Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christel Yoan Zefanya
"Bentang suara (soundscape) merupakan salah satu aspek terpenting dalam lingkungan kampus. Soundscape yang buruk akibat suara yang mengganggu (noise) dapat mempengaruhi kinerja civitas kampus. Kampus FMIPA UI merupakan kampus berbasis sains yang dilengkapi dengan laboratorium yang sensitif terhadap suara dan getaran suara. Kegiatan di Kampus FMIPA UI menyebabkan suara bersumber dari manusia (anthrophony) yang dapat menyebabkan kebisingan yang menurunkan kualitas soundscape. Dengan menggunakan Mastech environment multimeter, pengukuran intensitas suara serta analisis pola soundscape di FMIPA UI dilakukan. Hasil pengumpulan data menunjukkan adanya kenaikan intensitas suara dari pagi hingga siang hari dan penurunan yang signifikan pada sore hari.  Perbedaan soundscape juga dapat terlihat pada ruang yang memiliki tempat duduk dan bersantai, serta kanopi.  Pada ruang-ruang tersebut, intensitas suara cenderung lebih tinggi dan menyebabkan soundscape yang kurang optimal. Secara umum, soundscape di FMIPA UI termasuk dalam batas optimal untuk pembelajaran. Area yang tidak optimal hanya ada di area yang tidak dikhususkan untuk kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa lokasi relatif menjadi wadah bagi kegiatan manusia yang membentuk soundscape di FMIPA UI dan mempengaruhi jenis suara yang ada di area tersebut. Sementara itu, kegiatan rutin civitas mempengaruhi soundscape di FMIPA UI dan kegiatan yang tidak rutin tidak mempengaruhi soundscape secara signifikan. Persepsi civitas FMIPA UI terhadap soundscape di area optimal, dengan karakteristik ruang yang tertutup dari sinar matahari dan kurang optimal yang dilengkapi dengan tempat duduk dan bersantai didominasi oleh perasaan tenang dan nyaman. Sementara itu, area dengan soundscape tidak optimal, yakni ruang dengan karakteristik merupakan ruang semi-terbuka dengan keberadaan kedai makanan dan minuman, didominasi persepsi negatif berupa perasaan kacau dan tidak tenang.

Soundscape is considered a crucial aspect of the campus environment. Poor quality soundscape filled with noise will affect the overall performance of campus members. FMIPA UI campus is a science-based campus equipped with a laboratory that is sensitive to sound and vibrations. Meanwhile, student activities on campus are the main source of sound (anthrophony) and sound-related distractions in FMIPA UI. Mastech environment multimeter was used to measure the sound intensity (dB) and soundscape pattern analysis at FMIPA UI was conducted. Sounds measurement data shows an increase in sound intensity from morning to noon and a significant decrease in the afternoon. A variation of soundscape can also be seen in the space with sitting areas and canopy. In these spaces, the sound intensity tends to be higher and results in a less optimal soundscape for learning. That being said, the soundscape at FMIPA UI is within the optimal limits for learning in general. Areas that are not optimal are areas that are not specifically for teaching and learning activities. Analysis results show that relative location is a place for human activities that shape the soundscape at FMIPA UI and influence the types of sounds that exist in the area. Routine activities in the campus influence the soundscape at FMIPA UI and non-routine activities do not significantly influence the soundscape. The FMIPA UI community's perception of the soundscape in the optimal area, with the characteristics of a space that is closed from sunlight and less than optimal, equipped with places to sit and relax, is dominated by a feeling of calm and comfort. Meanwhile, areas with soundscapes are not optimal, namely spaces with the characteristics of being semi-open spaces with the presence of food and drink stalls, dominated by negative perceptions in the form of feelings of chaos and unease."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alim Kidar Hanif
"Saat ini, toko online dan toko swalayan menjadi pilihan berbelanja.  Berbagai kebutuhan rumah tangga dapat dibeli dari pasar yang berbeda. Pilihan tempat belanja semakin beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial pemilihan tempat belanja keluarga yang ada di Kota Depok. Tempat belanja yang dimaksud adalah pasar rakyat, toko swalayan dan toko online. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama tinggal, pendapatan, tipe keluarga, pola perjalanan, moda transportasi, dan jarak. Penelitian ini menggunakan sample responden yang didapat melalui survei kuisioner dengan metode systematic random sampling. Untuk mengetahui pola spasial pemilihan tempat belanja, akan dimulai dengan mengidentifikasi pola belanja masyarakat terlebih dahulu. Kemudian akan dilakukan analisis average nearest neighbor (ANN) untuk mengetahui persebaran tempat belanja. Selanjutnya akan dilakukan uji korelasi variable terhadap pemilihan tempat belanja berdasarkan jarak, uji korelasi ini menggunakan uji koefisien kontingensi. Uji korelasi tersebut, kemudian dijelaskan secara spasial deskriptif untuk menjabarkan pola spasial pemilihan tempat belanja yang terjadi. Hasilnya, pemilihan tempat belanja pasar rakyat berdasarkan jarak berkorelasi dengan pendapatan rumah tangga, sedangkan pemilihan tempat belanja toko swalayan berdasarkan jarak berkorelasi dengan lama tinggal, pola perjalanan, dan moda transportasi yang dipakai.

