Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Drajat Mulya Hamid Firdausy
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang perencanaan strategis pengembangan Departemen Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto tahun 2002- 2004. Ruang lingkup penelitian meliputi analisa lingkungan eksternal, analisa lingkungan internal, membuat alternatif strategi, dan penetapan strategi, yang sejalan dengan Visi dan Misi RSPAD Gatot Soebroto. Untuk dapat menyusun perencanaan strategis pengembangan dari Departemen Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto, dilakukan penelitian operasional dengan analisis kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan Time Series Forecasting dari program QSB+. Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan sebagai herikut :
1. Tahap I (Input stage) meiiputi analisa iingkungan eksternal dan internal Departemen Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto, melalui metode Delphi?(abstrak tidak lengkap ter-scan)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Dewanto Tjatur Rahardjo
Abstrak :
Perubahan lingkungan suatu organisasi, baik lingkungan ekstemal maupun internal akan memberikan pengaruh pada kinerja organisasi itu sendixi. Demikian pula halnya dengan RS. Mata AINI yang telah berdiri sejak awal 1ahun 1980, juga tidak lepas dari pengaruh pcrubahan lingkungan yang tezjadi. Dimana pada awalnya RS. Mata AINI dikenal sebagai salah satu tujuan utama para pasien yang menderita pcnyakil mata di wilayah DKI Jakarta dan sekitamya, maka saat ini dengan semakin banyaknya pilihan penyedia jasa pelayanan kesehatan mam yang memiliki fasllitas pengobatan mata yang modem dan canggih, RS. Mata AINI tidak lagi meljadi tujuan utama para pasien mata yang tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Tujuan penelitian untuk menyusun sebuah perencanaan bisnis bagi scbuah produk unggulan yang belum dimiliki oleh RS. Mata AINI, yang didasari oleh sebuah analisa siluasi yang menghasilkan posisi siratejik RS. Mata AINI untuk menghadapi kondisi persaingan yang ada melalui penggunaan matrik TOWS dan matriks IE. Dari matching dua mauik ini dihasilkan sebuah strategi Pengembangan Produk yang kemudian dilakukan penentuan kelayakan bagi produk yang telah ada dengan menggunakan matrik BCG sebagai dasar penentuan produk unggulan terpilih. Setelah dapat menentukan produk unggulan yang layak melalui anaiisa pangsa pasar tertinggi yang berbanding dengan pertumbuhan pendapatan kotor yang tertinggi pula (kuadran bintang matrik BCG), maka tindakan operasi Katarak terpilih sebagai dasar pengembangan sehuah produk unggulan yang dikombinasikan dengan Glaukoma sebagai produk pendampingnya. Yang kesemuanya itu akan dikemas dalam sebuah perencanaan bisnis produk unggulan yang berupa sebuah layanan terpadu yang diberi nama “Pusat Emas Katnrak dan Glaukoma RS. Mata AINI. Perencanaan bisnis produk unggulan ini, akan memaparkan empat elemen yaitu Rencana Organisasi dan Sumber Daya, Rencana Pemasamn, Rencana Keuangan dan Sistem Inforrnasi. Dimana Rencana Organisasi dan Sumber Daya menentukan posisi tim khusus pmduk lmggulan dalam stmktur organisasi RS. beserta alokasi sumber daya, khususnya SDM dengan kompetensi tertentu bagi pelayanan produk unggulan ini sepeni: dokter spesialis mata, medical account executive dan customer assist. Sedangkan Rencana Pemasaran lebih kearah menentukan target pasar yang dituju, beserta samna dan strategi pemasaran yang akan digunakan. Pada tahap Rencana Keuangan, ditentnkan langkah-langkah penentuan surnber dana dan investasi, proyeksi penerimaan dan biaya, dan aliran dana tunai yang akan menggambarkan tingkat keuntungan atau kerugian beserta tingkat pengembalian investasi. Sedangkan tahap Sistem Informasi akan menggambarkan Iangkah-langkah yang diperlukan bagi pengembangan sistem informasi yang terintegrasi beserta sumber daya yang diperiukan. Penelitian ini menyarankan manzqemen RS. Mata AINI untuk dapat mengaplikasikan perencanaan bisnis produk unggulan pelayanan tcrpadu Katarak dan Glaukcma ini karena paling sesw kondisi ekstemal dan intemai ofganisasi. Terutama karena tidak memerlukan biaya yang terlalu besar dan hanya memerlukan komiunen yang tinggi dad segenap jaiaran tenaga medis, non-medis dan manajemen RS. Mata AINI.
