Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farid Mubarok
Abstrak :
Dunia pascakolonialisme Islam masih terus dibayang-bayangi oleh ambisi hegemoni Barat sebagai akibat dari mentalitas panjang kolonialisme dan bias orientalisme. Momentum ketegangan antara dua dunia Islam dan Barat mencapai puncaknya ketika serangan 9/11 mengguncang Amerika Serikat. Melalui propaganda media, Islam menjadi kambing hitam dan diwacanakan sebagai agama yang penuh dengan kekerasan dan menginspirasi terorisme. Sebagai seorang “Kiai” dari kalangan Islam tradisional yang memimpin organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Muzadi mengkampanyekan wacana Islam sebagai agama yang damai dan menolak aksi-aksi kekerasan di kancah internasional. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meganalisis dan menjelaskan latar belakang peristiwa yang memengaruhi Kiai Hasyim Muzadi dalam melawan hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, di dunia Islam; 2) menjelaskan basis pemikiran yang melatarbelakangi Kiai Hasyim Muzadi dalam melakukan resistensi atas wacana hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, di dunia Islam; 3) menganalisis dan menjelaskan strategi Kiai Hasyim Muzadi dalam merespons aksi hegemonik dunia Barat, terutama Amerika Serikat, atas dunia Islam dalam perspektif studi pascakolonial. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif dengan pendekatan sejarah intelektual. Penulis menemukan bahwa perlawanan Kiai Hasyim Muzadi dilatarbelakangi oleh peristiwa 9/11 yang berdampak pada meningkatnya Islamofobia di dunia Barat. Beliau mengusung “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” sebagai basis pemikiran sekaligus wacana tandingan melawan wacana Islam radikal yang berkembang dalam internal maupun eksternal Islam. Strategi pascakolonialisme yang dilakukan Kiai Hasyim adalah dengan melakukan mimikri melalui pembentukan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) sehingga gagasannya dapat diterima secara lebih luas, khususnya di dunia Barat. Penulis menyimpulkan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Kiai Hasyim dalam melawan hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, atas dunia Islam adalah perjuangan pascakolonialisme dalam upaya menundukkan Timur sebagai subjek yang melawan neokolonialisme Barat. ......Islamic postcolonial world still in the behind of Western hegemony’s shadows as the result of long mentality of the colonialism and orientalism bias. The tension between Islamic world and Western world hit its peak momentum by the 9/11 strike which occurred in the United States. By the propaganda of media, Islam was scapegoated and discoursed as the religion of violence and inspired terrorism. As a “Kiai” or traditional Islamic cleric who led the biggest Islamic organization in Indonesia, Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi was campaigning Islamic discourse in the international stage as a religion of peace which refusing any kind of violence. This article aims to 1) examine and explain the background events which influenced Hasyim Muzadi to fight against Western hegemony, especially the United States, on Islamic world; 2) explain the basis of thoughts which encouraged Hasyim Muzadi to resist the discourse of Western hegemony, especially the United States, on Islamic world; 3) examine and explain the strategy of Hasyim Muzadi to response Western hegemonic acts, especially the United States, on Islamic world with postcolonial studies perspective. This article uses qualitative research with intellectual history approach. The author finds that the resistance of Hasyim Muzadi was driven by the 9/11 event which increased Islamophobia in the Western world. He promoted “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” as the basis of thoughts and counter-discourse resisting Islamic radicalism discourse which developed inside and outside Islamic society. Hasyim Muzadi adopted mimicry as the postcolonial strategy by creating the International Conference of Islamic Scholars so his ideas could be accepted wider, especially in the Western world. The author concludes that the struggle of Hasyim Muzadi to resist Western hegemony, especially the United States, on Islamic world was a postcolonial struggle to make the East as a subject which resisted Western neo-colonialism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azza Zahra Rafiqah
Abstrak :
Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan aspirasi dan ideologi baru kepada masyarakat. Masuknya unsur feminisme ke dalam industri film di dunia termasuk industri film di Uni Emirat Arab membuat dampak yang signifikan terhadap perkembangan sastra feminisme. Penelitian ini membahas tentang cerminan feminisme yang ada di dalam film Qalb Al Adala. Film Qalb Al Adala merupakan film Uni Emirat Arab yang menceritakan tentang kegigihan seorang perempuan bernama Farah dalam menjalankan karirnya. Film ini dibuat pada bulan Januari tahun 2017 dan dirilis pada bulan September tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna feminisme dan tanda-tanda feminisme yang ada di film Qalb Al Adala. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan studi dokumentasi dan studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori feminisme dan teori semiotika milik John Fiske berdasarkan simbol kode-kode televisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feminisme yang direpresentasikan di dalam film Qalb Al Adala ialah feminisme liberalis dan feminisme eksistensialis. Adapun tanda-tanda feminisme digambarkan melalui level representasi konvensional dengan kode karakter. Pada level ideologi nilai feminisme terwakilkan dengan aliran feminisme liberal dan eksistensial. ......The film is one of the media to convey new aspirations and ideologies to the public. The entry of elements of feminism into the film industry in the world including the film industry in the United Arab Emirates made a significant impact on the development of feminism literature. This study discusses the reflection of feminism in the film Qalb Al Adala. The film Qalb Al Adala is a United Arab Emirates film that tells about the persistence of a woman named Farah in running her career. This film was made in January 2017 and released in September 2017. This study aims to explain the meaning of feminism and the signs of feminism in the film Qalb Al Adala. The researcher used qualitative methods with documentation studies and literature studies to achieve the research objectives. The theory used in this research is the theory of feminism and the theory of semiotics belonging to John Fiske based on the symbols of television codes. The results showed that the feminism represented in the film Qalb Al Adala is liberalist feminism and existentialist feminism. The signs of feminism are described through the level of conventional representation with character codes. At the ideological level, feminist values ​​are represented by liberal and existential feminism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library