Nowadays, shopping for various family needs can be done from various different markets, as traditional market, modern market, and on line shops as well. The choice of shopping places is increasingly diverse.  This study aims to determine the spatial pattern of familys choosing shopping places in Depok City. Variables that were used in this study were length of stay, monthly income, family type, travel pattern, transportation mode, and distance. The data was acquired through sample survey, by distributing questionnaires to households. The result shows that households shops their needs from various markets. They shops to the closest market when this acitivity has only single purpose. However, distance is not their concern when shopping is part of the family recreational activity. With multiple purpose, households tend to choose market that provide various needs, such as daily needs, durable goods, and entertainment facilities as well. Variables that influence the decision in choosing markets are income, length of stay and transportation modes. The conclusion of this study showed that distance is not the main concern, but the economic status of the purpose of the trip is more significant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Affan Muhammad
"Bali merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terkenal dengan perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang unik, adalah tempat di mana tradisi, geografi, dan agama berjalin dalam keseimbangan yang terus dipertahankan dari zaman dahulu hingga saat ini. Sebagai tempat tinggal mayoritas umat Hindu di Indonesia, Bali ditandai dengan praktik Hinduisme yang dinamis, di mana ritual dan upacara agama adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Salah satu upacara tersebut adalah Ritual Melasti, sebuah prosesi agama yang signifikan melambangkan penyucian spiritual yang dilakukan di dekat area pantai atau sumber air besar, salah satunya di desa Baktiseraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik pendukung dan alam, serta pola pergerakan partisipatif pendukung yang terbentuk saat prosesi ritual Melasti berlangsung di Dusun Galiran. Data yang dikumpulkan berupa data wawancara dan observasi yang mencakup rute pergerakan ritual Melasti, sebaran pemuka agama dan budaya, masyarakat pendatang, masyarakat lokal, dan turis, serta studi literatur yang kemudian di analisis secara spasial deskriptif untuk di analisa pola pergerakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pendukung memiliki peranan yang berbeda dan penting dalam proses ritual melasti. Karakteristik fisik seperti kemiringan lereng dan ketinggian menjelaskan mengenai jarak yang ditempuh dan lokasi terjauh. Selain itu, pola pergerakan yang ditemui terbagi menjadi gerak profan, sakral, dan thirtha amertha.

Bali is a province in Indonesia, renowned for its unique blend of natural beauty and cultural richness. It is a place where tradition, geography, and religion intertwine in a balance that has been maintained from ancient times to the present. As home to the majority of Hindus in Indonesia, Bali is characterized by its dynamic practice of Hinduism, where religious rituals and ceremonies are an integral part of everyday life. One such ceremony is the Melasti Ceremony, a significant religious procession symbolizing spiritual purification, which is performed near coastal areas or large water bodies, including Baktiseraga village. This research aims to explain the supporting characteristics and nature, as well as the participatory movement pattern formed during the Melasti Ritual procession in Galiran hamlet. The collected data consists of interview and observation data that includes the Melasti Ritual movement route, the distribution of religious and cultural leaders, incoming communities, local communities, and tourists, as well as literature studies, which are then analyzed descriptively spatially to analyze the movement pattern. The results of the study show that supporting characteristics play different and important roles in the Melasti ritual process. Physical characteristics such as slope and altitude explain the distance traveled and the farthest location. In addition, the observed movement patterns are divided into profane, sacred, and thirtha amertha movements."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niki Kurniasti
"Kabupaten Banyumas memiliki berbagai potensi wisata mulai dari wisata alam, wisata budaya maupun wisata sejarah, dimana arah pengembangannya difokuskan pada Kawasan Wisata Baturaden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tahap perkembangan yang telah dicapai tiap objek wisata di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan melalui observasi lapang dan wawancara mendalam yang dilanjutkan dengan pengelompokkan tahap perkembangan objek wisata menurut teori Butler kemudian dilakukan analisis keruangan dengan metode komparatif berdasarkan jenis dan lokasi objek wisata. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tahap perkembangan objek wisata yang ada di Kabupaten Banyumas paling rendah berada di tahap kedua, dimana tahap perkembangan objek wisata alam lebih tinggi dibandingkan dengan tahap perkembangan objek wisata sejarah dan budaya. Objek – objek wisata yang lokasinya mengelompok di Kawasan Wisata Baturaden cenderung lebih tinggi tahap perkembangannya dibandingkan dengan objek wisata yang lokasinya soliter.

