Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini
Abstrak :
ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan bawang putih rancangan acak lengkap, terhadap 20 ekor tikus putih jantan, galur Wistar. Digunakan bawang merah (Allium ascalonicum) sebagai pembanding. Kelompok kontrol (I). diberi 1 mL aquades/100 g BB/hari selama 31 hari; Kelompok II diberi air dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16 hari. Kelompok II dan IV, masing-masing diberi sari bawang merah dan sari bawang putih, 1 g/100 g BB/hari selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sesudahnya diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16. Kadar ureum dan kreatinin plasma sebagai parameter fungsi ginjal.

Kadar ureun plasma antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sebaliknya, kadar kreatinin plasma keompok II meningkat bermakna (P<0,05), kelompok III dan IV menurun bermakna (p<0,05). Dengan demikian, bawang merah dan bawang putih berpotensi mengurangi nefrotoksisi Pb.

Pada nefrotoksisin Pb, Pb ginjal meningkat dan terjadi stres oksidatif. Bawang putih digunakan secara luas sebagai bahan alam dan berkhasiat obat, sehingga dipelajari potensi dan mekanisme proteksinya terhadap nefrotksisitas Pb. Desain penelitian, jumlah, dan jenis tikus sama.

Kelompok kontrol (I), diberi 0,1 mg CMC/100 g BB/hari, selama 31 hari. Kelompok II, diberi CMC dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB / hari selama 16 hari. kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang putih dalam fraksi semi polar dna polar, 1 g/100 g BB/hari, selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sebelumnya diberi Pb asesat 20 mg/100 g BB/hari selama 16.
Mekanisme proteksi bawang putih diteliti dengan mengukur kandungan Pb, senyawa bergugus SH, MDA dan OH jaringan ginjal.