Organization environment change, whether for extemal or internal will atfect the organizatiorfs performance. Similiary with AINI Eye Hospital who has been established since 1980, also aH`ectedly by ever changing business competitive condition. In the old days, AINI Eye Hospital was consider as one of main destination for Eyc's Health Service patient in DKI Jakarta area. Consequently with rapid growth of a new and modern private Eye Clinic in DKI Jakarta area, made AIN I Eye Hospital no longer the main destination holder. The goal of this study is to compose a business plan for the eminent product which AINI Eye Hospital did not have one, that based on ctureni hospital strategic positioned by analyzing the situational condition using TOWS matrix and IE matrix. From matching these two matrixes will lead to Product Development strategy, that followed by determine the current product feasibility for getting eminent product criteria using BCG matrix. After getting the BCG matrix result which described the highest market share and the highest gross revenue growth, the Cataract operation procedure was determine as a Product Development fotmdation and will combined with Glaukoma as a supporting product. And every aspect will wrap in one eminent product called "Cataract and Glaucoma Gold Center" AINI Eye Hospital. The business plan of this eminent product will consist several elements such as: Organizational and Resource Plan, Marketing Plan, Financial Plan and System Information. Organizational and Resource Plan will describe the special team which consist with several member who will have direct responsible to AIN! Eye Hospital President Director. Also allocating the supporting resources, especially high and certain competency based Human Resources such as: Eye Specialist Doctors, Medical Account Executives and Customer Assists. While Marketing Plan will describe certain steps such as: determine the target market, the marketing tools and facilities, and market strategy that will be use. In Financial Plan, will be determine the investment resource, cost and revenue projection, and cash flow which will describe profit or loss level and as well as return on investment rate. While ini System Information will describe the steps that need to bc taken for developing the integrated informational system, along with the resources which needed. This study gives recommendation to AIN! Eye Hospital management, to implement the Business Plan of "Cataract and Glaucoma Gold Center", as this eminent product is considered as the most compatible with external and intemal organization condition. Primarily because this product will not have to draw huge invest:-nent and just only need the upmost commitment from the management and all AINI Eye Hospita1's medical and non medical staff.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34428
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
A.H. Alfikri
Abstrak :
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang telah berkarya melayani masyarakat sejak 30 tahun yang lalu. Secara umum ada dua macam pelayanan perawatan yang diberikan rumah sakit yaitu rawat jalan (out patient) dan rawat inap (in patient). Dalam memberikan pelayanannya rumah sakit berusaha untuk mengacu kepada standar mutu pelayanan yang telah ditetapkan oleh Depkes, sehingga diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Salah satu indikator yang dapat dilihat untuk melihat kepuasan pasien di rumah sakit adalah jumlah kunjungan pasien secara umum ke rumah sakit. Berdasarkan data tiga tahun terakhir (1998-2000), diketahui