Banyumas has many potential tourist attractions ranging from natural, cultural and historical tourist attractions, where the direction of its development is focused on the Baturaden Area Tourism. This study aims to determine the extent to which stage of development has been achieved every attractions in Banyumas. The research was conducted through field observation and indepth interviews, followed by developmental stage grouping attractions by Butler's theory of spatial analysis is then performed by the comparative method based on the type and location of the attraction. From the analysis showed that stage of development of existing attractions in Banyumas lowest was in the second stage, which stage of development of natural tourist attraction is higher than the stage of development of historical and cultural attractions. A tourist objects located in the Area Tourism clumped especially Baturaden tend to be higher stage of development compared with the attraction of its location solitary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S77
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Akbar
"ABSTRAK
Eksistensi budaya masyarakat suatu wilayah bisa dilihat dari eksis tidaknya
bahasa daerah masyarakat tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, eksistensi bahasa daerah tersebut bisa saja hilang dan tergantikan dengan
bahasa lain karena adanya aturan agama yang mengikatnya, contohnya dalam
penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum'at. Penelitian mengenai wilayah
penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum'at dimaksudkan untuk melihat
eksistensi suatu budaya di Kota Serang dengan bahasa pengantar khutbah Jum'at
sebagai representasinya. Dengan metode wawancara dan observasi langsung di
lapangan pada sampel di wilayah penelitian, penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif eksploratif dengan pendekatan keruangan. Hasilnya didapat bahwa ada
empat bahasa yang eksis digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum'at di
wilayah penelitian yaitu bahasa Arab, bahasa Indonesia, gabungan bahasa
Indonesia dan Bugis serta bahasa Sunda. Bahasa yang eksis digunakan sebagai
bahasa pengantar khutbah Jum'at di Kota Serang adalah Bahasa Arab, Bahasa
Indonesia, Bahasa Bugis dicampur Bahasa Indonesia, dan Bahasa Sunda. Pola
keruangannya pun terlihat dengan jelas di mana bagian tengah wilayah penelitian
merupakan dominasi penggunaan bahasa Indonesia, sedangkan dibagian Selatan
dan Utara wilayah penelitian merupakan dominasi bahasa Arab, namun dibagian
Utara terdapat keunikan dengan adanya penggunaan bahasa Sunda serta gabungan
bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum'at di
wilayah penelitian. Wilayah penggunaan bahasa tersebut juga diikuti oleh wujud
budaya yang beraneka ragam.

ABSTRACT
The existence of a society's culture can be seen from the existence and frequency
of its traditional languages used in daily life. However, the existence of traditional
languages can be subsided or substituted by other languages because of religious
rules that bind, as we can see in the use of languages during the Friday sermon.
