Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julia Sabrina Vasthi
Abstrak :
ABSTRAK
Riset ini bertujuan untuk menemukan faktor resiko dan hasil diagnosis terlambat pada atresia bilier. Subjek adalah bayi dengan umur 2 bulan-2 tahun dengan menilai manifestasi klinis, penentuan diagnosis menggunakan USG abdomen dan/atau biopsi hati, dan hasil diagnosis pendukung lain antara November 2014 sampai April 2017 menggunakan metode potong lintang untuk menemukan faktor resiko diagnosis terlambat gender, area tempat tingal, metode diagnosis USG abdomen dan biopsi hati , umur saat kuning, status nutrisi, feses dempul, kadar albumin, bilirubin direk, SGOT and gammaGT . Test chi square dengan penentuan rasio Odds dan 95 IK digunakan dengan 26 rekam medis subjek Dari 26 rekam medis anak dengan atresia bilier yang pertama kali berobat ke RSCM dengan median usia 7 62- 10,1 bulan, mayoritas perempuan 53,8 . Usia saat kuning, usia saat berobat, tempat tinggal, status nutrisi, BAB dempul, kadar albumin, bilirubin direk, SGPT maupun gamma-GT bukan merupakan faktor risiko atresia bilier yang didiagnosis terlambat nilai-p>0,05; 95 IK OR mencakup nilai 1 . Tidak ada satu pun bayi dengan atresia bilier yang didiagnosis terlambat telah dilakukan operasi Kasai. Uji fungsi hati menunjukkan peningkatan bermakna dan kadar albumin yang rendah pada atresia bilier yang terlambat didiagnosis. Dampak lanjut berakibat pada status nutrisi yang buruk, maupun timbulnya hematemesis dan asites. Studi ini tidak cukup untuk membuktikan faktor risiko yang berpengaruh pada keterlambatan diagnosis.
ABSTRACT<>br> This research is to understand the risk factors and outcome of diagnosing biliary atresia in late stages after 2 months old . The subject was the medical record of the biliary atresia of infant aged 2 month 2 years by evaluating the clinical manifestation, abdominal ultrasound result, and other supporting diagnosis between November 2014 to April 2017 through cross sectional study to find the late diagnosis risk factors gender, living area, diagnosis method abdominal ultrasound and liver biopsy , icteric onset, nutritional status, pale stool, albumin level, direct bilirubin level, SGOT level and gammaGT level . Chi Square test was used to analyze the data as well as 95 confidence interval of Odds Ratio OR . There were only 26 subjects that considered eligible. Twenty six medical records of biliary atresia were eligible in this study. The majority of subject were females 53,8 , the median aged of first admitted to RSCM was 7 6.2 10.1 months. The aged of icteric onset, the aged of first admitted to RSCM, living area, nutritional status, pale stool. albumin level, direct bilirubin level, SGPT and gamma GT levels were not significant as risk factors p value 0.05 95 CI of Odds Ratios included value 1 . There was no infant with late diagnosis of biliary atresia underwent Kasai 39 s procedure. The liver function tests showed increased levels of direct bilirubin, SGOT, SGPT, and gamma GT, decreased plasma albumin. Late diagnosis of biliary atresia resulted in worsen nutritional status, and symptoms of hematemesis and ascites.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zlatikha Djuliannisaa
Abstrak :
ABSTRACT
Biliary atresia is a hepatobiliary disease that attacks children. This disease has symptoms of narrowing of the gallbladder which progresses to liver failure and death. The prognosis for this disease is very poor in the first two years of life if not treated as soon as possible. The diagnosis is made by looking at clinical manifestations and the results of investigations. This research was carried out to look for accuracy of abdominal ultrasonography as a supporting examination and to find out which parameters of the size, contractility of the gallbladder, and the description of the triangular cord that had the most impact on diagnosing biliary atresia. This research is a retrospective study with cross-sectional method. This study used medical records from 30 children aged two months to two years who were diagnosed with biliary atresia at Cipto Mangunkusumo Hospital. Data were analyzed using the chi-square method and the fischer method. The results of this study are 96.7% ultrasound accuracy and contractility as the most significant parameters. In conclusion, most patients are women with a median age of 8.21 months and have not yet performed the procedure of kasai, ultrasound accuracy to diagnose biliary atresia more than 90% and contractility of the gallbladder as the most determining factors for diagnosis.
ABSTRAK
Atresia bilier adalah penyakit hepatobilier yang menyerang anak-anak. Penyakit ini memiliki gejala penyempitan kantung empedu yang berprogres menjadi gagal hati dan kematian. Prognosis penyakit ini sangat buruk di usia dua tahun pertama kehidupan apabila tidak diberikan perawatan sesegera mungkin. Diagnosis ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mencari akurasi dari ultrasonografi abdomen sebagai pemeriksaan penunjang dan untuk menemukan parameter mana dari ukuran, kontraktilitas kantung empedu, dan gambaran triangular cord yang paling berdampak besar untuk mendiagnosis atresia bilier. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan metode cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data rekam medis dari 30 anak umur dua bulan sampai dua tahun yang didiagnosis atresia bilier di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Data dianalisismenggunakan metode chi-square dan metode fischer. Hasil dari penelitian ini adalah akurasi ultrasonografi sebesar 96.7% dan kontraktilitas sebagai parameter yang paling signifikan. Kesimpulanya, kebanyakan pasien adalah perempuan dengan median usia 8.21 bulan serta belum melaksanakan prosedur kasai, akurasi ultrasonografi untuk mendiagnosis atresia bilier lebih dari 90% dan kontraktilitas kantung empedu sebagai faktor yang paling menentukan untuk diagnosis.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library