terjadi kecenderungan adanya penurunan pertumbuhan rata-rata jumlah kunjungan rawat jalan secara keseluruhan. Penurunan yang mencolok terjadi di poll mats yang mencapai pertumbuhan sebesar -53%, diikuti jumlah kunjungan di poli umum yaitu sebesar -13%. Apabila data jumlah kunjungan dibandingkan satu tahun sebelumnya, maka proporsi terbesar penurunan terjadi pada poli umum yaitu mencapai 46%. Unit rawat jalan dari rumah sakit merupakan bagian terpenting dari rumah sakit, jadi (1998). Karena unit rawat jalan berfungsi sebgai profit center dan pintu gerbang masuk pasien, maka secara tidak langsung unit rawat jalan akan menampakkan citra dari rumah sakit tersebut. Mengingat pentingnya peran unit rawat jalan, mengharuskan pengelolaannya dilakukan secara serius. Adanya penurunan jumlah kunjungan di unit rawat jalan khususynya poli umum di RSI Ibnu Sina, mengindikasikan adanya permasalahan dalam pengelolaan pelayanan di bagian tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji faktor-faktor yang kemungkinan terkait dengan terjadinya penurunan jumlah kunjungan pasien di poli umum unit rawat jalan RSI Ibnu Sina. Sebagai variabel penelitian diambil tiga aspek yaitu : Sumber Daya Manusia, Standar Operating Procedure (SOP) dan pendapatan karyawan. Penelitian ini bersifat eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Informan pada penelitian adalah petugas yang bekerja di bagian poli umum terdiri dari dokter (3 orang), perawat (1 orang), dan pembantu perawat sebanyak 4 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi jumlah ternyata Sumber Daya Manusia sudah cukup memadai, namun tidak terlatih dan kurang mempunyai motivasi yang cukup dalam bekerja. SOP dan Protap rawat jalan pada RSI Ibnu Sina Padang tidak ada sehingga menimbulkan kesulitan bagi informan untuk menerjemahkan perintah pimpinan. Jumlah pendapatan yang diterima informan dirasakan relatif tidak mencukupi bahkan kurang sesuai dengan beban kerja tambahan. Untuk peningkatan kinerja dimasa yang akan datang, penulis menyarankan hendaknya SDM yang ada perlu diberikan pelatihan-pelatihan teknis guna peningkatan pengetahuan dan kemampuan karyawan. Dalam melaksanakan pekerjaan perlu tersedia SOP dan Protap yang jelas sehingga target dan aktivitas yang dilakukan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Pihak Yayasan atau rumah sakit perlu melakukan peninjauan atas sistem pendapatan/penggajian karyawan, serta perlu menyediakan imbalan terhadap prestasi untuk meningkatkan motivasi karyawan. Daftar bacaan : 21 (1984 -- 2000)
Analysis Internal Factors of Decreasing Ambulatory Care Performance in Ibnu Sina Islamic Hospital Padang in 2000.Ibnu Sina Islamic Hospital Padang had operated for 30 years. 2000's data described a decline in ambulatory care patient till 46%. This is not a good performance for the hospital. Variables seek from three aspects: Human Resources, Standard Operating Procedure and staff's income. This study is an exploratory study with qualitative approach. Informant consist of three physicians, two nurses and four nurse's assistants. Results of this study shows that the staffs are not enough, not trained well, and have no motivation. There is no SOP that makes difficulty to translate the manager's order. Income is not compatible with duty. For better future need intensive courses and technical trainings to increased staff's skill. They should provide with SOP (Operational Standard Procedure) or protap to do better service for peoples. And the foundation should have much attention about their staff's income (take home pay). Bibliography: 21 (19842000).