This research about the region of the used of languages during Friday sermon in
Serang city is aimed to see and analyses the existence of a culture in the city of
Serang through the languages used in Friday sermon as a medium of its
representation. Interview and direct observation method to the samples were used
as data collection technique while spatial descriptive exploitative analysis was
used as the data analysis method. The languages used as the instructional language
in Friday sermon in Serang city are Arabic, Bahasa Indonesia, Sundanese, and
Bahasa Indonesia mixed with Bugis language. Arabic represents the indigenous
population of Javanese-Serang, while Bahasa Indonesia represents various
cultures of inbound migrants in Serang city. Sundanese and Bahasa Indonesia
mixed with Bugis Language represent the culture of indigenous population of non
Javanese-Serang. The spatial pattern was clearly visible that Bahasa Indonesia
was majorly used in the center region of the research area, while the Arabic was
dominantly used in the northern and southern region. Uniqueness noted here that
in the northern region, there was a prominent pattern of the use of Sundanese
mixed with Bugis language as the instructional language during the Friday
sermon. Territory the use of language was also followed by the manifestation of
diverse cultures.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1908
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Restu Darmawati
"ABSTRAK
Kecamatan Menteng merupakan salah satu wilayah administrasi yang terdapat di Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Dahulu Kecamatan Menteng merupakan salah satu tempat di Indonesia yang pernah dikembangkan dan memiliki lansekap bercirikan sebagai lsquo;kota taman rsquo;. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, Kecamatan Menteng telah mengalami perubahan karakteristik lingkungan terutama yang berkaitan dengan konsep kota taman. Perubahan karakteristik lingkungan yang dialami oleh Kecamatan Menteng selanjutnya bisa mempengaruhi kepekaan tempat penduduk dan identitas yang dimiliki oleh kecamatan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola karakteristik lingkungan Kecamatan Menteng yang ditinjau dari kepekaan tempat penduduk dan identitas tempat yang terbentuk pada Kecamatan Menteng seiring perubahan karakteristik lingkungan yang terjadi sebagai kota taman. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap informan kunci dan penyebaran kuesioner kepada pelaku berbagai kegiatan di Kecamatan Menteng. Semua data yang telah terkumpul diketagorikan ke dalam beberapa tema. Proses analisis dilakukan dengan metode triangulasi antara literatur sejarah Kecamatan Menteng, dokumen perencanaan Kecamatan Menteng, penemuan kata kunci dan tema dari hasil wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila ditinjau berdasarkan kepekaan tempat penduduk, secara keseluruhan wilayah Kecamatan Menteng saat ini sudah tidak lagi memiliki karakteristik lingkungan sebagai kota taman. Wilayah Kecamatan Menteng yang masih memiliki sisa-sisa dari karakteristik lingkungan bercirikan kota taman adalah wilayah Kecamatan Menteng bagian selatan. Sementara untuk identitas tempat yang melekat pada wilayah Kecamatan Menteng adalah sebagai tempat hunian bagi penduduk yang memiliki image ellite serta tempat kegiatan bernilai ekonomi tinggi. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa secara fisik Kecamatan Menteng sudah banyak mengalami perubahan, kecuali pada wilayah bagian selatan. Secara sosial, Kecamatan Menteng juga telah mengalami perubahan karakter dan identitas.

ABSTRACT
Menteng Subdistrict is one of the administrative areas located in the Central Jakarta City, DKI Jakarta Province. Formerly Menteng Subdistrict is one of the places in Indonesia that has been developed and has a landscape characterized as 39 garden city 39 . Along with the times of development, Menteng Subdistrict has experienced changes in environmental characteristics particularly associated with the concept of garden city. The changes of environmental characteristics that experienced by Menteng subdistrict could further affect to the citizen rsquo s sense of place and the identity of those subdistrict. This research conducted to analyze the environmental characteristics pattern of Menteng Subdistrict based on the citizen rsquo s sense of place and the place identity where is formed in Menteng Subdistrict along with environmental characteristic changes as garden city. Data collection is conducted through in depth interviews with key informants and distribute questionnaires to actors of various activities in Menteng Subdistrict. All of collected data is categorized into several themes. Analysis process apply the triangulation method between historical literature of Menteng Subdistrict, of Menteng Subdistrict planning document, and discover keyword and theme from interview result. Results of the analysis shows that based on the citizen rsquo s sense of place, the whole area of Menteng Subdistrict now is no longer has an environmental characteristic as a garden city. Part of Menteng Subdistrict which still has remnants of environmental characteristics as garden city is at the southern region of that subdistrict. Whereas for the place identity that attached to the Menteng Subdistrict is as a shelter for residents who have an ellite image and place of high economic value activities. In conclusion, it is found that physically Menteng Subdistrict has been changed much,except the southern region. Socially, the character and identity of Menteng Subdistrict has been changed."
