor (IL-6R) is a receptor of Interleukin 6 that plays a major role in the pathogenesis of periodontitis. Studies have shown that polymorphisms of IL-6R gene affects host susceptibility to periodontitis. Aim: This study aimed to describe the distribution of IL-6R A/C gene polymorphisms in periodontitis patients and to observe the difference distribution of IL-6R A/C gene polymorphisms in periodontitis patients and control. Methods: PCR-RFLP technique was used to analyze in 50 peridontitis samples and 50 controls, using restriction enzyme Hinf I. Results: C allele frequency in control (81%) was more than in periodontitis samples (64%). Majority of periodontitis samples (92%) and control (94%) have polymorphic genotypes. Conclusion: This study found the distribution of IL-6R A/C gene polymorphisms in control and periodontitis samples, but no significant difference was found in the IL-6R A/C gene polymorphisms between periodontitis patients and healthy individuals (p=1,00).
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Desty Fadhilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek implantasi scaffold Injeksi Hidroksiapatit Kitosan IHAK pada regenerasi defek tulang femur kelinci melalui gambaran histologis. Penelitian ini menggunakan kelinci New Zealand dewasa yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol, kemudian dibuat defek pada area kondil tulang femur. Defek pada kelompok perlakuan menerima implantasi scaffold IHAK dan kelompok kontrol tidak menerima apapun. Kelinci dikorbankan pada minggu ke-4 lalu dilakukan pengamatan histologis menggunakan skoring Salkeld yang telah dimodifikasi. Didapatkan hasil berupa skor histologis kelompok perlakuan adalah 4 yang menandakan tulang sudah termineralisasi dan penyatuan tulang yang sempurna. Sementara itu, skor kelompok kontrol adalah 2 yang menandakan tulang masih berbentuk kalus dengan gambaran sel kondrosit dan fibroblas. Oleh karena itu, Scaffold IHAK efektif dalam mempercepat regenerasi defek tulang femur kelinci.

This study aimed to evaluate the effect of Injectable Hydroxyapatite Chitosan IHAC Scaffold on rabbit femoral defect regeneration by assessing its histological view. In this study, we used two adult New Zealand rabbit that divided into two groups, treated group and control group. Defect was made in femoral bone of each rabbit. The defect of treated rabbit received implantation of IHAC scaffold, while the defect of control group was left empty. Rabbit was sacrificed in the after four weeks and evaluated histologically using Modified Salkeld Histological Scoring. The results showed score for treated group was 4 which indicated mineralization and complete union of bone defect. While score for control group was 2 which indicated bone defect was still in callus stage with presence of chondrocyte and fibroblast. Therefore, Injectable Hydroxyapatite Chitosan IHAC scaffold was effective for regeneration of rabbit femoral bone defect."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tara Aprilia Widianti
"ABSTRAK
Silver Diamine Fluoride memiliki kandungan ion fluor yang dapat menaikkan konsenstrasi ion fluor, meningkatkan potensi remineralisasi lesi enamel dan menghasilkan kenaikan bioavailibitas konsentrasi ion fluor pada saliva. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kandungan ion fluor dalam saliva sebelum dan setelah aplikasi Silver Diamine Flouride. Metode yang dilakukan adalah stimulated saliva dikumpulkan untuk kemudian diukur kandungan ion fluor nya dengan menggunakan alat ion selective electrode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kandungan ion fluor pada saliva yang bermakna p < 0,05 antara kelompok waktu sebelum, sesaat setelah, dan 1 jam setelah aplikasi SDF. Terdapat hubungan antara konsentrasi kelompok waktu sebelum, sesaat setelah, dan 1 jam setelah aplikasi SDF dengan berat badan subjek. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ion fluor saliva mengalami peningkatan sesaat setelah aplikasi SDF, dan kemudian akan turun kembali ke konsentrasi awal 1 jam setelah aplikasi.

ABSTRAK
Silver Diamine Fluoride is consist fluoride that can increase fluoride concetration in saliva, remineralization process, and bioavailability of fluoride in saliva. The purpose of this study was t o analyze the difference of fluoride concentration in saliva between before and after Silver Diamine Fluoride application on enamel. The methods is to collect Stimulated saliva of 4 subjects and then measure the concentration of fluoride using ion selective electrode. The results showed that there were significant differences in the phosphate concentration."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Luciana Sari
"ABSTRAK
Silver Diammine Fluoride SDF memiliki kandungan fluor yang diketahui dapat menghambat proses demineralisasi email gigi dan dapat meningkatkan konsentrasi ion fluor dalam saliva dan urin. Tujuan : Menganalisis konsentrasi ion fluor dalam urin setelah aplikasi SDF pada email gigi. Metode: Urin dari empat subjek penelitian dikumpulkan sesaat sebelum, 30 menit setelah, 2 jam dan 3 jam setelah aplikasi SDF dan dianalisis konsentrasi ion fluornya dengan menggunakan alat Ion Selective Electrode. Hasil: Tidak ada perbedaan yang bermakna antara waktu 1 dan waktu 2, waktu 1 dan waktu 3, waktu 1 dan waktu 4, waktu 2 dan waktu 3 p>0.05 serta terdapat perbedaan yang bermakna antara waktu 2 dan waktu 4 serta waktu 3 dan waktu 4 p

ABSTRAK
Background Silver Diammine Fluoride SDF , which content fluoride is known to inhibit tooth enamel demineralization process and increase fluoride concentration in saliva and urine. Objective Analyzing the fluoride concentration in urine after application of SDF on tooth enamel. Methods Urine from four subjects were collected prior to application, 30 minutes after, 2 hours and 3 hours after application of SDF and use Ion Selective Electrode to measured the fluoride concentration. Result There is no significant difference between time 1 and time 2, time 1 and time 3, time 1 and time 4, time 2 and 3 p 0.05 and there is a significant difference between time 2 and time 4 also time 3 and time 4 p "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>