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnawilis
Abstrak :
Biaya belanja obat pada tahun 2000 di Rumah Sakit "IBNU S1NA" Pekanbaru sebesar Rp 2.784.442.315,00 atau 31,29% dari seluruh biaya operasional rumah sakit (Rp 8.894.418.879,00). Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk pembelanjaan obat tersebut sudah cukup besar tetapi masih ditemukan masalah berupa belanja obat ke apotek luar sebesar Rp 325.687.400,00 atau 11,69%, dari biaya belanja obat. .Obat yang dibeli secara kontrak menumpuk sebesar Rp 249.059.000,00 atau 49,18% dari nilai obat yang dibeli secara kontrak yaitu sebesar Rp 600.000.000,00. Sejumlah obat deadstock sebesar Rp. 22.603.827,00 atau 0,8% dari biaya belanja obat. Penulis berasumsi masalah tersebut terjadi karena belum memadainya perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU S1NA" Pekanbaru. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mendapatkan gambaran perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU SINA" Pekanbaru pada Januari 2000 sampai dengan Desember 2000. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam yang mencakup informasi dari informan yang terkait, observasi dengan menelusuri data yang terdokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dari awal Mei sampai akhir Juni 2001. Hasil wawancara mendalam dari observasi yang dilakukan terhadap variabel-variabel terkait dengan perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU SINA" Pekanbaru tahun 2000, didapatkan hal-hal yang sudah dipertimbangkan, yaitu pemakaian obat periode sebelumnya, stok akhir, masa tenggang (lead time), kapasitas gudang, stok pengaman, usulan dokter, usulan kepala kamar operasi, dan anggaran. Dengan catatan belum adanya data yang mendukung perhitungan terhadap hal-hal yang dipertimbangkan tersebut. Didapatkan juga hal-hal yang seharusnya sudah dipertimbangkan, tetapi pada kenyataannya belum dipertimbangkan, yaitu usulan komite medik, usulan panitia farmasi dan terapi, usulan kepala IGD, usulan kepala ruangan perhitungan analisis ABC pemakaian, perhitungan analisis ABC investasi, perhitungan indeks kritis ABC, perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), pertimbangan Length of Slay, pola penyakit, formularium, dan standar terapi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa perencanaan obat di Rumah Sakit "IBNU SINA" Pekanbaru tahun 2000 belum efektif, mengingat hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan obat belum sepenuhnya dipertimbangkan, dan pihak-pihak yang seharusnya terlibat belum dilibatkan. Agar perencanaan obat lebih efektif dan efisien, maka penulis menyarankan kepada pihak manajemen dalam membuat perencanaan kebutuhan obat sebaiknya mempertimbangkan hal-hal yang semestinya dipertimbangkan dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Selain itu, perlu dibuat prosedur tetap dan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan obat.
The Process of Planning for Medical Supplies at IBNU SINA Moslem Hospital, Yarsi Riau - Pekanbaru, 2000.The medicine expenditure in the year 2000 at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru was Rp 2,784,442,315.00 or 31.29% from the whole operational costs (Rp 8,894,418,879.00). Although the medicine expenditure is quite large, there still are prescriptions filled to other pharmacies amounting to Rp 325,687,4000.00 or 11.69% from the total medicine expenditure. Unused medication bought through contracts reached Rp 249,059,000.00 or 49.18% from the Rp 600,000,000.00 spent on medicine. The amount of dead stock medicine was Rp 22,603,827.00 or 0.8% from the total medicine expenditure. The author assumes that inadequate medical planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru, caused it. Based on those facts, the author aims to achieve an illustration of the medical planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru in January 2000 to December 2000. This study was a case study that applies a qualitative approach. The data obtained through in-depth interviews that comprised of the information from related informants, observation by tracing documenting data, and Discussion Group Focus (FGD). This study began in early May to the end of June 2001. The in-depth interviews, Discussion Group Focus, and observations on related variables against medical planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru, in the year 2000, these aspects were already being considered: the use of medical supplies during the previous period, final stocks, lead time, warehouse capacity, safety stock, doctor recommendations, recommendations from the head of the surgery