2017
S68366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disatya Aunura Bianda
"Suburbanisasi adalah suatu proses yang mampu mengubah suatu kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan. Selain perubahan penggunaan tanah, penduduk yang tinggal dalam wilayah yang terkena imbas suburbanisasi juga mengalami perubahan sistem penghidupan. Kecamatan Citeureup yang semula merupakan kawasan pedesaan yang luas, saat ini sudah berkembang menjadi suatu kawasan transisi perkotaan di mana sebagian wilayahnya dipadati oleh aktivitas industri dan permukiman. Perkembangan wilayah Citeureup tidak dapat dipisahkan dari proses suburbanisasi yang ditandai dengan perkembangan wilayah itu sendiri dan masuknya penduduk pendatang ke wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial dari aktivitas konsumsi penduduk asli pada tiga periode suburbanisasi, serta kaitannya dengan interaksi terhadap penduduk pendatang dan jarak antara rumah penduduk asli dengan pusat pertumbuhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dengan keluarga penduduk asli yang sudah tinggal di wilayah Citeureup setidaknya sejak tahun 1970an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dari wilayah kecamatan. Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kebutuhan tersier dipenuhi dari tempat-tempat di luar kawasan pedesaan. Sementara itu, dari periode ke periode, untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, penduduk cenderung menyesuaikan diri. Penyesuaian ini terjadi beriringan dengan perkembangan wilayah di sekitar tempat tinggal penduduk. Jarak fisik dan jarak sosial juga memberikan dampak, namun tidak berperan besar, karena sebagian besar informan merasa keberadaan penduduk pendatang tidak berpengaruh vital terhadap keputusan konsumsi mereka. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pusat pertumbuhan memberikan pengaruh terhadap pola spasial konsumsi penduduk asli. Di sisi lain, kehadiran penduduk pendatang tidak memberikan efek vital kepada penduduk asli.

Suburbanization is a process that change rural areas into urban areas. Besides land use changes, people that live in the area also facing their livelihood transformation as well. Kecamatan Citeureup, which was a large rural area, at present developed as a transitional urban area where parts of its area overflowing with industrial land and settlements. The development of Citeureup area is inseparable from the process of suburbanization which is indicated by the development of the region and the influx of migrant population to this region. The objective of this research is to find out the the spatial pattern of local people consumption in three periods of suburbanization, regard to their interaction with the immigrants and their home location to the development center. This research uses qualitative methods through in depth interviews to families that live in the area at least since 1970s. The results show that not all needs could be fulfilled by the area. Since 1970 to the present time, tertiary need wass fulfilled from stores outside of the rural area. Meanwhile, from period to period, to fulfill the primary and secondary needs, people tend to adjust. This adjustment occurred along with the development of the area around the population rsquo s residence. Physical distance and social distance also make an impact, but it does not play a big role, because most of the informant feels that the presence of migrant has no vital influence on their consumption decisions. The conclusion of this study shows that development center give influence to the local people spatial pattern consumption. In the other hand, the presence of migrant population do not give any vital effect to the local people."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghesa Meilinda Rachmawati
"ABSTRAK
Sektor industri merupakan salah satu pendapatan daerah utama dan merupakan sektor unggulan Kabupaten Sragen khususnya Kecamatan Sidoharjo yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pengembangan wilayah diperlukan memperhatikan sektor unggulannya berdasarkan potensinya untuk mendatangkan keuntungan bagi wilayah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pengembangan industri secara spasial melalui arah perkembangan wilayah industri di Kecamatan Sidoharjo berdasarkan orientasi pasarnya dan dampak perkembangan industri terhadap penyerapan tenaga kerja serta peningkatan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan metode deskriptif keruangan. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan wilayah industri di Kecamatan Sidoharjo berdasarkan pada orientasi wilayah pasarnya dimana dampak perkembangan industri menyerap tenaga kerja dari sekitar wilayah industri. Industri tekstil berorientasi pada pasar lokal dan pasar internasional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Industri pakaian jadi yang berorientasi pada pasar internasional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang sedang. Industri makanan yang berorientasi pada pasar regional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah. Industri pengolahan yang berorientasi pada pasar nasional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah.