Pada kelompok II, kandungan Pb meningkat bermakna (p<0,05) mengakibatkan penurunan kadar senyawa bergugus SH bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA meningkat bermakna (p<0,05). Sebaliknya kelompok III dan IV, kadar Pb menurun bermakna (p< 0,05) dan kadar senyawa bergugus SH meningkat bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA menurun bermakna (p<0,05). Pengurangan nefrotoksisitas Pb terlihat dari penurunan bermakna kadar kreatinin plasa (p<0,05). Hasil uji in vitro, daya khelat senyawa bergugus SH sari bawang putih sebanding dengan kadar senyawa bergugus SH.
Dengan demikian, terbukti potensi antioksidan fraksi sei polar dan polar sari bawang putih mengurangi nefrotoksisitas PB.
2006
D639
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Dharmasetiawani
Abstrak :
Bayi kurang bulan masih merupakan masalah karena mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Selain morbiditas yang tinggi, bayi kurang bulan juga sering mengalami pertumbuhan yang kurang baik jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Gangguan yang berhubungan dengan saluran cerna ialah gagal tumbuh dan malnutrisi. Penyebab gagal tumbuh terbanyak pada bayi ialah masalah pada saluran cerna, terutama maldigesti, malabsorpsi, dan diare kronik. Bayi kurang bulan dengan imaturitas saluran cerna mempunyai aktivitas enzim yang rendah, yang akan menyebabkan digesti dan absorpsi nutrien yang rendah dan pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya. Beberapa enzim pencernaan, yaitu laktase dan elastase 1 pankreas, akan diteliti. Laktase adalah enzim pencernaan yang terdapat di usus halus dan bekerja menghidrolisis laktosa yang merupakan karbohidrat utama pada susu. Elastase 1 pankreas dihasilkan oleh pankreas dan merupakan enzim pemecah protein. Apakah aktivitas enzim bayi kurang bulan yang rendah pada saat lahir akan dapat mencapai perkembangan aktivitas enzim bayi cukup bulan? Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Metodologi Dilakukan studi prospektif observasional analitik pada 25 bayi kurang bulan dan 22 bayi cukup bulan di RSB Budi Kemuliaan Jakarta, dalam periode Agustus 2003 sampai dengan Juli 2004. Aktivitas laktase dilakukan pada bayi umur 1, 14, dan 28 hari, serta pemeriksaan kadar elastase 1 pankreas dilakukan pada umur 1, 7, dan 10 hari. Aktivitas laktase dinyatakan dalam rasio ekskresi laktulosa dan laktosa. Pemeriksaan aktivitas laktase dilakukan dengan cara memberi minum bayi dengan larutan laktulosa dan laktosa (1:1) setelah puasa 2 jam, kemudian urinenya ditampung. Penetapan kadar laktulosa dan laktosa dalam urine dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi. Kadar elastase 1 pankreas dalam tinja diukur dengan cara Elisa. Hasil Penelitian Rerata aktivitas laktase bayi kurang bulan secara bermakna lebih rendah jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan pada saat lahir. Pada umur 14 dan 28 hari, aktivitas laktase bayi kurang bulan sudah tidak berbeda bermakna dengan perkembangan aktivitas laktase bayi cukup bulan pada umur yang sama. Rerata kadar elastase 1 pankreas bayi kurang bulan secara bermakna lebih rendah jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan pada saat lahir. Pada umur 7 dan 10 hari, kadar elastase 1 pankreas bayi kurang bulan sudah tidak berbeda bermakna dengan perkembangan kadar elastase 1 pankreas bayi cukup bulan. Simpulan Penelitian ini membuktikan bahwa aktivitas laktase bayi kurang bulan yang relatif rendah pada saat lahir sudah mencapai perkembangan aktivitas laktase bayi cukup bulan pada umur 14 hari. Kadar elastase 1 pankreas bayi kurang bulan yang relatif rendah pada saat lahir sudah mencapai perkembangan kadar elastase l pankreas bayi cukup bulan pada umur 7 hari.
Premature infants are problematic. As they have a high morbidity and mortality rate. In addition, the growth and development of premature infants is often also not as good as that of full term infants. Problems related to digestion can cause failure to thrive and malnutrition. The most common cause of failure to thrive are problems in the digestive system particularly maldigestion, malabsorption and chronic diarrhea. Premature infants with immature digestive systems have low enzyme activity which can cause low digestion and absorption of nutrients which will eventually inhibit their growth. Several digestive enzymes i.e. lactase and pancreatic elastase I will be studied. Lactase is a digestive enzyme that is found in the intestinal viii and it hydrolyzes lactose which is the main carbohydrate in milk. Pancreatic elastase 1 is produced by the pancreas and is the enzyme that breaks down protein. Will the low enzyme activity of premature infants at birth be able to reach the level of activity of full term infants? This research tries to answer that question. Methodology A prospective observational analytical study was carried out on 25 premature infants and 22 full term infants in Budi Kemuliaan Maternity Hospital over the period August 2003 to July 2004. Lactase activity was examined at age 1, 14 and 28 days. An examination of the concentration of pancreatic elastase I was done at age 1, 7, and 10 days, Lactase activity is expressed in a ratio of excretion of lactulosa and lactose. The study of lactase activity was done by feeding the infants a solution of lactulose and lactose (1:1) after a 2-hour fasting period. Urine samples were then taken. The determination of the concentration of lactulose and lactose in the urine was carried out using high performance liquid chromatography. The concentration of pancreatic elastase 1 in the stool was measured using the Elisa method. Results The average lactase activity in premature infants is significantly lower compared to that of full-term infants at the time of birth. At age 14 and 28 days, the lactase activity of premature infants is not significantly different from that of full-term infants of the same age. The average concentration of pancreatic elastase 1 of premature infants is significantly lower than that of full-term infants at birth. However, at age 7 and 10 days, the difference in concentration of pancreatic elastase 1 in premature infants and that of full term infants is not significant any more. Conclusion This study shows that the activity of lactase in premature infants which is relatively low at birth, will reach the development of lactase activity of full term infants of the same age at age 14 days. Whereas, the concentration of pancreatic Elastase 1 of premature infants, which is relatively low at birth, will reach the development of pancreatic elastase I concentration of full term infants of the same age at age 7 days.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D763
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
Abstrak :
ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
2006
D771
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library