room, and budget. However, there is no data that supports the calculations on the aspects above. There were also several items that should be considered, but were not, such as the recommendations from the medical committee, pharmacy and therapy committee, the head of the IGD, the head of the room, calculations analysis of the ABC use, calculations analysis of the ABC investing, calculations on the ABC critical index, the Economic Order Quantity (ECQ), the Length of stay, disease pattern, Hospital drug standard, and therapy standard. The study indicated that the medical supplies planning at IBNU SINA Hospital, Pekanbaru, in the year 2000, was ineffective, since the aspects that should be considered had not been considered, and the parties that should be involved were not involved. To make the planning more effective and efficient, the author suggests the management to take into consideration the aspects above and involve the related parties. In addition to that, create a standard procedure and policies that is related to the planning.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman SY
Abstrak :
Stroke merupakan salah satu penyakit saraf gawat darurat yang harus segera ditolong dan ditanggulangi. Jika diketahui dengan cepat dan diberikan terapi dengan tepat, maka hasil pengobatan akan sangat memuaskan. Namun pada kenyataannya sampai saat ini angka kematian karena stroke masih tetap tinggi. Di negara maju, USA, stroke merupakan penyebab kematian urutan ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Sedangkan di Indonesia sampai tahun 1990 stroke masih menduduki peringkat kematian ke 3 sesudah penyakit infeksi saluran nafas bawah dan penyakit jantung. Akan tetapi sejak tahun 1991 sampai 1995 stroke telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit (merupakan 11,7% dari seluruh kematian di Rumah Sakit). Di RSPAD Gatot Soebroto kematian stroke di tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 adalah berkisar 30 sampai dengan 43,37 %. Angka kematian ini cukup tinggi dibanding dengan angka kematian di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, apalagi bila dibandingkan dengan luar negeri. Dengan meningkatnya insiden karena bertambahnya usia harapan hidup, haruslah dibuat rancangan penanganan stroke yang lebih terpadu, agar angka kematian stroke dapat dikurangi. Dalam membuat rancangan penanganan stroke akut/unit stroke dalam upaya menurunkan angka kematian penderita stroke di RSPAD Gatot Soebroto, dilakukan observasi prosedur pelayanan penderita stroke akut di RSPAD Gatot Soebroto selama ini, observasi pengelolaan Unit Stroke di RSCM, studi kepustakaan tentang pengelolaan stroke akut di luar negeri dan tentang pengelolaan stroke yang ideal. Faktor-faktor yang diteliti disini terutama tentang organisasi unit stroke, fasilitas, SDM, pendanaan dan prosedur pelayanan. Sebagai hasilnya organisasi unit stroke di RSPAD Gatot Soebroto perlu ditempatkan dibawah Departemen Saraf dan diketuai oleh Dokter Ahli Penyakit Saraf. Kemudian dalam menangani penderita stroke akut perlu dibentuk satu tim terpadu yang terdiri dari Dokter Ahli Penyakit Saraf sebagai Ketua Tim, Dokter Ahli yang terkait, misalnya ; Jantung, Paru, Penyakit Dalam, Gizi, Ahli Rehabilitasi Medis, Perawat yang telah terlatih khusus merawat penderita stroke akut. Perawat perlu terlibat secara aktif dalam prosedur mobilisasi dan rehabilisasi, dan keluarga penderita perlu dilibatkan sedini mungkin dalam merawat penderita stroke melalui Program Edukasi Keluarga (PEK). Stroke Pathway diberlakukan sejak pasien masuk melalui bagian gawat darurat. Penderita dipulangkan atau pindah ke ruangan lain diluar unit stroke setelah melalui Ease akut dan minimal dapat duduk. Disarankan agar kemandirian pasca stroke penderita di follow up setelah 3 bulan pasca stroke dengan Indeks Barthel. ...... Stroke Unit Plan For Lowering Patient Death Rate In Gatot Soebroto Central Army HospitalStroke is one of emergency nerve diseases which must be helped and managed as soon as possible. A fast and right therapy will give a good result. At present however its death rate still remain high. In developed country such as USA, stroke is the third cause of the death after heart disease and cancer. In Indonesia until 1990 stroke was in the third cause of death after low respiratory tract infection and heart disease. But from 1991 until 1995 stroke had become the first cause of death in hospital and accounted for 11,7% of the entire death in hospital. In The Gatot Soebroto Central Army Hospital care fatality of stroke from 1994 to 1996 ranged from 30 to 43,37 %. This rate was higher