ABSTRACT
The industrial sector is one of the main regional income and is the pre eminent sector of Sragen regency especially Sidoharjo Sub district which has increased in recent years. Regional development is required to pay attention to its leading sectors based on its potential to bring benefits to the region. The purpose of this research is to understand the pattern of spatial industrial development through the direction of industrial area development in Sidoharjo Sub district based on its market orientation and the impact of industrial development on employment and income generation. The method used in this research is quantitative method and descriptive method of spatial. The result of research shows the development of industrial area in Sidoharjo Sub district based on the orientation of its market area where the impact of industrial development absorbs the workforce from around industrial area. Textile industry oriented to local market and international market which have high level of employment. The international market oriented apparel industry has a moderate rate of employment. The regional oriented food industry has a low rate of employment. The national market oriented processing industry has a low rate of employment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ramadhanti Puspo
"ABSTRAK
Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat menjadi sebuah pusat kegiatan dan pemerintahan. Pusat Kota Bandung memberikan banyak pelayanan begitu juga dengan subpusat kotanya. Penelitian ini menggambarkan model kota Bandung berdasarkan strukturnya dan juga menggambarkan hubungan pusat kota dan subpusat terkait dengan jarak. Teori Urban Realms dijadikan acuan dalam menggambarkan model. Dengan menggunakan metode superimpose dan geoproccesing berupa union dapat terlihat bagaimana interaksi struktur kota didalamnya. Hubungan antar pusat diurai secara deskriptif melalu analisis keruangan sehingga dapat membuktikan bahwa adanya korelasi negatif antara intensitas kegiatan di pusat dan pinggiran. Hasil penelitian ini mengarahkan pada intesitas kegiatan tepusat pada CBD dan subpusat kotanya namun semakin ke arah pinggiran, intesitas tersebut semakin berkurang.

ABSTRACT
Bandung City as the capital of West Java province became the center of activities and government of West Java Province. Bandung Center provides many services as well as sub centers city. Bandung city models, based on its structure, illustrates the relationship between central city and sub center in association to distance. Theory of Urban Realms used as a reference in describing the model. By using method and geoproccesing superimpose a union can be seen how the interaction structure inside the city. Relations between the central descriptive parsed through spatial analysis in order to prove that there is a negative correlation between the intensity of activity in the center and the periphery. The results of this study lead to the intensity of activity in the CBD and sub center, increasingly towards the periphery, the intensity diminishing. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T49278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikael Jordan
"Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang menjadi kekuatan perikanan nasional. Kota Sibolga merupakan salah satu pusat pendaratan ikan di wilayah pantai barat Sumatera Utara yang dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, serta dengan Pulau Nias. Kota Sibolga merupakan pusat pertumbuhan dalam sektor industri pengolahan ikan bagi wilayah sekitarnya. Berdasarkan fungsi Sibolga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sibolga bagi wilayah sekitarnya dalam pengembangan jaringan distribusi industri perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah. Pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui wawancara di lapangan maupun dari lembaga. Analisis overlay digunakan untuk mendapatkan asal dan tujuan dari pergerakan ikan hingga berakhir sebagai produk yang siap untuk didistribusikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa a Pola persebaran industri pengolahan ikan di Kota Sibolga terpusat pada 2 tempat yaitu pengolahan ikan asin di Kelurahan Sibolga Hilir dan pengolahan ikan rebus di Kelurahan Pasar Belakang. Kedua wilayah ini merupakan pusat pengolahan ikan, b Industri perikanan di Sibolga didukung dari berbagai lokasi hinterlandnya. Sumber ikan dan bahan baku pendukung pengolahan berasal dari lokasi yang berbeda. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sibolga memberi pengaruh besar pada wilayah di sekitarnya, baik sebagai sumber bahan baku industri, tenaga kerja maupun sebagai wilayah pasarnya.

North Sumatra Province is a region that is becoming a national fisheries power. Sibolga is one fish landing centres in the region of North Sumatra 39s West Coast, surrounded by the Central Tapanuli Regency, Regency of Tapanuli North and South Tapanuli Regency, as well as with the Nias Island. Sibolga is a center of growth in the industrial sector fish processing for the surrounding area. Based on the function of Sibolga, this research aims to know the influence of Sibolga for the surrounding area in the development of the distribution network of fisheries industry in Central Tapanuli Regency. Data collection done directly through field interview as well as from institution. Overlay Analysis is used to get the origin and destination of the movement of fish up to end up as a product that is ready for distribution.
The results showed that a the pattern of the spread of the fish processing industry in Sibolga is centered on two places, namely the salted fish processing in Sibolga Hilir District and boiled fish processing in Pasar Belakang Village. Both of this region are the center of fish processing, b The Fisheries Industry in Sibolga supported from various location. Fish resources and raw processing material come from different location. The conclusion of this research showing that Sibolga has major Influence to surrounding region, both as industrial resources, work force and market Area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>