Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gerie Amarendra
Abstrak :
Latar Belakang : Pankreatitis pasca ERCP adalah komplikasi tersering dan menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Hidrasi agresif sebagai terapi pencegahan pankreatitis belum diteliti lebih lanjut. Tujuan : Mengetahui perbandingan efektivitas pencegahan pankreatitis pasca ERCP antara hidrasi agresif dengan hidrasi standar. Metode : Uji Klinis Acak tersamar ganda, satu sentral penelitian di Pusat Endoskopi Saluran Cerna (PESC) RS Cipto Mangunkusumo pada pasien usia antara 18-60 tahun yang menjalani tindakan ERCP periode Agustus-Oktober 2018. Randomisasi manual, Teknik sampling konsekutif dilakukan untuk mengalokasikan kelompok hidrasi agresif dan hidrasi standar. Pankreatitis ditegakkan dengan kriteria Atlanta. Hasil :  Didapatkan 92 pasien yang dirandomisasi kedalam dua kelompok. Didapatkan nilai Control Event Rate (CER) sebesar 15,2%, Experiment Event Rate (EER) sebesar 4,3% Absolute Risk Reduction (ARR) 10,9% Relative Risk (RR) 0,28 Relative Risk Reduction (RRR) 71,7% Number Needed to Treat (NNT) 9.  Tidak didapatkan efek samping pada kedua kelompok. Hidrasi agresif lebih efektif dalam mencegah pankreatitis pasca ERCP walaupun secara statistik tidak bermakna.   ......Pancreatitis post ERCP is a common complication and increased morbidity and mortality. Aggressive hydration as prevention of post ERCP pancreatitis has not been fully research. Aims : To compare effectivity between aggressive hydration and standard hydration in preventing pancreatitis post ERCP. Design and Methods : A double blind randomized clinical trial in one center at gastrointestinal endoscopy center RSCM was conducted on patients aged between 18-60 years old that had endoscopic retrograde cholangiopancreatography in the period from August to October 2018. Consecutive manual randomization was performed to allocate aggressive hydration and standard hydration. Pancreatitis diagnosed using Atlanta criteria. Results : Two groups with total 92 subject was randomized equally. Analyzed resulted  Control Event Rate (CER) 15,2%, Experiment Event Rate (EER) 4,3%, Absolute Risk Reduction (ARR) 10,9%, Relative Risk (RR) 0,28, Relative Risk Reduction (RRR) 71,7%, Number Needed to Treat (NNT) 9.  No side effect reported in this trial. Aggressive hydration more effective in perventing post ERCP pancreatitis although statistically not significant.  
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Faisal
Abstrak :
Latar Belakang: Kehilangan massa tulang pada artritis reumatoid (AR) terjadi akibat ketidakseimbangan proses resorpsi dan formasi tulang. Tumor necrosis factor-α (TNF-a) adalah salah satu sitokin proinflamasi utama yang secara langsung dapat menyebabkan peningkatan resorpsi tulang, namun peranannya pada proses formasi tulang belum secara jelas diketahui. Aktivitas formasi tulang dapat dihambat oleh Dickkopf-1 (DKK-1) yang meningkat pada pasien AR. Penilaian turnover tulang dapat dilakukan dengan mengukur kadar C-terminal telopeptide (CTX) dan N-terminal propeptide (PINP) yang saat ini menjadi standar untuk penanda turnover tulang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran aktivitas turnover tulang pada pasien AR dengan melihat korelasi antara TNF-α dengan DKK-1 dan CTX untuk penilaian resorpsi tulang, dan korelasi antaran TNF-α dengan DKK-1 dan P1NP untuk penilaian formasi tulang. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan 38 subjek artritis reumatoid perempuan premenopause. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif di poliklinik reumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan TNF-α, DKK-1, CTX, dan P1NP dilakukan dengan metode ELISA. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan median durasi menderita penyakit adalah 5 tahun. 60,5% pasien berada dalam kondisi remisi atau aktivitas penyakit rendah, 36,8% dalam kondisi aktivitas penyakit sedang, dan 2,6% pasien dalam kondisi aktivitas penyakit tinggi. Didapatkan median kadar TNF-a adalah 10.6 pg/mL, rerata kadar DKK-1 adalah 4027 pg/mL, rerata kadar CTX adalah 2,74 ng/mL, serta median nilai P1NP adalah 34 pg/mL. Kadar DKK-1 dan CTX dijumpai lebih tinggi sedangkan kadar P1NP lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar pasien AR pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini menemukan korelasi positif lemah antara TNF-α dengan P1NP, sedangkan variabel lain tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Simpulan: Pada penelitian ini ditemukan korelasi positif lemah antara TNF-α dengan P1NP. Dijumpai kadar TNF-a yang rendah, DKK-1 yang tinggi, dan CTX yang tinggi dengan kadar P1NP yang rendah yang menunjukkan respon perbaikan tulang pada pasien AR tidak dapat mengimbangi tingginya aktivitas resorpsi tulang.
Background: Bone mass loss in rheumatoid arthritis (RA) is due to the imbalance of bone resorption and formation process.Tumor necrosis factor-α (TNF-a) is one of the main proinflammatory cytokines that can directly increase bone resorption, but its effect on bone formation is still uncertain. Bone formation could be inhibited by Dickkopf-1 (DKK-1) that is increased in RA patients. Bone turnover could be determined by assessing the level of C-terminal telopeptide (CTX) and N-terminal propeptide (PINP), both are standard measurement for bone turnover markers. Objective: This study aims to examine bone turnover in RA patients by analysing correlation between TNF-α with DKK-1 and CTX for assesment of bone resorption, and correlation between TNF-α with DKK-1 and P1NP for assesment of bone formation. Methods: This is a cross-sectional study with 38 subjects of RA premenopausal women. The subjects were collected with consecutive sampling technique in rheumatology outpatient clinic in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Measurement of serum TNF-α, DKK-1, CTX, and P1NP levels were done using ELISA technique. Results: The median duration of RA in this study is 5 years. 60,5% of the patients were in remission or low activity disease, 36,8% were in moderate activity disease, and 2,6% were in high activity disease. The median value of TNF-a was 10.6 pg/mL, mean value of DKK-1 was 4027 pg/mL, mean value of CTX was 2,74 ng/mL, and mean value of P1NP was 34 pg/mL. DKK-1 and CTX levels were increased while P1NP level was lower compared to the RA patients in previous studies. This study found weak positive correlation between TNF-α and P1NP, while the other variables showed no significant correlation. Conclusions: This study demonstrated weak positive correlation between TNF-α and P1NP. We found low level of TNF-α, high level of DKK-1, and high level of CTX with low level of P1NP that indicate that the bone repair response could not keep up to the high bone resorption activity in RA patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library