than the rate in educated hospitals in Indonesia and far higher if it was compared with other countries. As the incidence was increasing caused by higher expectancy of life, it was necessary to make a stroke integrative management plan in order to reduce the stroke death rate. To plan the stroke unit, a study was conducted to observe the existing services, in this hospital and the management of stroke unit in RSCM. Existing literatures on the management of acute stroke in abroad and about the ideal management of stroke were studied. The observations were focused on organization, facilities, human resources, fund and service procedures. Based on this study, the stroke unit in Gatot Soebroto Central Army Hospital should be placed under the Department of Neurology and chaired by a Neurologist. An integrative team should be built to manage the unit, which consist of a neurologist as the Chief, other related specialists such as a cardiologist, a pulmonologist, an internist, a nutrician, a rehabilitative expert and nurses well trained for acute stroke management. The nurse should involve actively in mobilization and rehabilitation procedure. An early family involvement to care stroke patient through family educated program should be encouraged. The stroke pathway began as patients admitted in the emergency unit. Patient should be discharged or moved to other room out of stroke unit after passed from a critical phase and at least after able to sit. Three months after stroke, a follow up evaluation should be conducted to measure the patient independency using the Barthel Index.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Karim
Abstrak :
ABSTRAK
Makanan merupakan satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Makanan yang beredar harus aman dan bermutu sehingga tidak menyebabkan gangguan pada kesehatan dan bermanfaat bagi masyakarat konsumen yang memakannya. Salah satu faktor untuk mendapatkan makanan yang aman dan bermutu adalah Cara produksi Makanan yang Baik harus dilaksanakan oleh para produsen makanan.

Lebih kurang 75 % dari Industri Kecil Makanan yang telah memiliki Sertifikat Penyuluhan (SP) di Sumatera Barat belum patuh menerapkan CPMB. Maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik industri kecil makanan untuk menerapkan CPMB. Faktor-faktor yang dilihat hubungannya adalah faktor pendidikan, pengetahuan, sikap pemilik, sarana dan prasarana, bahan tambahan yang dilarang untuk makanan, penerapan sanksi, bimtek / supervisi dan persepsi pemilik. Penelitian dilakukan pada Industri Kecil Makanan (IRT) yang memproduksi kerupuk; roti dan limun dengan desain penelitian cross sectional.

Dari hasil analisis bivariat didapat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan adalah pendidikan, pengetahuan, sikap dan persepsi pemilik ( p < 0,05 ). Hasil analisis multivariat didapat bahwa hubungan paling bermakna dengan kepatuhan adalah pengetahuan.

Dengan hasil peneIitian ini diharapkan Ditjen POM (Badan POM) dan Deperindag dapat menyusun bersama pola pelatihan dan penyuluhan tentang CPMB yang mudah diserap supaya pengetahuan industri kecli makanan meningkat. Untuk Balai POM Padang supaya meningkatkan kualitas pembinaan dan pengawasan pada waktu di lapangan supaya pengetahuan, sikap dan persepsi pemilik meningkat sehingga kepatuhannya meningkat pula.
ABSTRACT
Food is one of major material for growth and livelihood of a nation and has important one in the national development. The food supply must be safe and quality that it does not cause health disorder and beneficial for the consumers that consume it. One of the factor to obtain safety and high quality is Good Manufacturing Practice (GMP) that must be implemented by Food Producers.

About 75% of Food Small Scale Industry that has Extended Certilicate (EC) in West Sumatra has not complied with GMP. A research is needed to identify what factors related with compliance of small food industry to not the requirement of GMP. The factors that needs to be identified are education, knowledge, attitude of owner, facilities and infrastructure, additives forbidden for food, sanction, technical guidance/supervision and perception of are owners. The research is done on Food Small Scale Industry (FSSI) that produce crisp, bread, and soda by using cross-sectional design.

It is obtained from bitvariate analysis the variables that have significant relationship with the compliances such as education, knowledge, attitude and perception of the owner (p < 0.05). It is obtain from the result of multivariate analycis that the most ?gnificant relationship with the compliance is knowledge.

With this result it is expected that the Directorate General of Drugs and Food Control and Ministry of Industry and Trade will be able to arrange collectively training and guidance method regarding GMP that can easily understood in order that knowledge of small industry will increase. It is expected that the Office for Drugs and Food Supervision (ODFS), Padang will increase its quality of supervision and controlling during their visit to the field. Therefore, knowledge, attitude and perception of owners will increase and their compliance will also increase.
2001
T3776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyani Wasetya
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu metode untuk meningkatkan produktivitas rumah sakit di Amerika dan Australia dengan menggunakan lean hospital di unit rawat jalan. Penelitian ini menganalisis lean hospital sebagai usulan ide perbaikan di Rumah Sakit TNI AL Marinir Cilandak yangmerupakan rumah sakit militer dengan keunikannya dimana jabatan personel dipengaruhi oleh kepangkatan dan kompetensi profesi bisa diadaptasi. Dengan menggunakan metodelogi penelitian kualitatif, observatif dan wawancara mendalam memperlihatkan adanya non value added sebesar 76,57 % dan value added sebesar 23,43 % . hal ini mengindikasikan terjadinya pemborosan dan dari analisa tulang ikan memperlihatkan sepuluh akar masalah. Usulan perbaikan dibagi tiga tahap, jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang, mengurangi pemborosan dan membuat aliran menjadi lebih efisien yang diharapkan dapat meningkatkan produktifitas dan kepuasan pasien.
ABSTRACT
A researct that have been done on the Departement of Outpatient Service in Marien Hospital Cilandak which applied qualitative methode, observations and currnt Process charting, showed both of non value added and value added for about 76,57 % compared to 23,43 %. These value were indicating main faktor of waste occured. Through the fishbone analysis that adopted from Lean consept for medical care on outpatients servise, accordingly about 10 (ten) significant problems were founded linked to the waste that affected the quality and process of service. 3 (three)steps of improvement in short, medium and long term regarding refinm=emen of works efficiencies would be required to resolve it prior to increase customers/patients satisfaction.
2012
T31065
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Sri Yanti
Abstrak :
Rumah sakit merupakan organisasi kesehatan yang menyajikan jasa sebagai produk pelayanannya. Tenaga perawat sebagai tenaga yang bekerja 24 jam di rumah sakit perlu mendapat perhatian baik kualitas maupun kuantitasnya. Tidak tersedianya jumlah tenaga yang cukup pada rumah sakit, akan mempengaruhi penyelenggaraan layanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit tersebut. Untuk dapat menggunakan tenaga perawat yang ada secara efektif dan efisien, maka perlu diketahui waktu kerja keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menguraikan kegiatan perawat lebih spesifik lagi penelitian ini dikenal dengan nama penelitian kerja dengan metoda Work Sampling. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan waktu kerja perawat adalah kegiatan langsung 35,2% dan tak langsung 36,5% hasil ini merupakan kegiatan terbesar di ruangan rawat inap RST Dr. Reksodiwiryo, berarti kegiatan ini merupakan kegiatan produktif yang cukup baik. Sedangkan waktu rata-rata yang diperlukan per pasien selama 24 jam di ruangan masih belum memenuhi kriteria Lokakarya Depkes (1990) di masing-masing ruangan perawatan. Perhitungan menurut Work Sampling hanya menghitung waktu kerja perawat secara kuantitas maka disarankan diadakan penelitian lanjutan untuk mengkaji aspek kualitas kerja perawat.
An Analysis on the Use of Work Hours of the Nurses at the Inpatient Care Unit at Dr. Reksodiwiryo Army HospitalA hospital is a health organization that provides services as a product. The quality and quantity of the nurses, as a 24 hour available force, should be supervised. The unavailability of sufficient man power at the hospitals will affect the performance of quality health services at the said hospital. To be able to utilize the existing nurses effectively and of efficiently, the work hours of the nurses should be identified. This study is a descriptive study that portrays the activities of the nurses, or more specifically, known as an employment study utilizing the work sampling method. The results of the study are direct activities, 36, 2% and indirect activities 36, 5%. These are the major activities at the inpatient care at Dr Reksodiwiryo Army Hospital which implies that the activities are quite productive. While the average time required by each patient within 24 hours in the wards, has not satisfied the Health Department workshop criteria (1990) at each treatment room. The estimation according to work sampling, merely accounts for the work hours of the nurses quantitatively, it is suggested that a further study on the quality of the work of the nurses is performed.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 10340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Rachma
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai studi tentang Keselamatan Pasien (KP) menyatakan bahwa untuk memperbaiki upaya-upaya KP di RS perlu diketahui kondisi budaya/iklim KP di RS tersebut pada tahap awal, sebagai salah satu alat untuk memprediksi perhatian RS terhadap KP. Untuk itu, studi ini bertujuan mengembangkan model pengukuran Iklim KP (Patient Safety Climate) di RS Muhammadiyah-?Aisyiyah (RSMA) dengan nilai psikometrik yang baik. Disain studi ini adalah cross sectional, dan analisis model pengukuran dan struktural menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Structural Equation Model (SEM) 2nd level, dengan program LISREL 8.50. Kuesioner disebarkan secara proporsional di 5 RSMA di lima provinsi di P. Jawa, selama bulan Januari-Juni 2011, dengan tingkat respon:1198 (79.8%), dan total kuesioner yang bersih (no-missing data): 936 (62.40%). Wawancara mendalam dilakukan dengan Direksi RSMA untuk konfirmasi hasil penelitian. Model pengukuran menghasilkan 3 variabel laten eksogen yang saling berhubungan yaitu Kepemimpinan Transformasional, Kesadaran Individual, dan Kerjasama Tim. Ketiganya berpengaruh langsung secara bermakna terhadap variabel laten endogen Iklim KP (α=0.05). Model pengukuran terbukti valid (t>1,96 SLF>0,70); reliabel (CR > 0.70, dan VE > 0.50), serta close fit (RMSEA= 0.047 < 0.08). Penelitian menunjukkan model pengukuran mempunyai nilai psikometrik yang baik dan dapat menggambarkan kondisi iklim KP RSMA. Kepemimpinan transformasional terbukti berpengaruh langsung terbesar (SLF=0,56) terhadap iklim KP. Penelitian ini merekomendasikan agar model yang diperoleh dapat digunakan di seluruh RSMA atau RS sejenisnya dan dapat menjadi salah satu dasar pengembangan model untuk jenis RS lainnya (pemerintah atau swasta lainnya).
ABSTRACT
The recent studies of patient safety have witnessed a growing concern over the issues of patient safety culture/climate as the first step to improve patient safety efforts, and also becoming an assessment tool in predicting hospital commitment to patient safety. This study is aimed to develop a measurement model of patient safety climate in RS Muhammadiyah-?Aisyiyah (RSMA) with good psychometric scores. The study is using cross sectional design. The Confirmatory Factor Analysis (CFA) and Structural Equation Models (SEM) 2nd level with LISREL 8.50 version are carried out to analyse the measurement and structural model. The questionnaire distributed proportionally to all employees in the 5 RS Muhammadiyah-?Aisyiyah from five provinces in Java, during the months of January-June, 2011. The response rate is 1198 (79.8%) with the total number of no-missing data is 936 (62.40%). In-depth interviews with Directors of RSMA were also conducted to confirm the results. The measurement model consist of 3 latent exogen variables: Transformational Leadership; Individually Consciousness, Teamwork, which are significantly related each other and have significant impact to Patient Safety Climate. It is valid and reliable (α=0.05: t>1,96, SLF>0,70; CR=0.90>0.70, and VE>0.50), and also a close fit model (RMSEA = 0.047 <0,08). This research shows that the measurement model has good psychometric scores and describes well the patient safety climate condition in each RSMA. It is also proved that Transformational Leadership had a greater positive impact (SLF=0,56) directly to the Patient Safety Climate than other variables. This research recommends the developed model to be implemented in all RSMA hospitals and could be used as a reference to develop similar model for other kind of hospital (government or other private hospital)
Depok: 2012
D1323
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library